Pagi ini, rumah Pak Bayan ramai.Ada beberapa warga yang menceritakan tentang Mbok Piti yang menghantui mereka.
"Mbok Piti matine wajar.Dia kecemplung sumur mungkin karena terpeleset, tapi dari penyelidikan pihak kepolisian tidak ada tanda kekerasan artinya Mbok Piti mati karena apes. Lagian pihak keluarga sudah mengikhlaskan semua," ujarnya.
Beberapa warga yang mendengarkan penjelasan pak Bayan manggut-manggut. Ada juga warga yang langsung berbisik-bisik ramai.
"Pak, anak saya si Fitri kemari sama temannya kampung sebelah, juga dihantui oleh, si Mbok," sahut Ibu Rokayah.
Pak Bayan hanya bisa terdiam.Dia kehabisan akal untuk menjelaskan yang bisa diterima mereka secara akal dan logika.Tiba-tiba, sebuah truk besar diikuti oleh satu mobil bagus melewati mereka.Pandangan mereka beralih mengikuti arah rombongan itu.
"Sopo iku?(Siapa itu?)."
"Pindahan dari Jakarta. Keluarganya Mbak Sularsih, anak ketiga Mbok Piti," jawab Pak Bayan.
"Loh, mereka mau menempati rumah itu?"
"Disebelahnya, mungkin juga rumah Mbok Piti mau dibongkar, tapi yo ndak tau 'kan itu rumah warisan."
"Oooo ...."
Mereka serempak mengucapkannya.
***
_Rumah Mbok Piti_
Di waktu yang sama. Rombongan itu berhenti tepat di halaman rumah Mbok Piti yang luas.Mereka bertiga langsung turun dari mobil.Seorang anak laki-laki, memandang tanpa ekspresi ke arah rumah Mbok Piti. Dia mengamati setiap detil rumah itu, mulai dari halaman depan, teras hingga genteng rumah.
"Bunda serius mau tinggal di rumah, Nenek?"
"Kenapa , Andika?"
Wanita itu langsung menatap anak lelakinya.Andika terdiam.Dia tak menjawab pertanyaan bundanya. Remaja itu, memilih berjalan berkeliling rumah dan menuju halaman belakang yang menyerupai kebun. Momo adik perempuan Andika yang berumur enam tahun, sibuk dengan boneka yang dibawa. Seolah tak peduli dengan apa yang dirasakan kakaknya.
Tepukan lembut dipundaknya, membuat bocah remaja itu sedikit terkejut.Dia menoleh ke belakang.Nampak sosok lelaki berumur lebih tua dari bundanya.Lelaki itu tersenyum dan Andika langsung menyalami.
"Pak Dhe Paimo."
"Endi Bundamu? (Mana Ibumu?)"
"Di depan."
Seraya menunjuk dengan jarinya.
Lelaki itu pergi meninggalkan Andika seorang diri.Suasana sejuk dengan rimbunnya pepohonan, membuat dia betah berlama di situ.Hingga teriakan Momo memanggilnya.
"Ka' ... sini," teriaknya.
Bocah cilik itu berlari memasuki rumah dari pintu belakang.Andika mengikutinya.Mereka berdua melewati sumur tua yang beberapa bagiandipenuhi dengan lumut hijau.Pinggiran sumur tua itu, tak terlalu tinggi.Ada pecahan bata di beberapa bagian.Andika sesaat berhenti.Dia melongok ke dalam sumur. Bayangan wajahnya terlihat samar.
"Hei!Kalian jangan berdiri di pinggiran sumur," bentak Pak Dhe Paimo.
"Mengko kejegur koyok Eyang Mbok (Nanti kalian tercebur seperti Eyang Mbok )," lanjutnya.
Mereka berdua meringsek mundur perlahan, dan berjalan memasuki rumah.Lamat-lamat terdengar suara seorang perempuan sedang berbicara dengan bunda mereka.
"Andika ... Momo! Sini ada Budhe Yanti.Ayo salim dulu," sahut Sularsih.
"Anak kamu wes besar-besar, Sih."
![](https://img.wattpad.com/cover/218659435-288-k527694.jpg)
YOU ARE READING
KEMATIAN MBOK PITI
HorrorSiang itu, warga gempar. Saat masjid di sekitar rumah mereka, mengumumkan kematian Mbok Piti. Berbagai pertanyaan mulai menjadi perbincangan warga.Mbok Piti sudah berumur 90 tahun. Berjalan pun dia masih kuat, walau harus menggunakan tongkat. Ketuka...