Missed Call 2 [M]

6.4K 404 151
                                    

Warning, (maybe) explicit sex content!

Make sure you're already 18 y.o/older

.

.

.

.

.

Jungkook mengatupkan kedua tangan, mata terpejam. Berdoa singkat sebelum makan. Sebuah meja lipat, panci panas beralaskan kain, sepiring sayur fermentasi kiriman sang ibu, dan juga sekaleng bir sudah menemani.

Jungkook ingin makan banyak. Ia lapar sekali. Pagi hari berbekal selembar roti, dan siang hari ia tidak sempat makan, tumpukan tugas menanti atas absennya sang atasan. Ia bertanggung jawab mengisi kekosongan Profesor.

Baru mau menyuap sumpit, bunyi ketukan pintu kamar menahannya.

Jungkook mengernyit, dan bangkit menghampiri pintu.

Tempat tinggalnya berharga sewa murah, tanpa interkom dilengkapi kamera. Kuncinya saja masih model kuno, masih berupa lempeng besi bergerigi.

Jungkook membuka kunci tanpa ragu, yang disambut sosok raksasa tinggi yang kepalanya hampir menyundul kusen pintu.

Jungkook menahan napas.

"Oke, Jeon? Tidak keberatan aku berkunjung?

Jungkook berdeham-deham. Membenarkan pakaian santainya, sebuah celana pendek lusuh yang tidak berguna-berguna amat, alias pahanya terbuka bebas, dan kaos oblong potongan rendah, ketiak dan dadanya terekspos tidak tahu malu.

Jungkook memerah tomat. Ia meraup udara banyak-banyak, gelagapan di tempat.

"Uhm... Wow, keren, sebuah kunjungan dari bos malam-malam. Jangan bilang orang kantor, nanti kita kena skandal," Jungkook menyengir kikuk.

"Aku janji. Ini hanya rahasia kita," Arthur menunduk, mengecup kening Jungkook cepat.

Jungkook diserang kelu. Lidahnya kaku mendadak.

Dan... dadanya sakit.

"Aku boleh masuk?"

Jungkook mengangguk, dan membuka pintu lebar-lebar. Ia sampai terhimpit ke dinding, membiarkan tubuh besar Arthur melewati lorong sesak dapur dan kamar mandi yang berdempet, menuju petak ruang utama berisi ranjang single, televisi, dan lemari baju pendek. Tidak ada sofa, hanya karpet bulu artifisial melapisi lantai kayu, dan meja lipat seadanya.

"Maaf sempit. Kalau hanya tinggal sendiri, ini sangat luas menurutku. Oh, iya, mana jaketmu."

"Tidak masalah. Aku hanya berkunjung." Arthur melepas jaket, disambut Jungkook yang langsung meletakannya di gantungan baju.

Jungkook membereskan bukunya di karpet, menyediakan ruang kosong. "Silahkan, aku baru saja mau makan. Maaf kalau berantakan. Sudah makan malam?"

Arthur menggeleng, "Belum."

"Aku masak dua porsi mie instan dan dua telur, kau boleh bergabung. Maaf tidak banyak lauk, hanya ada kimchi, dan bir," Jungkook mengusap tengkuk. "Biar kuambilkan mangkuk baru," ia melesat mengambil alat makan baru di rak piring.

Arthur melihat sekeliling, dua lusin komik berantakan di rak buku yang melekat di dinding, ia berpaling ke dua mangkuk kecil di lantai, yang berisi air dan butiran cokelat bulat seperti sereal ber-tag nama 'Orio' ditulis spidol warna warni. Arthur tersenyum tipis, si kucing tiga warna sedang mengangkang di atas ranjang menjilati bulu di perut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pills [Omegaverse]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang