prolog

13 1 0
                                    

" Hey bangun, kebiasaan deh ngebo!" Seru laki- laki itu. Mataku mengerjap, menyeimbangkan cahaya yang masuk ke mataku." Jam berapa ini?" Tanyaku padanya. " Ini sudah siang, noh matahari aja udah setinggi tombak. Ga malu sama matahari yang sudah cantik?" Balasnya. Aku segera turun untuk membersihkan diri. Jangan heran kalau bangunku siang kali ini. Biasa tamu istimewa datang.

Aku bukan anak perempuan lagi, tapi sudah menjadi wanita Aseekk. Usiaku 24. Laki- laki tadi adalah bagian hidupku, sayap kanan ku, ladang pahalaku. Dia suami ku. Rasanya masih seperti halu kalau mengingat dia adalah suamiku. Terkadang takdir itu semengejutkan itu.Kalau rencana manusia itu sembilan puluh sembilan persen maka satu persen nya milik Tuhan. Satu persennya Tuhan bisa mengubah sembilan puluh sembilan persen nya manusia.

" Ca sudah belum?" Suara itu mengudara lagi. Aku membalasnya dengan dua ketukan pintu. Itu isyarat ku kalau aku belum menyelesaikan mandiku. Aku menggunakan isyarat karena aku masih menggosok gigiku, takut kesedak busa pepsodent, lagi pula kan tidak boleh berbicara di kamar mandi. Setelah lima belas menit aku bersemedi, aku membuka pintu kamar mandi, menyembulkan kepalaku
"Abang minta tolong ambilin pembalutku hehe". Dia bergerak untuk mengambilnya dan memberikan barang itu padaku. " Ini, cepet aku tunggu!".

" Iya cintaku, terimakasih" balasku sambil terkekeh.

Hari ini kita akan pergi ke rumah temannya yang baru saja menjadi Ayah. Aku termenung mengingat tentang anak. Gerakanku berhenti. Menyadari ekspresiku yang berubah laki- laki ku menghampiri ku, memberi sentuhan halus di pundak
"Kenapa Ca? Kamu mikirin tentang anak lagi?"

Aku mengangguk. " Sudah ya, kamu kan tahu anak itu urusannya Allah, kita bagian usahanya" katanya dengan senyum tulusnya.

" Yuk berangkat" ajaknya padaku dengan menggandeng tanganku.

Memang benar semua urusan itu gantungannya ya ke Allah, manusia tugasnya berusaha dan berdo'a. Allah itu Maha memberi, Maha segalanya, jadi kita harus optimis bahwasanya semua itu ada porsinya. Sabar dulu nanti dikasih nikmat Nya.













Ini cerita pertama saya. Setelah mengumpulkan keberanian untuk menjadi penulis, bukan sekedar pembaca lagi. Semoga bisa bermanfaat bagi semua

Unexpected DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang