MOS

5 0 0
                                    

"Ayo semangat, masih pagi jangan malas-malasan." Pak Die ya berdiri di belakang barisan, matanya tak segan mengawasi semua siswa laki-laki  baru yang sedang dihukumnya.

"Kalian masih siswa baru, tapi sudah kesiangan, mau jadi apa kalian." Omel Pak Dirga.

"Ya manusia lah," Lirih Dewa yang berada diujung barisan.

Diantara ratusan siswa kenapa harus Arka, Dewa, Bani  dan Kenzi yang harus menjadi bulan-bulanan Pak Dirga. Guru BK yang harusnya mereka hindari malah apes ketemu di depan gerbang karena mereka telat 15 menit di hari kedua Masa Orientasi Siswa atau MOS. SMA Jayakarta 2 itu memulai aktifitas MOS dengan senam pagi yang dipandu oleh guru olahraga Pak Ando, namun karena mereka telat jadilah mereka harus melakukan  push up sebanyak 30 kali.

Setelah selesai melakukan hukuman mereka segera bangkit dan berkumpul dengan yang lain. Sang ketua OSIS sebagai ketua panitia memberikan sambutan berupa urutan acara yang akan diikuti oleh siswa baru.

"Oke guyss, saya rasa kalian sudah paham semua. Silahkan masuk ke ruangan kelas dan tunggu guru masuk untuk memberikan materi." Tutup Andri sambil melipat kertas materinya.

"Ketua OSIS kita cakep juga ya bro, gue rasa dia kepilih  karena cantiknya." Dewa berseloroh.

Andriani Kusuma, siswa kelas dua IPS yang baru saja dilantik menjadi ketua OSIS dua bulan lalu, memang tengah menjadi sorotan. Bukan hanya karena parasnya, tapi karena dia ciamik  dalam menjalankan organisasi intra sekolah tersebut.

"Gue denger Dia berbakat juga wa, ketua cerdas cermat sekolah." info Kenzie

"Masa sih?" Bani tak percaya

"Kirain cuma modal tampang doang." Dewa nampak tak percaya.

"Gue kasih tahu ya, Si Andriani Kusuma ini anaknya aktif banget, pinter dia, walaupun anak IPS tapi egak neko-neko dan termasjk rajin. Pas pemilihan, kampanye nya aja beda dengan yang lain, bisa ngajak anak-anak badung di sekolah buat ngikutin kata-kata dia. Guru-guru jadi terkesan, Abrar saingannya dari Anak IPA kalah telak, semua anak IPS hampir pilih dia, Anak IPA malah banyak yang kesemsem sama doi." Kenzie membeberkan.

" Tahu darimana lu Ken?" Arka yang hanya diam mulai ikutan.

"Mellisa kakak gue yang cerita." Ya, Kenzie memiliki kakak cewek yang sudah kelas tiga di SMA Jayakarta 2.

"Lucu juga." Tukas Arka.

"Lucu dari hongkong, judes gitu mukanya." Sungut Dewa.

Seolah waktu berputar, Arka melihat ke arah Andri yang sedang berdiskusi dengan teman-temannya. Anak ingusan yang baru masuk SMA itu merasakan rasa senang? rasa suka? entahlah melihat Andri yang sedang serius berdiskusi membuat hari Arka menghangat bak diguyur air termos.

"Kalian berempat mau saya hukum lagi." Teriak Pak Dirga sambil mengacungkan tongkat kayunya.

Serentak merekapun segera masuk ke kelas. Arka bersama Kenzie masuk dalam kelas yang sama, sementara Dewa dan Bani pisah kelas.

***

Ada lima kelas baru masing-masing kelas berisikan 30 orang siswa yang sudah siap dengan persyaratan yang mereka bawa. Mulai dari indomie per orang 5 bungkus, beras setengah kiloan dan kacang hijau sebanyak 2010 biji. Entah harus dihitung gitu? Pikir Arka dia mengambil sekiranya saja. Boro-boro sempat ngitung kacang ijo, maen game adalah kesibukan Arka yang paling utama. Persyaratan saja disiapkan bibi. Dasar Manja.

Setiap kelas akan dibimbing oleh 3 kakak kelas, total panitia 15 orang. Guru-guru akan masuk ke dalam kelas selama 1 jam untuk memberikan materi baik berupa tata tertib sekolah, pengenalan ekstrakurikuler serta profil SMA Jayakarta 2.

"Elu  udeh bawa kacang hijaunya Ka?"  Tanya Kenzie.

"Nih. " Seraya mengangkat seperempat kacang hijau.

"Busyet kebanyakan itu Ka, ini 2010 beneran."

"Beneran lu hitung Ken."

" Adek gue yang suruh ngitung."

"Hahaha." Mereka tertawa.

Tiba-tiba tiga orang siswa masuk ke dalam kelas. Ya, pada saat itu Arka menatap lurus ke arah perempuan yang dikuncir  kuda tersebut. Muka judes langsung diperlihatkan Andri, bukan apa-apa memang setingan muka Andri dari lahir sudah begitu, egak ada ceria-cerianya.

"Oke mohon perhatian, yang sudah bawa persyaratan silahkan untuk dikumpulkan." Tanpa babibu  Andri menginterupsi.

Semua siswa mulai mengumpulkan barang persyaratannya. Gani  dan  Indira  menyiapkan kardus besar untuk menampung mie, beras dan kacang hijau.

"Maaf kak, saya tanya kenapa juga kita harus bawa barang beginian, kita mau buka warung tenda?" Tanya Arka mencari perhatian.

"Bagus juga ide kamu." cuek Andri tak terpancing.

"Oh apa mau kakak jual yak?" Arka sambil tertawa nyinyir.

Andri melirik tajam pada Arka, belum tiga hari dirinya sudah menemukan siswa Caper alias cari perkara, perhatian keleus.

"Siapa nama kamu?"

"Arka."

"Oh iya Arka, kalau saya jual kamu mau bantuin saya?"

"Hahaha." Semua siswa tertawa.

"Tolong diam ya adik-adik." Tegas Andri.

"Kalian itu masih baru, dijaga sopan santunnya, bicara yang baik atau diam sama sekali. Saya egak mau kalau awal-awal masa MOS ini sudah ada yang masuk daftar hitam ya."

Andri meluruskan matanya.

"Bisa juga ide kamu, kalau sudah laku semua kamu bisa setor ke saya untuk acara bakti sosial di akhir MOS. Oh iya, tolong semua yang sudah dikumpulkan bisa kasih ke Arka, dia bersedia sepertinya jadi relawan sekolah."

Arka yang ditunjuk seperti itu hanya bisa cengo, aksi cari perhatian yang coba dia lemparkan malah menjadi boomerang bagi dirinya. Senyum tipis mulai mengembang di bibirnya.

"Boleh juga nih.." Batin Arka.

Adik KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang