Chapter 2 | Esedensies

77 12 6
                                    

Now playing | Beautiful - Bazzi

— Happy reading —

***

Selesai rapat OSIS, Alya tetap duduk di tempatnya. Sepertinya hari ini ia akan pulang dengan bus.

Jam sudah menunjukan pukul 4.37 pm. SMA Kencana sudah tidak berpenghuni lagi, hanya ada Alya. Kemudian ia bangkit dari duduknya, untuk menuju halte bus yang ada di depan sekolah.

Ia yakin, biasanya jika sudah jam segini bus akan dipenuhi orang-orang yang pulang bekerja, namun ia tak ambil pusing. Jika penuh, ia memilih opsi yang kedua. Ojek online.

Sebuah bus merah melaju dari arah barat.

Setelah bus itu berhenti, Alya memasuki bus, untung saja banyak kursi yang tersisa. Dan hanya ada beberapa orang di dalamnya.

Zura.

Ia lupa menanyakan kenapa Zura tidak berangkat.

Azura🐰

Lo kenapa?
Gara-gara lo, gue pulang naik bus.

Sepertinya Zura tidak membuka line.

Ting!

Azura🐰

Demam gue.
Ya maaf deh, lagian gak ada salahnya kan naik bus.

Cepet sembuh lo.
Besok lo berangkat, kan?

Uuu makasih Alya.
Berangkat, kok.
Kangen gue kan lo?

Gak.

Alya menutup roomchat Zura, lalu tatapannya beralih ke jalanan kota Bandung pada sore hari.

Huh, sungguh hari yang melelahkan.

***

Alya berjalan menuju rumahnya. Sampai tepat di depan rumah berwarna putih, ia melihat Aksa mengeluarkan motornya dari gerbang.

Aksa melajukan motornya pelan, kemudian melirik Alya. Hanya melirik. Sementara itu, pandangan Alya masih mengikuti laju motor Aksa.

"Lo kapan berubah?" tanya lirih Alya.

Alya sudah mengenal Aksa sejak mereka duduk di kelas 3 SMP. Dulu, Aksa tidak tinggal di rumah sebelahnya. Entah karena apa, mereka pindah dan sekarang menjadi tetangganya.

Apakah Alya dekat dengan Aksa? Tidak. Alya tidak sedekat itu dengan Aksa, namun ia sangat tahu bagaimana sifat dan kebiasaan anak itu.

Bagaimana tidak? Dulu waktu mereka baru pindah, Astrid -Bunda Aksa- sering berkunjung kerumah hanya untuk bercengkrama dengan Mamanya. Tentu saja beliau tak jarang menceritakan tentang anak kesayangannya itu.

Alya tidak menguping, ia mendengar karena kamarnya bersebelahan dengan ruang tamu.

Setelah tidak lagi melihat motor Aksa, ia masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum," salam Alya, lalu mengampiri dan mencium tangan Sandra.

"Mandi gih, habis itu makan," titahnya.

EsedensiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang