KEMANTAPAN HATI

15 3 0
                                    

" Yah gimana nih, Syila belum keluar kamar sampe sore ini, kata Bi enur sarapan sama makanan siangnya aja ditolak sama Syila. Duhh Bunda jadi khawatir sama keadaan Syila" ucap Bunda

Ya sejak kejadian semalam ketika pulang kerumah aku langsung bergegas menuju kamar tanpa menjawab rentetan pertanyaan Ayah. Saat itu aku memang sedang berada difase keterpurukan yang mendalam. Bagaimana tidak, aku telah menjalin hubungan dengan Dika hampir dua tahun. Itu bukan waktu yang sebentar bukan?. Selama aku berpacaran dengannya aku belum pernah melakukan hal keji yang dilakukan Dika bersama perempuan itu seperti waktu malam. Mengingatnya membuatku mual sendiri. Paling tidak kami hanya pernah berpelukan itu pun hanya sesekali karena aku selalu menolak jika Dika menginginkannya.

"Udah bunda tenang aja, ntar juga kalo laper dia keluar kamar" jawab ayah menenangkan sambil seraya menonton acara bola favoritnya.

" ihh si Ayahhh. Awas aja kalo sampe Syila engga keluar juga. Bunda bakal bilang ke Abi buat batalin perjodohan Syila" ucap Bunda.
Mungkin Bunda mengirannya aku mengurung diri dikamar karena hal perjodohan itu saja. Wajar saja Bunda dan Ayah tidak tahu kalo hampir selama dua tahun ini aku berpacaran dengan Dika. Karena aku tidak pernah membawa Dika kerumah.

"Engga usah dibatalin Bun" ucapku santai sambil seraya menuruni satu-persatu anak tangga. Dari sejak tadi aku sudah mendengar pembicaraan Ayah dan Bunda mengenai masalah perjodohan.

Mereka pun sontak langsung menoleh ke arahku.

"Alhamdulillah Syila, akhirnya kamu keluar juga" ucap bunda senang

Aku pun hanya menanggapinya dengan senyum hambar.

"Tuh kan Bun, Ayah bilang apa. Kalo lapar juga Syila keluar dari persembunyiannya" ucap Ayah yang niatnya melucon tapi terdengar garing.

"Jadi Syila setuju dengan perjodohan ini" ucap Bunda menegaskan

"Mmm iyaa" ucapku singkat

" Alhamdulillah" ucap Bunda sumringah

"Syilaa, sini duduk disamping Ayah" ucap Ayah Syila sambil seraya menepuk tempat kosong yang berada disampingnya.

Aku pun dengan lesu menuruti perintah Ayah.

"Apa yang membuat Syila menerima perjodohan ini?" ucap Ayah tegas sekaligus berwibawa sebagaimana mestinya seorang Ayah.

"Mmm menurut Syila mungkin ini yang terbaik buat Syila, Ayah sama Bunda lebih tau kan mana yang terbaik buat Syila. Lantas alasan apa Syila bisa menolak perjodohan ini" ucap Syila diakhiri dengan senyuman yang mengandung penuh banyak makna yang tersembunyi.

"Okee baiklah,,,kalo gitu Ayah akan kabarkan berita bahagia ini ke Kakek kamu" ucap Ayah

"Syila pernikahan itu bukan hal main-main sayang. Dan kamu yang akan menjalaninya. Jadi coba pikirkan baik-baik lagi ya. Bunda tidak memaksa kamu untuk menerima perjodohan ini" ucap Bunda lembut. Sebagai seorang Ibu Bunda pasti tau betul apa yang sekarang tengah dirasakan oleh putri semata wayangnya.

"Bundaa,,,Syila Ikhlas. Engga ada alasan untuk Syila menolak perjodohan ini" ucapku palsu.

*****
Flashback.

Dari semalam memang aku telah memutuskan untuk menerima perjodohan ini. Mengingat kejadian itu sungguh membuat aku sesak dan aku ingin cepat-cepat perjodohan ini dipercepat.

Jika hari ini kamu masih terluka, tak apa. Nikmati saja prosesnya. Tak perlu dipaksa untuk bisa cepat sembuh.



Asmaraloka PasutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang