Berselingkuh dengan Rindu

0 1 0
                                    


Rindu telah ranum, ia sedang mengedipkan mata buatku tersenyum. Menggoda.

"Kau patut bahagia," katanya, "tak semua perindu bisa melihatku semasak sekarang. Kau mau ibaratkan aku apa?"

Aku membasahi bibir kering lagi pucat yang sedikit tergetar. Mencoba untuk tidak menanggapi dengan tergesa. Meski sebenarnya melihat  kematangannya yang seperti sekarang membikin aku ingin melolosi segalanya segera. Terangsang.

Berniat menggoda, aku cengar-cengir saja memamerkan kebodohan yang selama ini membuatnya terpingkal-pingkal, sebelum bicara.

"Seperti katamu, aku memang bodoh, makanya tak pandai berbohong. Jadi jika meminta ibarat, pengandaian sempurna bagi sejenismu adalah bisul."

"Aih ..., " Ia berdecih manis, memprovokasi dengan roman kegeliannya. "Bisul dalam kiasan atau arti sebenarnya?"

"Keduanya. Kamu membuatku nyeri sampai matang. Namun setelah sekarang hampir purna, aku bimbang membayangkanmu akan hilang, padahal kamulah yang selama ini menemaniku menunggunya pulang."

"Dalam artian aku selalu ada untuk engkau? Juga lebih setia dari dia?"

"Mungkin."

"Kau gila!" Ia membeliak, "aku tak berwujud dan aku hanya akibat dari jarak antara kau dengan ia."

"Betul, dan selama ini aku berselingkuh denganmu."

"Kau benar-benar manusia paling bodoh yang pernah aku temui."

"Itu juga mungkin."

"Baiklah! Aku akan pergi sekarang, jadi seumur hidup kau tidak akan pernah bertemu denganku lagi."

"Hei! Bagaimana mungkin suatu akibat pergi tanpa membawa sebab yang menjadi jalan akibat itu datang?"

"Kau betul, aku hanya sebuah risiko dari jarak. Jadi bagaimana baiknya?"

"Bawa hidupku pergi, sebab karena aku hidup, kamu hadir di dalamku."

________

CRG, 2020

KETIKA BANGSAT BERDIALOGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang