OO. PROLOGUE

36 2 3
                                    

DRAP! DRAP! DRAP!

Sepasang tungkai sang pria melangkah cepat. Begitu buru-buru, bahkan deru napas terdengar tak beraturan. Tanpa disadarinya, bulir-bulir keringat mulai membasahi pelipis. Kalut, panik, serta kesal, tergambar jelas pada air muka.

"Bagaimana kau bisa membiarkan mereka masuk? Bukankah tadi saya sudah berpesan bahwa benda itu belum berfungsi dengan baik?"

"Ma-maaf, Tuan. Saya sama sekali tidak tahu. Sa-saya juga baru saja tiba dan diminta menggantikan rekan saya yang bertugas ...."

"Di mana rekanmu sekarang?"

"Sa-saya tidak tahu—"

Kertas pada genggaman kemudian dibanting ke lantai, menampakkan emosi kekesalan sang pria. Kedua kuasa bertolak pinggang, membuang muka, tak percaya atas apa yang baru saja terjadi.

"Ma-maaf, Tuan. Sa-saya sama sekali tidak tahu ...."

"Kurosawa Emiko, Miyazaki Hime, Hirai Yuki. Ketiga nama ini!"

Tatapan bengis dilancarkan sang pria, menyoroti sosok puan berseragam karyawan seolah menolak mentah-mentah permintaan maaf tersebut.

"Mereka tidak seharusnya masuk ke dalam sana!"

"Ma-maafkan saya, Tuan. Maafkan saya."

Pria itu mengacak rambut dengan geram. Frustasi. Ia sadar, puan karyawan itu sama sekali tak bersalah. Justru kesalahan itu lebih pantas dilayangkan padanya. Namun, semua terlambat. Tiga oknum pemilik jenama itu telah masuk ke ruang khusus dan ia tak sempat lagi menahan mereka.

"Sekarang, kemungkinan besar mereka akan mengulang masa SMA itu. Reuni keparat!"

GAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang