1. Park Jimin : The Killer

178 23 6
                                    

Don't forget to vote and coment
Enjoy it, guys!
.
.
.
.
.
.

Park Jimin selalu menjunjung tinggi keprofesionalitasan dalam menjalankan tugasnya sebagi seorang aparat penegak hukum; polisi. Dia akan tetap tenang kala mengintrogasi para terdakwa berbagai kasus kriminal. Tak peduli siapapun itu, dia harus membuat sang tertuduh angkat bicara dan mengakui kesalahan, walau terkadang harus menggunakan kekerasan.

Namun pagi ini, Jimin tengah dilanda kebimbangan. Pandangannya sesekali melirik gusar pada seorang pria yang sudah sejak semalam terduduk kaku di dalam ruang introgasi. Banyak hal yang berkecamuk dibenaknya, terutama setelah Yoongi--istrinya--mengabarkan kematian salah seorang sahabatnya--Kim Jungkook.

Sejujurnya, Jimin sangat terkejut. Ada kesedihan ikut membumbung akan kabar duka tersebut; lebih tepatnya merasa terpukul. Apalagi penyebab meninggalnya sang sahabat karena ulah pria di dalam ruang introgasi sana. Jimin sungguh tak menyangka bahwa Kim Taehyung--teman yang sudah dianggapnya seperti saudara adalah si tersangka.

Jimin memutuskan kembali menuju ruang introgasi. Setelah melalui beberapa pertimbangan, anggota satuan kepolisian Seoul itu akan memberitahu Taehyung tentang kabar buruk tersebut. Mungkin dengan cara ini, ia bisa mendapatkan pengakuan dari Taehyung. Nuraninya berkata kalau tak mungkin Taehyung merupakan dalang dibalik ini semua. Jimun tahu seberapa besar cinta Taehyung untuk seorang Kim Jungkook.

Dalam penglihatan Jimin, Taehyung masih terus tertunduk; menatap kosong borgol yang melingkari kedua lengan pemuda itu. Kantung mata pemuda itu nampak begitu kentara; tentu saja karena ia terdiam di ruang introgasi semalaman; tanpa mau bicara sedikitpun setelah diseret oleh beberapa polisi atas laporan Kim Mingyu--sahabat Jungkook.

Jimin berdehem sebentar; memandang Taehyung nanar. "Tae, aku punya kabar buruk untukmu."

Taehyung tetap bergeming, sementara Jimin menghela napas berat. "Jungkook meninggal." Ada jeda sesaat. "Tadi malam bersama bayinya," lirih pria bermarga Park.

Lantas, yang didapati Jimin ialah tubuh Taehyung yang menegang serta mata terbelalak. Namun Taehyung masih bungkam, meski butiran bening mulai berjatuhan membasahi pipinya. Keheningan yang menyesakkan menyelimuti ruang introgasi. Tak ada sedikitpun isakkan keluar dari bibir pria bermarga Kim, tetapi Jimin bersumpah melihat binar kepedihan dalam hazel Taehyung.

"Ini salahku." Taehyung berbisik parau, bahkan hampir tak terdengar. Pria itu mengangkat tangan terborgolnya yang gemetaran. "A-aku mem-bunuhnya," akunya dengan nada suara seolah tercekik,
"Dengan kedua tangan ini." Dan tampak sangat menyedihkan.

Selama sepersekian detik, Jimin hanya mampu tertegun atas pengakuan yang akhirnya terucap dari bibir Taehyung. Setelah hampir 10 jam bungkam ... sebenarnya bukan ini harapan Jimin. Perkataan Taehyung; Jimin ingin sekali menganggapnya sebuah lelucon semata. Tapi, sesal yang tergambar jelas disana tak dapat ditampik. Taehyung bahkan memandang benci kedua tangannya; seakan siap memotongnya sekarang juga.

Kemudian Jimin segera tersadar oleh air matanya yang ikut meluncur begitu saja. Tak pernah terbayangkan bagi dirinya untuk terjebak di situasi memuakkan ini. Jimin selalu menganggap Taehyung sebagai adik walau usia mereka tak terpaut jauh. Taehyung tengah hancur, namun Jimin tidak bisa membantu. Dia ingat harus bersikap profesional. Maka dari itu, pria bermarga Park langsung meraih alat perekam yang terselip di kantung celananya.

Menekan tombol on, Jimin coba menguatkan hati. Siapapun terdakwa yang kini duduk dihadapannya, sebuah pengakuan harus didapat demi penyelidikan lebih lanjut.

"Taehyung-ssi, apakah ucapan Anda tadi adalah sebuah pengakuan?" Pertanyaan khas seorang penyidik itu pun terlontar.

Taehyung menghentikan racauan, dan kini mendongak. Mata memerah penuh air mata milik pria itu menatap Jimin sarat akan nestapa tak terkira. "Ya," jawabnya serak, lalu kembali tertunduk dengan jemari mengepal. "Ka-kami bertengkar. A-ku mendorongnya dari tangga." Taehyung melanjutkan; terdengar amat sumbang.

Jimin tertegun. Bertengkar? Setahunya pasangan Taehyung-Jungkook selalu terlihat harmonis selama ini. Ia mengenal Taehyung; sosok dewasa penuh kelembutan dan cinta. Lalu Jungkook adalah sosok manis serta menggemaskan yang membuat siapapun tak akan tega menyakitinya. Sebenarnya apa yang tersembunyi hingga Jimin bagai orang asing dalam kasus ini? Bukankah Taehyung selalu menceritakan semua hal padanya?

Memijit keningnya pelan, Jimin merasa pusing oleh berbagai tanda tanya di benaknya. Tidak. Meskipun dia Taehyung, Jimin harus memperlakukannya seperti para terdakwa lain. Jimin menelan ludah; bersiap melontarkan pertanyaan berikutnya.

"Apa motif dari pertengkaran itu, Taehyung-ssi?"

Raut muka Taehyung mendadak berubah. Rahang pria itu mengeras dan giginya bergemelatuk; seakan siap meledak. Seluruh wajah Taehyung memerah dengan otot-otot leher yang mengencang. Pria bermarga Kim tampak mengernyit jijik. "Ba-bayi sialan itu," desisnya parau; penuh amarah.

Taehyung lantas menghunus Jimin dengan tatapan tajamnya; segala kemarahan terlukis disana. "Kau tahu, Jimin? Bayi itu membuat seluruh kesialan menimpa kami! Aku tak sanggup melihat Jungkook-ku kesakitan," ucapnya getir.

Tawa miris menggelegar, kemudian secara tiba-tiba Taehyung menggebrak meja dihadapannya dan berseru histeris,
"Aku hanya ingin menyingkirkan bayi itu, bukan Jungkook-ku! Aku hanya ingin Jungkook-ku bebas dari mimpi buruknya!"

"Tapi aku malah membunuhnya!"

"Aku membunuh istriku!"

Sesudahnya pria itu kembali menangis; tergugu hebat hingga nyaris tersedak. Isakkannya bahkan lebih mirip disebut lolongan derita.

Jimin termangu pada posisinya; menyaksikan kepahitan seorang Kim Taehyung yang baru saja kehilangan separuh jiwa. Ada hantaman sesal didadanya; mengapa selama ini Jimin tidak menyadari jika kehidupan rumah tangga Taehyung mungkin saja jauh dari kata bahagia? Harusnya ia membantu Taehyung sehingga tragedi ini bisa dihindari, dan kini semua itu kadung terjadi.

Terutama karena fakta baru itu--kebencian Taehyung pada bayi dalam kandungan Jungkook--yang mana sukses membuat Jimin benar-benar terkejut. Bagaimana semua itu bisa luput dari perhatiannya? Demi Tuhan, bahkan Jimin menjadi saksi bagaimana Taehyung rela terusir dari rumah mewahnya karena memperjuangkan sang bayi. Lalu, dimana titik awal kesalahan atas seluruh mimpi buruk ini?
.
.
.
.
.
To Be Continued

Bagaimana? Semoga kalian semua menikmati alurnya.

FYI, fanfic ini alurnya maju mundur dan akan diambil dari sudut pandang tokoh-tokoh yang menjadi saksi dari awal Taehyung-Jungkook saling mengenal hingga tragedi pembunuhan terjadi.

Hope you like, guys 💜

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gone (Taekook/Vkook) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang