Hong ilaheng....
Heh jagad alusan, roh gentayangan
Jaelangkung...jaelangset
Siro ning kene ono siro angslupo
Yen siro teko...wenehono tondo
Hayo enggalo teko
Hayo ending angslupo...ing rupo golek
Wujud...wujud...wujud
"Sarah, kok gitu kalimatnya...enggak salah tuh?" tanya Firza.
"Enggak.Aku baca di buku Mbah Putriku, bacaannya emang seperti itu."
Firza terlihat tak puas mendapat jawaban dari Sarah.
"Hayuk ahhh...keburu Maghrib nih," teriak Samsul.
Kemudian, mereka berlima mencoba membaca kalimat-kalimat yang tertera di sebuah buku lama.Dengan kertas yang sudah mulai koyak dan lusuh.
"Firza sama Samsul yang pegangin, tuh kayunya. Fitri sama Upil, kamu yang pegang papan tulis sama spidolnya. Oke...aku yang bacain," ucap Sarah percaya diri.
"Sarah aku takut," rengek Fitri.
"Enggak apa-apa, katanya kalian penasaran," sahut Sarah mulai gusar.
Mereka berlima hening.Raut wajah mereka antara penasaran dan cemas karena takut.
Tak lama, Sarah mulai membaca kalimat-kalimat yang menggunakan bahasa jawa itu.
"Datang tak dijemput, pulang tak diantar ... datanglah ... datanglah."
Semua terdiam.Hening.Suasana mulai mencekam.Tak ada pergerakan yang ditunjukkan oleh boneka dengan kepala batok kelapa itu.
Mereka saling berpandangan.Terlihat wajah mereka mulai penasaran.
"Salah kali," sahut Upil.
"Enggak," ucap Sarah yakin.
"Eeh... bentar lagi Magrib nih, yuk udahan," pinta Fitri.
Mereka akhirnya serempak, mengakhiri permainan itu.
"Besok lagi, ya," ajak Sarah.
Teman-temannya mengangguk, sepakat.Mereka mulai meninggalkan rumah Sarah.
Belum selesai dia membereskan boneka jailangkung itu, terlihat mamanya memandang dengan raut wajah yang marah.
"Siapa yang ngajak main jaelangkung seperti ini?"
"Teman-teman, Ma."
"Kamu tau enggak, kalo Mbok Piti gang sebelah baru saja meninggal? Didatangi baru tau rasa."
"Iiih... Mama.Bikin Sarah takut."
Sarah mengernyit, dengan bibir cemberut.
"Sudah kamu bersihkan dan taruh di luar, besok Mama buang."
"Mama mau kemana?"
"Jemput adek kamu di rumah Arsy, pokoknya Mama pulang rumah harus bersih."
Sepeninggal Mamanya, Sarah mulai merapikan permainan itu. Pandangan matanya mengarah pada spidol dan papan tulis, yang tergeletak di lantai.
"Siapa yang bikin coretan ini," desis
Sarah, dengan wajah heran.Dia mencoba melihat kembali coretan itu.Tiba-tiba, spidol itu bergerak perlahan.Sontak membuat Sarah mundur beberapa langkah.Dia mengusap kedua matanya hingga beberapa kali.
Aku tak salah lihat, gumamnya.
Spidol itu memang bergerak pelan.Kini, dia dapat melihat sebuah huruf yang tak beraturan.
"I ... t ... p ... i," Sarah mengeja empat huruf itu.
Sejenak dia mencoba berpikir.Kemudian, dia membolak balikkan huruf itu.Sesaat matanya terbelalak.
"Pi-ti .... "
Aaaaa arghh!
"Mamaaaa .... "
Gadis itu berlari kencang keluar rumah.Degub jantungnya berdetak tak karuan.Dia tak menyangka melihat dengan mata kepalanya sendiri, jika spidol itu bergerak.
Belum sampai dia sempat keluar, pintu rumahnya menutup sendiri.Bagai ada angin kencang yang menghempaskan pintu itu.
Sarah terdiam mematung.Bulu kuduknya berdiri seketika.Berkali-kali gadis itu, mengusap leher bagian belakang.Dia mencoba untuk melihat ke arah boneka jaelangkung itu.
Hampir dia terjengkang, karena terkejut.Kini, boneka itu berdiri tanpa ada yang memegangnya.Spidol itu bergerak cepat, dengan sesekali terdengar ketukan.
Tiba-tiba, papan tulis itu bergerak ke arahnya.
'Aku masih belum mati ... tunggu aku'
Tulisan itu, membuat Sarah semakin ketakutan.
"M-mamaaa ... "
YOU ARE READING
KEMATIAN MBOK PITI
HorrorSiang itu, warga gempar. Saat masjid di sekitar rumah mereka, mengumumkan kematian Mbok Piti. Berbagai pertanyaan mulai menjadi perbincangan warga.Mbok Piti sudah berumur 90 tahun. Berjalan pun dia masih kuat, walau harus menggunakan tongkat. Ketuka...