Kalian tahu Autis?
Yah...Autisme adalah adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan Dunia luar, keasyikan ektrim dengan pikiran dan fantasi sendiri.
Itulah yang kini sedang dialami oleh adikku. Awalnya aku sangat marah pada kedua orang tua ku, kenapa harus melahirkan anak seperti dia ke Dunia ini. Namun, setelah kepergian kedua orang tua ku, aku mulai memahami bahwa adikku memiliki Dunia yang berbeda denganku.
Ia terlalu asik dengan Dunia nya, tanpa ia tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Umurku dan umurnya terpaut cukup jauh. Aku berusia 22 tahun, dan adikku berumur 17 tahun.
Mungkin kalian berpikir umurku sudah cukup dewasa untuk berumah tangga. Namun aku sering berpikir, apakah ada gadis yang benar-benar mau hidup bersama denganku ,yang memiliki adik sepertinya?. Tidak...bagiku hal itu mustahil terjadi.
Aku sering melihat keluarga yang memiliki seorang anak penderita Autis, terkadang ada yang menelantarkan anak mereka ke sebuah yayasan ABK tanpa ingin membantu anak mereka, tapi ada juga orang tua yang begitu hebat dan istimewa, bahkan selalu membantu anak mereka dengan menyekolahkan ke Sekolah ABK juga membantu terapi di rumah.
Aku...aku sangat ingin sekali menyekolahkan adikku sama seperti anak-anak ABK lainnya. Tapi...aku tidak sanggup untuk membayar biayanya. Sejak kedua orang tua kami meninggal, aku bertanggung jawab penuh untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kami.
Kami juga menyewa rumah dengan biaya yang harus ku bagi 2 dengan biaya hidup kami. Terkadang aku berpikir, kenapa aku harus memiliki adik sepertinya? kenapa dia sangat menyusahkan hidupku?
Tapi...setiap kali aku melihat tingkahnya, aku merasa dia sangat membutuhkanku dan tidak akan pernah mau berpisah denganku. Aku sering kali menangis setiap kali ia terlelap seperti bayi polos. Aku menangis, karena begitu banyak yang mencemooh Autis yang dideritanya.
Meskipun berat dan menyiksa batinku, aku sering mengurungnya di dalam rumah, agar ia tidak pergi kemana-mana, dan setiap kali aku pulang bekerja, rumah sederhana yang kami sewa, seperti kapal pecah, semua barang berserakan di lantai, setiap kali aku menegurnya, ia hanya tertawa tanpa mengerti apa yang sebenarnya ku ucapkan.
Itulah adikku.
Seorang adik yang selalu membuat hidupku susah.
Adik yang selalu membuatku sering menangis.
Tapi aku sangat menyayanginya. Aku tidak ingin jika ada seorang pun yang mengejeknya, dan melukainya.
Kim Taehyung...itulah namanya. Meskipun umurnya 17 tahun, tapi perilakunya masih seperti anak-anak berusia 1 tahun. Taehyung selalu tidur bersamaku, jika aku beranjak dari kasur tipis kami, ia akan terbangun dan meraih tanganku, begitu juga setiap aku memandikannya, ia selalu mengangkat kedua tangannya agar aku membukakan pakaiannya dan menggosok seluruh tubuhnya. Ia sering tertawa dan mengoceh sendiri. Entah apa yang sedang ia khayal kan, aku tidak akan pernah mengerti Dunia yang ia miliki.
Aku sering menyuapinya makan, karena jika ia makan sendiri, makanan itu akan berhamburan di mana-mana. Taehyung suka sekali pada lumba-lumba. Jika sudah melihat lumba-lumba, ia seolah-olah sedang berbicara pada lumba-lumba itu.
Aku sering mengajaknya ke Sea World hanya untuk sekedar melihat lumba-lumba. Tapi setiap kali ku ajak kesana, Taehyung sama sekali menolak untuk pulang, bahkan sampai Sea World itu tutup, Taehyung tetap berdiri di tempatnya pertama kali berdiri melihat lumba-lumba, sampai-sampai aku sering memohon pada penjaga Sea World untuk memberi sedikit waktu hingga adikku mulai mengantuk. Syukurlah penjaga Sea World itu cukup baik dan mau mengerti. Karena aku sering meminta sedikit waktu padanya, akhirnya kami menjadi teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
"The Autism" (TaeJin Brothership)
FanficKisah persaudaraan antara Seokjin dan Taehyung. Seokjin yang bekerja keras demi adiknya yang menderita Autis. Ia rela disakiti oleh sang adik, jika Taehyung emosi. Seokjin sendiri menderita penyakit yang cukup parah. Ia bingung, apa yang harus...