PART 18

753 69 14
                                    

Tidak seperti biasanya, rara terlihat tidak tenang saat menemani selfi merevisi tulisannya. Kakinya terus saja bergoyang tampak gelisah.

"Kamu kenapa ra ?" Tanya selfi.

"Gpp" jawab rara sambil membolak balik majalah.

"Kalau kamu bosen, kamu pulang aja gpp ra. Nanti aku telpon supirku buat jemput aku" selfi menatap rara.

Rara tidak menjawab. Lalu meletakkan majalah. "Kamu mau minum apa sel ?" Tanya rara.

"Kopi" jawab selfi.

"Aneh banget sih, siang-siang gini minum kopi" kata rara sambil berjalan ke bu tini.

Rara datang membawa pesanan selfi. Lalu dia duduk di dekat selfi. Tiba-tiba hp rara berbunyi, wajah rara memerah saat berjalan menjauh untuk menjawab panggilan telponnya.

"Brengsek !" Teriak rara.

Selfi pun berhenti menulis. Lalu menatap ke arah rara yang terlihat kesal saat menjawab telponnya.

"Aku harus pergi sekarang sel" rara menghampiri selfi dan mengambil tasnya.

"Rara tunggu !" Panggil selfi, tapi tidak didengar rara yang sudah pergi dengan motornya.

Selfi bingung melihat tingkah aneh sahabatnya. Lalu selfi menghubungi supirnya untuk minta dijemput.

*****

Mobil yang dikemudikan supirnya berhenti mendadak hingga selfi kaget.

"Kenapa sih pak, kok berhenti mendadak ?" Tanya selfi terlihat kesal.

"Gara-gara mobil itu non. Berhenti tepat di depan mobil kita" jawab pak supir.

Selfi melihat mobil di depannya. Sepertinya dia mengenal mobil itu... ternyata benar, alif turun dan berjalan menghampirinya. Selfi terlihat takut.

"Buka dong..." alif mengetuk jendela mobil selfi.

Selfi membuka kaca jendelanya dengan ragu-ragu.

"Sori, kamu pasti kaget. Tapi aku harus bicara sama kamu sel.." kata alif dengan suara halus

"Sori juga lif, aku ga mood bicara sama kamu" balas selfi dengan tatapan dingin.

"Ok aku tau, tapi aku cuma pengen ngobrol sama kamu bentar aja. Habis itu aku ga akan bicara lagi" wajah alif memerah.

"Ga, aku ga mau. Jalan pak" -selfi.

"Tunggu sel ! Ini soal rara !" Teriak alif.

"5 menit" -selfi.

"Aku minta ke kamu, tolong gausah ikut campur urusanku sama rara. Diantara kami ada masalah besar. Dan aku sarankan kamu jauhi rara sebelum kamu menyesal" kata alif.

"Kasih tau aku alasannya, kenapa aku ga boleh ikut campur urusan rara. Dia sahabatku dan aku akan selalu membelanya" selfi menatap alif tajam.

"Oya ? Sahabat ? Lucu ! Apa kamu tau siapa dia sebenarnya ?" Alif tersenyum sinis.

"Cukup ! Waktumu uda habis" selfi terlihat emosi.

"Tunggu ! Kenapa kamu bisa bersahabat dengan anak narapidana yang membuat istrinya terpukul hingga koma di RS" teriak alif.

Selfi terdiam, dia sangat terkejut dengan ucapan alif.

"Ok, sepertinya kamu ga percaya, tapi aku ga mungkin bohong dengan bilang kalau ayahnya telah membunuh papaku orang yang sangat aku sayangi. Sekarang emang ayahnya di penjara, tapi itu ga cukup buat menghapus kebencianku ! Aku benci rara setengah mati ! Sepanjang hidupku aku akan selalu membencinya !" Teriak alif.

"Kalau rara anak napi, aku ga peduli ! Kan ayahnya sudah menebus kesalahannya di penjara. Ga seharusnya kamu benci rara ! Itu perbuatan ayahnya, bukan rara !" Selfi menahan emosi.

"Dan 1 hal lagi, beberapa hari yang lalu aku melihatnya tertangkap basah mencopet di bis hingga digebuki massa. Kamu tau itu kan ? Tapi aku yakin, dia ga mungkin ngaku kalau dia pencopet !" -alif.

"Kamu bohong ! Rara ga mungkin seperti itu" kata selfi sambil menangis.

"Aku bisa membuktikannya sel, aku ga bohong. Sebentar lagi kamu tau ! Aku akan membukanya di depan semua orang. Aku ga akan berhenti membuatnya sengsara ! Aku akan mempermalukannya dan membalas sakit hatiku" wajah alif terlihat semakin memerah.

"Cukup ! Pergi ! Aku sama sekali ga percaya lif ! Aku tau rara, aku tau rumahnya, orangtuanya di belanda dan dia tinggal sendirian" -selfi.

"Dia bohong selfi ! Dia kos pindah-pindah. Kalau ga percaya buktiin aja" jelas alif, lalu berjalan kembali ke mobilnya.

Selfi terdiam lemas.

*****

Mobil selfi berhenti tepat di depan rumah besar tempat dia pernah mengantarkan rara dulu. Dia segera turun lalu menekan bel di depan pagar. Setelah beberapa saat menunggu, satpam datang menghampirinya.

"Cari siapa mbak ?" Tanya satpam ramah.

"Rara ada pak ?" -selfi.

"Rara ?" Tanya satpam bingung. "Ga ada yang namanya rara disini mbak. Mbak salah alamat. Ini rumahnya pak ino. Dan ga ada yang namanya rara" jelas satpam.

"Bapak yakin ? Coba di cek lagi pak. Tanyakan ke penghuni lain mungkin kenal. Rara yang sekolah di SMA sinaran ilmu" -selfi.

"Saya uda bekerja puluhan tahun disini mbak. Pak ino tinggal di hongkong. Dan mereka ga punya anak" jawab satpam.

Berarti ucapan alif benar ! Ya tuhan ! Ternyata rara bohong... batin selfi.

SALING MELENGKAPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang