LUKA (3) "END"

28 8 2
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak kalian disini yaa..

Enjoy❣

Hari ini adalah hari libur, Gerald memutuskan untuk mengajak pergi Laura ke luar kota. Ia ingin berlibur bersama Laura untuk menghilangkan rasa penat akibat tugas kuliah yang menumpuk dan sekaligus untuk menghibur laura yang akhir-akhir terlihat murung.

“kita satu kamar?” tanya Laura pada Gerald sesampainya mereka dihotel.

“iya, kenapa?” Gerald balik bertanya sembari mengambil kunci kamar pada resepsionis hotel.

“anu, kayaknya aku mau mesen kamar sendiri deh, kita gabisa satu kamar Rald, gaenak nanti sama bunda, takutnya ada apa-apa.” Jelas Laura panjang dan seketika membuat Gerald tertawa terbahak-bahak.

“aku gak bakal apa-apain kamu kok, lagian kan kita juga masih pacaran, belum nikah hahaha,” canda Gerald pada Laura.

“tapi kan..” belum selesai Laura berucap Gerald memotongnya, “udah gapapa, kamu percaya kan sama aku?” dan jawaban Laura hanya mengangguk setuju.

Di sisi lain, seseorang mengepalkan jemarinya kuat saat ia melihat sebuah pesan di layar ponselnya.

Nomor tak dikenal

Permainan dimulai.

***

Laura terdiam dan kemudian tetes demi tetes air mata itu terjatuh dari matanya. Ia menangis di dalam bilik kamar mandi kampusnya.

Ia tak bisa lagi mencerna semua apa yang sedang terjadi saat ini, bahkan tak ada lagi yang percaya padanya, percaya bahwa semua itu bukanlah seperti apa yang terlihat.

Foto itu, bahkan ia sendiri pun tak tau darimana dan bagaimana bisa itu ada, ia bahkan tak tau apa yang terjadi malam itu. Laura sama sekali tak mengingat apapun.

Laura terduduk lemas di lantai, sembari memeluk lututnya ia menangis sesenggukkan.

Lelaki yang ia percaya telah merusak kepercayaannya. Laura menyesal harus membuat keputusan seperti kemarin, ia sangat-sangat menyalahkan dirinya atas kejadian ini.

Laura hanya mengingat bahwa ia satu kamar dengan Gerald, Gerald memberinya air dingin dan setelah itu Laura tak mengingat apapun.

Laura sangat menyesal, ia bisa saja terus menolak dan memesan kamar hotel itu sendiri, namun karena bujukan Gerald entah bagaimana ia bisa begitu percaya dan menerimanya untuk satu kamar dengannya.

“gila, si anak pendiem kayak Laura kok bisa kayak gitu sih sama Gerald,” ucap salah satu wanita di balik bilik pintu kamar mandi tempat Laura berada.

“Gerald juga, kok bisa mau sih sama dia, gak habis pikir gue,” ucap wanita yang lain.

“dipelet kali,” balas seseorang itu dan berakhir membuat mereka tertawa.

“Laura gitu-gitu bringas ya, liat cowok ganteng dikit, kaya dikit, langsung tidur berdua di hotel. Untung aja Arga udah ninggalin cewek kayak dia. Kalau enggak, bisa-bisa abis digituin diporotin lagi nanti dianya haha.”

Laura yang mendengar hal itu hanya bisa terisak kecil, ia sudah tidak tau harus bagaimana, semua orang sudah membenci dan tak percaya padanya.

Gerald? Lelaki itu bahkan tak mencari dimana Laura berada, memberi kabar saja tidak. Tapi tetap saja, meski dia akan memberi pesan, Laura tak akan mau membalasnya.

Ia sungguh kecewa pada Gerald.
Ia marah, sedih, kecewa. Namun ia tak tau harus begitu kepada siapa, ini salahnya. Bagaimana ia harus mengangkat wajahnya sekarang. Bagaimana ia harus bersikap sekarang, jika semuanya sudah menganggapnya hina.

***

“Laura?” panggil seseorang dari arah samping tempat ia duduk. Laura yang merasa terpanggil pun menoleh, dan dilihatnya seorang laki-laki yang sangat ia rindukan berdiri tepat di sampingnya.

“maaf,” ujar laki-laki itu sambil berjongkok di depan Laura yang tengah menunduk, malu untuk menatap laki-laki ini.

“aku gabisa ngelindungin kamu, maafin aku Ra,” lanjutnya.

“kenapa baru sekarang Ga? Kenapa? Segitu susahnya kah kamu buat nemuin aku lagi? Aku emang salah Ga, tapi aku gak bisa harus ngelihat kamu pergi,” ucap Laura sambil terisak, ia masih tetap menunduk, tak berani untuk menatap Arga.

“kamu gak salah Ra, maafin aku ya. Harusnya aku datang waktu itu, harusnya aku ngelindungin kamu saat itu, tapi aku gak bisa Ra, aku minta maaf,” jelasnya lembut sambil meraih jemari Laura untuk digenggamnya. Laura pun memberanikan diri menatap wajah dari seorang lelaki yang ia rindukan.

“si bloon Gerald udah aku abisin tu dia, trus tadi yang ngebicarain kamu di belakang udah aku sikat abis semuanya. Sekarang kamu jangan kuatir lagi ya?” pintanya pelan pada gadis cantik yang masih terisak kecil ini. Dan Laura mengangguk, sembari terkekeh pelan, Arga pun ikut terkekeh karena ucapan bodohnya itu.

Entah mengapa tangan Laura terulur untuk memeluk lelaki yang berada di depannya ini. Arga pun membalas pelukan Laura.

“maaf aku gak percaya waktu kamu bilang kalau Gerald gak baik buat aku,” ucap Laura.

“sstt, gapapa, aku tau kok, aku yang salah sama kamu, jadi maafin aku ya?” pinta Arga dengan lembut dan dibalas anggukan oleh Laura.

“jangan nangis lagi, aku udah disini sekarang,” ucapnya sambil menatap manik mata Laura. Laura tersenyum kecil seraya menganggukkan kepalanya lagi.

“jadi, kita balik lagi sekarang?” tanya Laura pada Arga sambil mengusap sisa air mata di wajahnya.

Arga yang mendengar itu menatapnya dengan tatapan tak terbaca, ia menghembuskan nafasnya pelan, “maaf Ra, kita gak bisa kayak dulu.” Laura menatapnya tak percaya, dan tatapan itu seakan-akan bertanya pada penuturan Arga barusan.

Arga yang melihat itu hanya bisa tersenyum kecut, ia menghembuskan nafasnya kasar. Manik mata itu, ia tak bisa lagi jika harus melihat sorot mata yang menatapnya dengan kecewa, ia tak bisa jika harus menyakiti hati gadis ini lagi.

Arga menunduk, tangannya masih menggenggam jemari Laura kuat, “aku dijodohin sama papa,” ujarnya sendu.

“Aku gak bisa nolongin kamu waku itu karena hari itu hari acara perjodohan aku. Maafin aku Ra, aku lagi-lagi nyakitin kamu, maaf.”

Pernyataan itu bagaikan petir yang menyambar hati Laura saat ini, ia memandang Arga dengan tatapan tak percaya. Laura berharap ini hanyalah mimpi, namun entah mengapa mimpi ini seakan begitu nyata di dalam ingatannya.

Tetes demi tetes air mata itu lagi-lagi membasahi pipi Laura. Arga yang melihat itu segera memeluk Laura, Laura tak menghindar bahkan ia masih ingin terus memeluk lelaki yang dari dulu hingga sekarang selalu ada dihatinya. Namun apalah daya, jika takdir memang tak ingin mereka untuk bersama.

Laura memeluk erat Arga, ia paham bahwa pelukan ini adalah terakhir kalinya, Arga juga memeluk erat Laura. Pelukan yang akan menjadi akhir bagi mereka.

“i love you Arga.”

***

Sekali lagi, dan sekali lagi hati ini terluka untuk kesekian kalinya. Namun kali ini, aku tak menyalahkanmu sepenuhnya.

Mungkin benar, takdir kita bukanlah bahagia dengan bersama. Namun, bahagia dengan pilihan kita untuk berpisah.

Maaf jika diri ini tak sanggup menerima, dan tak percaya dengan semuanya. Namun, aku akan berterima kasih, karena engkau sudah memberi kenangan terbaik hingga akhir perpisahan ini.

Kedatanganmu kali ini, akan kuanggap sebagai penglipur lara, darimu yang dulu memberi luka.

- Laura.

###

Yeay end.....🎉

Ini cerita pendek kedua aku teman-teman...
I hope you enjoy this story❣
Jangan bosen-bosen buat komen dan ngevote yaa❣

Saranghae....

Tertanda author yang cantik

Yasmin auliyah


Luka (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang