❨ Hira Pov ❩
Tiga kali telpon dari nomor itu gak gue angkat, kesannya ngeri kaya diteror.
Dan bahkan setelah gue tanya Haruto, nomor itu gak dia kenal. Alhasil gue mute handphone.
"Kak, jawab aja dulu, siapa tau itu yang ngasih duit atau mantan kakak gitu." ucapnya.
"Apa?!" tips memudarkan kekesalan gue dengan menjambak rambutnya.
"Aahh sakit sakit! Sini - sinii gue yang jawab anjir! Penakut lo!"
Haruto angkat telponnya, dan anehnya dia jawab dengan cengengesan.
"Kenapa sih? Kesurupan ya?" tanya gue dengan merebut handphone. Sesudah gue liat, telponnya mati.
"Itu itu anu, gue pengen ke air, ambilin makanan kebawah ya, tapi belum gue bayar, bayarin ya," jawabnya. "Dahh!" jawabnya lagi dengan berlari ke kamarnya.
Gue berniat nemukulnya dengan bantal atau apapun itu yang ada dikasur, kalo bisa pisau. Tapi mana senpat.
Masih termenung di tempat, bimbang antara turun atau engga.
Yang ada dipikiran gue, turun nanti di culik, gak turun mang gof**dnya kasian, dan Haruto? mengunci diri dikamarnya dan ngeyel gamau turun karena gapunya duit buat bayar. Minta dibunuh emang.
Didepan rumah gue celingak celinguk cari bapak - bapak bawa keresek makanan. Tapi nihil, gue hanya menemukan pria berkaos hitam dengan motor matic- nya yang tepat didepan gerbang rumah gue.
"Permisi, bapak gofo*d bukan?" tanya gue segera mendatanginya.
Dia menatap gue, dan, "loh ngapain lo disini?!" gue ngeblank seketika, dia jadi tukang grab?
"Mau temenin gue cari sate ayam?" tawarnya.
Gue melihat sekeliling, dan masih gak ngerti apa yang lagi terjadi.
Malem - malem gini, datang ke rumah, minta anter beli sate, tapi kita sama sekali gak deket, gila?
"Udah gak tau terima kasih, sok akrab lagi, gajelas!" dumel gue dan segera beranjak dari situ.
Dia nahan tangan gue, "Ayo dong, gaakan lama janji, satu jam aja...." pintanya.
"Lepasin atau gue teriak maling?"
Dia terseyum, "Teriak aja, gaakan ada yang bisa nangkap, orang kita tetangaan." ujarnya.
Gue mematung. Drama kehidupan apa ini?
Imagenya kaya dipermainin gebetan. Mulai dari chat spam, Haruto yang cengengesan angkat telpon, dan sekarang ngaku - ngaku tetanggan terus minta dianter beli sate, gitu?
"Udah dapet izin dari Haruto kan? Apa perlu dari bokap lo juga?" tanyanya.
"Gila, mau lo apasih?"
Dia menurunkan standar motonya lalu menatap gue, "Jadi pacar gue," dan beralih menarik bahu gue. "Jadi pacar gue, mau?" tanyanya.
Gue respect mendorongnya, mendorongnya jatuh bersama motornya.
⏳⏳⏳
"Parah lo kak, tetangga sendiri loh," misuh Haruto sembari mengobati luka Hyunsuk. "Laporin aja ke polisi Bang Nil!" kompornya lagi.
"Apaan sih, orang cuma jatuh gitu, lebay!" cetus gue dengan berniat naik ke kamar. Namun Haruto tiba - tiba, "Kak tungguin disini, gue mau ambil ps bentar."
❨ Hira Pov End ❩
Jarum jam menunjukan pukul 8:30. Artinya Ayah Hirata akan pulang setengah jam lagi. Terlepas dari itu, tamu dadakan - nya itu sibuk bermain ps bersama adiknya.
"Lo kapan balik sih? Diusir dari rumah ya?" tanya Hira kepada Hyunsuk.
Hyunsuk menggeleng dan menaruh stick ps, "Betah disini, sama lo."
Hira memutar bola matanya malas, lalu ia beranjak dari duduknya, "Mau kemana?" tanya Hyunsuk.
"Ke kamar mau tidur. males. ada lo." sahut Hira dengan nada penekanan.
Hyunsuk menahan tangannya, lalu berbisik, "Kunci kamarnya di gue, kalo mau tidur, jadi pacar gue dulu."
Dan malam ini sepertinya Hira benar - benar tidak dibiarkan tenang.
ㅡ tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Feeling ، Choi Hyunsuk
Fanfiction"Hubungan kita cuma shadow of reality, kan?" ㅡ Hyunsuk start: Desember 2019 (repeat at April 20) end: -