Happy reading
Kesalahan, adalah hal yang lumrah dilakukan oleh setiap manusia, kerap kali banyak yang memaafkan. Tapi, tak sedikit juga yang belum bisa menerima kesalahan tersebut, bahkan bisa membuat suatu hubungan yang sangat terjalin erat akan mengalami keretakkan.
Salah satunya, adalah persahabatan yang dijalani orang kedua orang perempuan yang saling menyayangi satu sama lain. Kedua orang sahabat yang sering menggila bersama, sering melakukan sesuatu bersama, tinggal berdua di satu apartement, bahkan pernah membuat suatu keinginan bersama untuk masa depan.
Saat itu, di apart, mereka sedang menikmati beberapa botol Soju dan Junknfood, di temani sofa dan Tv yang agaknya malah mereka yang ditonton oleh benda persegi panjang itu.
"Tzuyu, Ayahku pernah bilang akan membentuk Klinik Psikolog beberapa tempat, dan aku akan menjadi wakil direktur yang memegang tiga diantaranya." Ujar seorang gadis berkulit putih dengan mata sayu dan wajah merah khas orang mabuk.
"Benarkah? Itu hebat Eonnie. Aku harap bisa setidaknya menjadi dokter psikolog di salah satu klinik itu." Sahut gadis berkulit tan yang dipanggil Tzuyu, seraya meneguk satu gelas Soju.
Dengan antusias gadis berkulit putih susu itu mengangguk,
"Tentu saja! Selama ini kau selalu belajar dengan rajin untuk mencapai mimpimu agar bisa membangun klinik sendiri, maka dari itu aku akan menyerahkan salah satu klinik itu padamu." Mendengarnya, Tzuyu refleks bangun dan menolehkan kepalanya, kemudian mencium pipi gadis itu.
"Sana Eonnie aku tidak menyangka kau akan mengabulkan ucapanku yang asal ceplos itu. Eonnie saranghae~" Sana terkekeh kemudian mengacak surai Tzuyu dengan sayang saking gemasnya.
Sampai tak sadar salah satunya mulai tumbuh perasaan yang menyimpang dari hakikat yang sudah ditetapkan. Tapi, ia tak berani untuk mengungkapkan.
Takut.
Takut karena sahabatnya itu akan merasa jijik, maka dari itu ia berusaha menutup rapat-rapat pikiran tersebut di lubuk hati yang terdalam, dan melakukan semua kesenangan dengan---- Sana layaknya sahabat. Bahkan ia menerima salah satu lelaki yang mengungkapkan perasaan suka padanya, untuk berusaha menepis pemikiran tak normal itu.
"Tzuyu, aku menyukaimu. Aku tahu, kita bersahabat sudah cukup lama. Namun, sejak pertama mengenalmu juga aku sudah sangat-sangat menyukaimu. Maukah kau jadi pacarku?" Menghela napas, akhirnya dengan yakin Tzuyu menjawab,
"Aku mau---
Kim Hanbin."
Begitulah jadinya. Tzuyu pacaran dengan Hanbin. Hubungan itu akhirnya Tzuyu beritahu kepada Sana. Namun, tanpa disangka-sangka, ternyata Sana juga menyukai Hanbin. Hati gadis itu layaknya dihujam ribuan pisau. Sakit? Tentu saja. Namun, apalah daya. Tzuyu adalah sahabatnya, yang tidak mungkin ia khianati.
Perasaan yang begitu rumit, Tzuyu menyukai Sana. Namun, ia juga berfikir realistis. Tidak mungkin dia akan menyukai sesama jenis. Maka dari itu, Tzuyu menerima Hanbin yang mengatakan bahwa pria itu menyukainya yang sebenarnya sudah Tzuyu tahu juga sejak lama.
Tapi Tzuyu tak tahu, bahwa Sana menyukai Hanbin. Bahkan, disaat Tzuyu sudah merasa nyaman dengan Hanbin, sebuah peristiwa terjadi. Tzuyu mendengar gosip dari teman sekampusnya bahwa Hanbin itu adalah pria brengsek. Awalnya Tzuyu tak percaya, namun, melihat perubahan Hanbin yang begitu besar, mulai dari hubungan mereka yang merenggang, lama-kelamaan Tzuyu ingin memastikan juga, tapi ia menunggu waktu yang tepat.
Sampai, pada suatu malam--- Sana saat itu sedang mengalami stress, mengetahui fakta bahwa sebenarnya Ayahnya tak begitu mengakui kemampuannya, hingga mereka bertemu di sebuah Bar, dan terjadilah sebuah sesi curhat antar sahabat(?)
"Aku tak begitu mengerti Hanbin, kenapa Appa tidak mau mengakui kemampuanku? Kau tahu? Dia selalu mengirimku uang setiap bulan, padahal aku bisa mencari uang sendiri, itu sangat menyakitiku. Apa dia pikir aku masih anak kecil yang tidak bisa apa-apa? Ah, menyebalkan sekali!" Sana berdecak seraya meremas rambutnya. Hanbin mengusap bahu bahu gadis itu seraya berujar,
"Dia menyayangimu Sana, hanya saja Appamu tidak bisa mengekspresikannya dengan benar. Faktanya, disela kau sedang merintis perusahaan sendiri, ia tetap mempercayaimu untuk memegang 3 Klinik Psikologis dan menjadikanmu sebagai sebagai wakil direkturnya. Benar?" Sana menghela napas, benar juga. Sikap Hanbin yang seperti inilah yang membuat Sana jatuh hati. Namun, sayang sekali ia sudah menjadi milik Tzuyu.
Lama mereka tak bicara lagi, kemudian Sana kembali meneguk Vodka dihapannya. Hanbin menatap gadis itu dengan intens, kemudian bekata,
"Sana, aku tahu kau sudah lama menyukaiku." Saat ingin kembali meneguk minuman beralkohol tersebut, tangan Sana seketika terhenti. Melihatnya, Hanbin menampilkan smirk.
"Melihat tingkahmu, pernyataan tadi aku anggap benar." Sana mati kutu, ia tidak menjawab.
"Sana, aku sudah putus dengan Tzuyu." Sontak Sana menatap Hanbin dengan terkejut.
"Kau lihat sendiri bukan kemarin-kemarin bagaimana interaksi kami?" Sana mengangguk ragu.
"Maka dari itu..." Hanbin meremas kedua bahu Sana, "Aku mau dirimu, karena aku menyukaimu." Sana masih membatu. Bagaimana ini? Sana bimbang, Tzuyu adalah sahabatnya, walaupun sudah putus tetap saja Sana tidak bisa. Tapi, Hanbin dengan cepat mempertemukan bibirnya dan bibir Sana. Gadis cantik itu tambah shock---
Namun, ia juga mulai goyah.
Hingga malam itu terjadi...
--//--//--
Dengan cepat, Tzuyu melangkah menaiki tangga rumah milik Hanbin, hingga tiba di depan kamar. Tzuyu bimbang, haruskah ia langsung melabrak lelaki itu? Oh, sungguh Tzuyu bingung harus percaya ini atau tidak.
Flashback
"Tzuyu, semalam aku melihat Sana dan Hanbin sedang ciuman di Bar *****, aku tidak mengada-ada, bahkan Jennie juga melihatnya." Ujar Lisa, teman sekekas Tzuyu. Tepat setelah mendengarnya, Tzuyu berpikir untuk menuju ke suatu tempat saat itu juga.
Rumah Hanbin.
Sesampainya disana, Tzuyu segera mengeluarkan kunci duplikat yang pria itu berikan padanya, memasukkan kunci tersebut kelubangnya, memutarnya dan, yah!
Terbuka.
Flashback end
"Hanbin terlalu bodoh karena memberiku kunci duplikat." Tzuyu bergumam seraya duduk di sofa depan kamar pria itu.
Sementara di satu sisi dan di waktu yang sama.
Hanbin dan juga Sana terbangun. Langsung saja Hanbin memakai pakaiannya yang sudah berserakan dilantai. Tak sadar ia berujar,
"Oh, yatuhan akhirnya aku merasa puas. Terimakasih untuk cinta satu malamnya Sana, sepertinya ini saat yang tepat untuk putus dari Tzuyu."
Sana terkejut bukan main.
"Bukankah kau bilang sudah putus dengan Tzuyu?" Hanbin yang sedang merapikan rambutnya itu seketika menoleh, kemudian lagi dan lagi menampilkan Smirk.
"Oh, ayolah Sana apa kau percaya? Cinta satu malam itu sudah biasa bukan? Oh, bahkan aku tidak menyentuh perawanmu bukan? Anggap saja kita impas. Aku dapat kepuasanku, kau dapat perasaanmu."
Sana tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Dadanya seperti sedang ditimbun batu besar. Sesak, itulah yang ia rasakan. Hanbin hanya mempermainkannya.
Dalam kamar yang kedap suara itu air mata Sana lolos begitu saja dari pelupuknya. Bertepatan dengan itu, Hanbin membuka pintu---
Sana terkejut. Bibirnya bergetar,
"T-Tzuyu.."
Ya, Tzuyu berdiri tepat di depan pintu kamar, menatap Sana datar namun, dengan iris penuh kekecewaan yang luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cracked |SaTzu
FanfictionKetika sebuah kesalahan membuat persahabatanmu Retak, akan sulit untuk memperbaikinya kembali. Cover by ©DeuxFois21