Ketika bel masuk berbunyi, rara dan alif dipanggil di ruang kepsek. Dan selama jam pelajaran selfi tidak konsen belajar. Dipikiran selfi hanya ada rara. Sampai bel pulang berbunyi, rara belum juga kembali ke kelas. Selfi memasukkan buku-buku ke dalam tas rara lalu menunggunya di depan ruang kepsek.
Beberapa saat kemudian pintu ruang kepsek terbuka. Selfi melihat alif keluar dari sana dan langsung disambut ketiga temannya. Kok rara belum keluar juga, pikir selfi. Selfi menundukkan wajahnya ketika alif CS menghampirinya.
"Heh, kamu ! Bilang ke temanmu yang bego itu. Kalau dia berani melawan aku, dia harus siap menerima akibatnya" alif mengangkat dagu selfi.
Selfi hanya menatap alif.
"Harusnya dia tau resiko yang harus didapat kalau ngelawan aku" alif menghela napas. "Bilang ke dia, untuk siap-siap menerima pembalasanku" kata alif lalu berjalan meninggalkan selfi.
Beberapa saat kemudian rara keluar dari ruangan kepsek. Wajahnya terlihat murung. Tapi saat melihat selfi, rara memaksakan diri untuk tersenyum.
"Ini tasmu" selfi memberikan tas rara.
"Thanks" rara berjalan mendahului selfi.
"Rara !" Panggil selfi sambil menyusulnya.
Rara menghentikan langkahnya.
"Gimana hasilnya ?" Tanya selfi ragu.
"Aku diskors 2 hari" jawab rara.
"Alif ?" -selfi.
"Dia bebas hukuman" rara menarik napas dalam-dalam. Saat selfi terus menatapnya, rara memalingkan wajahnya.
"Kenapa kamu ga bilang kalau mereka yang cari gara-gara duluan ra ?" Tanya selfi.
Rara menundukkan kepala.
"Ra, ijinin aku bantu kamu. Aku akan bilang ke papa, biar papa yang bilang ke om landin" lanjut selfi.
Rara langsung menatap selfi serius.
"Gausah sel, aku bisa menyelesaikannya" kata rara tegas. "Percaya sama aku sel. Aku bisa menyelesaikan masalahku sendiri. Aku hargai tawaranmu. Tapi aku pikir ga perlu"
"Tapi ra..." -selfi.
"Kalau kamu sahabatku, kamu harus percaya kalau aku bisa menyelesaikannya. Ok ?" Kata rara sambil menepuk pundak selfi.
Selfi terdiam.
"Kamu uda ditunggu supirmu tuh" rara membuyarkan lamunan selfi.
Selfi mengangguk.
"Sampai jumpa 2 hari lagi sel" rara menepuk pelan pipi selfi, lalu berjalan meninggalkan selfi.
*****
Chat dari rara masuk ketika pelajaran berlangsung. Terpaksa selfi ijin ke toilet agar dia bisa membuka chat dari rara. Sampai di toilet, selfi segera membukanya.
Nanti di graha jam 1 ada acara bedah buku. Sepertinya menarik.
Ih... selfi kesal. Mana bisa datang ? Jam 1 kan masih ada pelajaran. Penasaran, selfi segera menelepon rara.
"Aku pengen sih ra, tapi gimana caranya ?" Tanya selfi.
"Nanti, jam istirahat terakhir, lempar tasmu dari belakang sekolah. Lalu lewat pintu samping, kamu bilang aja ke penjaga kalau kamu mau ambil fotocopy an. Nah, kamu langsung aja kabur. Nanti aku tunggu di warungnya bu tini" jelas rara.
Selfi terdiam.
"Kamu pikir dulu aja sel, tapi jangan lama-lama. Kasih tau aku kalau kamu mau" lanjut rara.
"Iya ra, aku mau. Bentar lagi bel istirahat terakhir. Kamu siap-siap tangkap tasku ya" jawab selfi mantap.
"Sip !" Rara menutup telponnya.
Saat bel istirahat berbunyi, selfi bersiap-siap melakukan langkah-langkah dari rara tadi. Selfi mencoba tenang melakukannya. Ternyata sangat mudah. Saat selfi sampai di warung bu tini, rara sudah menunggu.
"Wow.. keputusan yang hebat !" Puji rara sambil tertawa.
Rara memberikan helm dan jaket ke selfi.
"Pakai jaket ini biar ga ketahuan kalau kamu masih pake seragam" kata rara kemudian menyalakan motornya.
Selfi hanya menurut.
*****
Plak ! Plak ! Plak !
Tiga kali tamparan dari papa mendarat di pipi selfi. Cukup keras hingga pipinya memerah."Papa kecewa sama kamu !" Teriak papa keras.
Selfi hanya memegangi pipinya, dia hanya menahan rasa perih di pipinya. Selfi tidak menyangka papanya akan tahu masalah kaburnya dari sekolah secepat ini. Papanya semakin marah saat selfi bilang dia kabur karena ingin menghadiri acara bedah buku.
"Papa benar-benar kecewa sama kamu ! Papa seperti ga kenal kamu lagi" tangan papa siap menampar selfi, tapi mama dengan cepat menangkap tangan papa.
"Cukup pa ! Apa papa belum puas menampar selfi untuk melampiaskan kekesalan yang sebenarnya lebih papa tujukan untuk ayahku?" Kata mama kesal.
Selfi terkejut.
"Jangan korbankan selfi hanya karena dendam papa ke ayahku ! Itu semua masa lalu pa. Kalau selfi mewarisi bakat menulis dari kakeknya, itu bukan salahnya !" Teriak mama.
"Dan membiarkannya kabur dari sekolah ?" Bentak papa.
"Itu karena kamu terlalu mengekangnya! Kamu ga ngasih kebebasan selfi buat nulis ! Kamu ngelarang bahkan menyita laptopnya! Kalau kamu sedikit aja ngasih kepercayaan ke selfi, aku yakin selfi ga akan ngelakuin tindakan seperti ini. Ini semua salah kamu!" Mama mulai menangis.
Selfi langsung menarik mamanya menjauh dari papa.
"Tampar selfi lagi pa, sampai papa puas! Tapi papa ga akan pernah bisa membuat selfi berhenti nulis" kata selfi sambil memejamkan mata.
Empat tamparan mendarat di pipi selfi. Tapi mama tidak tinggal diam, mama mendorong papa sekuat tenaga agar menjauh dari selfi.
"Cukup pa !" Teriak mama histeris. Lalu papa meninggalkan mama dan selfi.
*****
Saat berada di kamar, selfi baru bisa menangis. Pipinya sangat sakit dan tampak memerah. Tiba-tiba mamanya masuk membawa kompres.
"Makasih ma, uda ngebela selfi" katanya sambil mengambil kompres dari tangan mamanya.
Mamanya masih terisak sambil memeluk selfi. "Tolong jangan benci papa ya sayang" kata mama sambil membelai rambut selfi.
Selfi terdiam.
"Papa pasti akan menyesal saat sadar kesalahannya uda nampar kamu. Kamu harus percaya kalau papa sangat sayang kamu" mama menarik napas panjang.
"Mama ga perlu khawatir. Justru tamparan papa ini buat selfi yakin kalau selfi harus terus menulis" kata selfi mantap.
"Tapi ga pakai kabur lagi dari sekolah. Bagaimanapun itu perbuatan yang ga baik sayang" kata mama.
Selfi hanya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALING MELENGKAPI
Teen FictionPersahabatan terancam runtuh hanya karena kebohongan dan pengkhianatan.... Selamat membaca 🌸