Chapter 3 | Esedensies

52 5 4
                                    

Now playing | One time - Justin bieber

— Happy reading —

***

"Gimana kalo selanjutnya lo yang jadi pacar gue?"

Alya diam, jantungnya terpompa dua kali lebih cepat dari sebelumnya.

Ia kembali menatap Aksa.

"Pacar lo?" tanya Alya.

"Iya atau enggak?"

Alya berpikir keras. Tatapannya masih terkunci oleh mata indah Aksa.

Bagai sihir yang entah darimana datangnya, diam-diam Alya mengagumi bentuk mata Aksa. Tak bisa ia pungkiri jika, Aksa telah membuatnya jatuh kembali.

Alya mengangguk.

Sementara itu, Aksa tersenyum mendapat jawaban dari Alya.

Katakan saja jika Alya bodoh. Tapi hati dan otaknya tidak selaras. Otaknya mengatakan tidak, namun tidak untuk hatinya. Entah bagaimana ia bisa mengangguk pasrah.

Tring tring tring.

Suara alarm dari handphone berdering nyaring. Pemiliknya masih berbalut selimut tak menghiraukan.

"Alya bangun, udah siang!" Sandra yang hendak masuk ke kamar Alya, kemudian menarik selimut yang terbalut ditubuh sang gadis dan membuka korden jendela.

Alya membangunkan diri dari tidurnya. Melihat Alya yang sudah bangun, Sandra keluar dari kamarnya.

"Gue tadi mimpi kan?" tanya pada dirinya sendiri.

Jantungnya masih berdetak kencang. Alya menghela napasnya dalam-dalam. Kemudian memutuskan turun dari ranjangnya dan bergegas mandi.

***

"Baik anak-anak, kita lanjutkan minggu depan," ucap Bu Irna -guru Matematika- kini berjalan meninggalkan kelas.

Pergantian jam pelajaran.

Alya mengemasi buku matematika di atas meja, lalu menggantinya dengan buku seni dan musik.

"Bu Lila hari ini absen, kita disuruh belajar sendiri di perpus," ujar sang ketua kelas.

"Jamkos dong, Yan?" tanya Aldo.

"Bukan jamkos, lo gak denger? belajar sendiri," sinis Rian.

Rian, siswa dikelas ini yang paling tidak menyukai jam pelajaran kosong. Wajar saja, dia adalah calon ketua osis yang menyebalkan.

"Iya deh, serah lo aja!" kesal Aldo, lalu melangkahkan kakinya keluar kelas.

Mendengar apa yang disampaikan oleh Rian, membuat semua anak kelas 11 IPA 2 tersenyum. Tidak masalah untuk sekedar membaca di perpus, itu lebih baik dari menyanyi menjadi paduan suara untuk nilai kesenian.

"Ayo Al," ajak Zura.

Alya mengambil alat tulisnya, kemudian mengikuti langkah Zura.

Alya berjalan beriringan dengan Zura. Tak lama kemudian, seorang gadis ikut berjalan bersama.

"Gue gabung kalian ya?" tanyanya.

Yang ditanya hanya saling memandang. Kemudian Alya mengangguk. Zura yang sepertinya tidak setuju dengan Alya, mengerutkan kening, seolah bertanya pada Alya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EsedensiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang