2"Merebut mainan orang lain"

645 51 10
                                    

Ke esokkan harinya

Seokjin tidak sadarkan diri karena penyakitnya, sedangkan Taehyung terbangun dari tidurnya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya, tangannya yang masih menggenggam erat tangan Seokjin, membuat dirinya tersenyum lebar hingga memperlihatkan deretan giginya yang putih.

Taehyung beranjak bangun, lalu duduk dan sejenak ia menoleh dan menatap sang kakak yang pingsan dan terdapat noda darah pada bagian mulutnya.

Taehyung mengalihkan pandangannya, tapi ia mencoba untuk membangunkan Seokjin dengan mengguncangkan tubuhnya.

"Hyung....hyung...hyung...hyung...hyung...hyung...hyung..." panggilnya terus menerus, tapi tidak ada respon dari Seokjin.

Ia berpikir Seokjin marah padanya hingga tidak mau bangun. Taehyung menjadi kesal dan ia beranjak dari posisi duduk, kemudian ia meraung kesal sambil memukul kepalanya sendiri.

Taehyung mondar mandir di dalam kamar, sedangkan Seokjin masih belum sadarkan diri. Taehyung menangis karena sang kakak yang tidak mau bangun dan mengabaikannya. Taehyung menangis dan terus saja memukul kepalanya sendiri.

-
-
-

Kelopak mata Seokjin mulai bergerak, perlahan-lahan ia membuka matanya. Tubuhnya tampak lemas, namun ia memaksa bangun ketika melihat sang adik meraung kesal dan menangis sambil mondar-mandir dan memukul kepalanya.

"Taehyung~ah" ucapnya lemah, dan beranjak.

Ia meraih tangan Taehyung, lalu memeluknya erat. Sang adik menangis dan memukul punggungnya kuat.

Seokjin hanya menahan rasa sakit di punggungnya. Ia mengelus kepala Taehyung dengan lembut, dan berusaha menenangkannya.

"Tae...tenanglah. Kau kenapa jadi marah-marah dan menangis seperti ini?" tanyanya

"Hyung..hyung...hyung..." Taehyung memanggilnya terus menerus,  dan perlahan mulai tenang, walau masih terdengar isak tangisnya.

"Iya, hyung di sini. Tenanglah..." ucapnya.

"Jangan marah...jangan marah sama Tae...jangan marah..." ucapnya

"Hyung tidak marah, sekarang kau tenang ya. Hyung akan memandikanmu"

"Hyung akan memandikanmu" sahutnya mengulang kata-kata Seokjin.

Seokjin begitu sabar menghadapi adiknya. Ia melepaskan pelukannya, lalu mengajaknya ke kamar mandi. Seperti rutinitas biasanya, Taehyung mengangkat kedua tangannya karena ia menginginkan Seokjin membukakan bajunya.

"Jika terus menerus seperti ini, kau tidak akan bisa belajar mandiri" ucapnya.

"Benar! kali ini aku harus mulai mengajarkannya tentang mandiri dan tanggung jawab" ucapnya lagi.

Taehyung mengalihkan pandangannya, ia tersenyum lebar. Kedua tangan Seokjin memegang wajah adiknya, agar ia fokus menatapnya, "Tae" ucapnya.

Sekilas Taehyung memandangnya, lalu bola matanya melirik kanan kiri ,ia kembali tidak fokus pada tatapan sang kakak, juga perkataannya, "Mulai saat ini, hyung akan mengajarkanmu sedikit demi sedikit untuk belajar mandiri. Hyung tidak bisa membiarkanmu terus bergantung padaku seperti ini. Kau harus mandiri mulai sekarang!" tegasnya, tapi Taehyung hanya tertawa dan kembali meracau tidak karuan.

Seokjin menghela napas panjang, ia ragu apakah dirinya mampu mengajarkan sang adik atau tidak. Karena dulu ia pernah mencobanya, namun gagal.

Seokjin mengajak Taehyung berdiri di depan cermin. Ia memegang jemarinya, lalu menyentuhkannya ke cermin. Taehyung tersenyum lebar dan sesekali ia memandang dirinya di depan cermin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

"The Autism" (TaeJin Brothership) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang