8. Modus pertama

7 1 0
                                    

Rega bersiul saat langkahnya membuatnya semakin dekat dengan Milly dan Deri yang tengah berargumen tentang bagaimana caranya menyelesaikan tugas bahasa Sunda mereka. Rega dapat mendengar kalau Milly lebih suka menyanyikan pupuh dibandingkan harus melakukan drama seperti yang di inginkan Deri. Tentu saja Rega bisa menebak kalau Milly tidak mau merepotkan dirinya untuk bermain ekspresi maupun menghapal  percakapan yang penuh kebohongan. Terlalu penipuan, itu yang Milly bilang minggu kemarin.

Alhasil begitu Rega sampai di samping mereka berdua, Deri benar-benar cemberut karena tidak berhasil meyakinkan Milly. Padahal Deri sudah menyiapkan drama romantis dimana ia dan Milly menjadi pemeran utamanya. Dan Deri juga dengan lancang memberinya peran penculik dengan satu mata yang jahat. Tentu saja yang langsung Rega tolak mentah-mentah.

"Masa gak mau sih Mill, ceritanya bagus kok," yakin Deri. Tapi Milly tetap Milly, gadis itu langsung menggeleng tegas. Tetap bersikukuh bahwa Milly tidak akan pernah mau memainkan peran wanita yang tergila-gila pada pemeran utama pria.

"Gue gak mau nyanyi pupuh Mill, suara gue jelek," kekeh Deri.

"Gue juga gak mau drama!"

"Tapi drama jauh lebih baik dari pada lo salah ambil nada."

"Nyanyi pupuh jauh lebih baik dari pada lo salah masang muka."

Rega terkekeh karena penempatan kata Milly sedikit tidak tepat. "Drama lebih repot kalau nyanyi lo tinggal tarik nafas aja," sambung Rega di pihak Milly.

Mengeluh, Deri menatap kedua orang itu dengan kesal. Terlebih saat Rega dengan seenak jidatnya melipat naskah drama yang sudah susah payah ia buat. "Setidaknya lo harus ambil nada biar gak fals, biar lo gak terlalu malu."

"Sejak kapan lo punya malu?" Celetuk Rega yang sontak di balas dengan jitakan pelan Deri. "Udahlah nurut aja apa kata nyonya negara, kelompok kita juga cuma tiga orang kalau main drama kayak monoton gitu."

"Terserahlah," Deri mendengus.

Mendengar kata biasa yang terdengar aneh saat Deri mengucapkannya membuat Rega terkekeh. Deri persis anak gadis yang ngambek karena tidak mendapat apa yang ia inginkan. Tak ambil pusing,  Rega melirik ke arah Milly yang hanya duduk diam di sampingnya. Menulis sesuatu di atas bukunya, mungkin tugas kemarin yang belum selesai. Meski Milly di kenal sebagai ratu Karate di sekolah, Milly tetaplah siswa yang malas dalam mengerjakan tugas makanya mereka butuh Deri sebagai pelengkap. Walau Deri juga biasa saja, tapi dia masih di atas mereka.

Tapi tidak dengan Natasha.

Setelah menstalk media sosial tadi malam, Rega tahu kalau selain cantik Natasha juga cukup pintar. Gadis itu sudah menjuarai perlombaan tari sejak usianya delapan tahun. Natasha juga jauh lebih baik dalam akademinya, terbukti saat namanya selalu muncul di daftar siswa dengan nilai terbaik setiap tahun. Tentu saja hal itu membuat Natasha jauh lebih sempurna di mata Rega.

Ahh, rasanya Rega ingin sekali berlari dan mencari Natasha saat ini juga.

Lalu satu ide muncul.

"Der lo tahu nomor handphonenya Natasha?"

Deri berbalik dengan kerutan di dahinya, matanya sedikit melirik Milly yang langsung terpaku. "Tau, buat apa emang?"

"Gue cuma mau menyempurnakan tentang videonya, kayak menambahkan beberapa scene gitu. Gimana menurut lo?"

"Gue rasa sih oke, waktu gue edit emang rasanya ada yang kurang. Gue juga mau nambah scene basket, soalnya yang kemarin agak kurang berlebihan gitu. Terus yang bagian anak Karate, gue mau nambahin adegan ikat sabuk. Gimana Mill?"

Milly mengangguk tanpa kata.

"Mana nomernya?" Rega langsung mengeluarkan ponselnya dengan cepat lalu berseru senang saat Deri mengirimkannya nomor handphone Natasha yang langsung Rega gunakan dengan sebaik-baiknya. Rega tentu saja memegang prinsip waktu adalah uang, jadi ia jangan menyianyiakan waktunya yang berharga bukan?

Tapi saat Rega akan mengetik sesuatu ia mendadakan ngeblank. Bingung harus mengirim apa.

Hallo.

Ahh, tidak pas. Hapus-hapus.

Hai téh Nathasha.

Tidak bagus. Hapus-hapus.

Gue Rega, boleh minta waktunya sebentar?

Terlalu formal. Hapus-hapus.

Ini Natasha?

Kirim.

Rega tersenyum puas saat pesannya sudah terkirim namun sedetik kemudian ia menyesal. Bagaimana kalau Natasha malah menganggapnya aneh? Tapi saat balasan datang Rega langsung membuang semua pikiran buruknya.

Natasha :
Iya, ini siapa ya?

Rega :
Gue Rega, cuma mau tanya bisa gak kalau klub Nusantara bisa buat video lagi, soalnya gue rasa ada yang kurang.

Natasha :
Oh oke.
Bagian apa yang mau di video? Nanti gue persiapin anak-anaknya.

Lagi-lagi Rega langsung bergetar begitu membaca kata anak-anak dari Natasha karena hanya dengan dua kata itu membuat Rega langsung berpikiran kemana-mana.

Rega :
Waktu tarian dimana lo nari di tengah yang lain itu. Gue gak ngerti ngejelasinnya.

Natasha :
Iya gue ngerti kok:)
Terus kapan ngerekamnya? Kalau hari ini gak bisa, gue harus ikut les piano.

Piano? Wow, Rega jadi membayangkan bagaimana Natasha yang tengah memainkan piano di bawah lampu kristal dan gaun yang menjuntai. Pasti cantik sekali.

Rega :
Besok?

Natasha :
Oke.

Setelah satu kali Lagi membaca pesan Natasha, Rega akhirnya bernafas lega. Dia jadi tidak sabar menunggu besok agar bisa bertemu dengan Natasha lagi dan kembali terpukau karena kecantikan kakak kelasnya itu.

Milly, Mail Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang