Tanya Hati

1 0 0
                                    

Salah satu dunia yang tidak ingin cepat berakhir adalah
Saat duniamu tak dapat dipatahkan oleh semangatmu

“Sekarang adalah ujian kenaikan kelas terakhir di kelas X, Ibu harap kalian yang memiliki cita-cita setelah SMA mampu memaksimalkan ujian ini dengan sebaik-baiknya dari mulai kelas X ini, karena untuk penerimaan mahasiswa baru nanti tetap saja sistemnya diakumulasikan nilainya dari mulai kelas X semester 1 jadi silahkan untuk bersikap bijak mempersiapkan masa depan dengan baik” jelas bu Irma, guru Fisika yang cukup care terhadap siswa.

Tepat hari ini ujian akhir sekolah dimulai, deg-degan sih, tapi Shasa berpikir ini bukan hari akhir. Yang lain mati-matian belajar keras demi mendapatkan nilai yang baik, yang lain berlomba-lomba meruncingkan pensil untuk membuat coretan di kertas kecil a.k.a menyontek, yang lain sibuk membuat tato dilengan, yang lain sibuk membuat huruf A, B, C, D di penghapus mereka, yang lain sibuk menyembunyikan buku di balik baju, ataupun diselipkan di dompet, yang lainnya mengincar kursi paling strategis agar bisa menjadi CCTV nya, yang lainnya sibuk mempersiapkan alat tulis dalam genggamannya agar tidak dipinjam orang, yang lainnya sibuk berdoa, yang lainnya sibuk pula mengingat materi yang telah dibaca malam tadi, sisanya melongo menunggu relawan datang, tapi ada pula yang langsung bersiap diri mencari posisi nyaman untuk tidur, itulah atmosfir saat ujian datang.
Itula masa-masa terindah dalam kehidupan SMA.

“Shasa!” sahut Boni di belakang ku.

“Apa?” balas Shasa.

Boni memberi simbol angka 37 di tangannya.
Bukkkkk...

Buku paket Fisika mendarat tepat dibelakang kepala Boni

“Tidak ada simbol-simbol negara” cetus Bu Irma. Shasa dan seisi kelas terkekeh dan melanjutkan kembali test nya.

Akhirnya hari pertama lancar-lancar saja. Dan setelah jam sekolah berakhir seperti biasa kalau tidak Shasa yang menunggu, Panji yang menunggu Shasa di parkiran.

“Dorrrrrrr!” Shasa mengagetkan Panji yang tengah duduk di kursi dekat parkiran.

“Dih Sha, ngagetin aja!” Panji memukul bahu Shasa “gimana tadi? Hari pertama?” tanya Panji sambil bersiap diri mengeluarkan motornya.

“tadi? Tadi lumayan sih, cuman akutuh bingung aja perasaan semalam udah baca kan yang materi Fluida tapi pas aku inget-inget gak inget sama sekali tauu wkwk” tau kan Shasa tipe siswa ujian yang gimana.

“kamunya aja yang bodoh, baru baca semalem udah lupa” Panji terkekeh dan menyerahkan helmnya kepada Shasa.

“lu aja yang bego, gua yakin tuh pas geografi lu pasti bingung kan tuh” cemberut Shasa, sambil mengenakan helm khusus buat Shasa katanya.
“yah itu mah emang kelemahan gua haha, kuy!” jahat Panji.

Shasa menaiki motor Panji dan bergegas pulang, karena Panji tidak ada latihan kali ini, Panji mengajak Shasa untuk pergi ke toko kamera.

“Kamera buat apa sih?”

“buat liburan Sha, bentar lagi kan kita liburan!” balas Panji sambil berjalan menjajaki tiap gerai yang menyediakan bermacam-macam kamera.

“pegel ih, buruan dari tadi liatin mulu, kaga dapet, minimal lensanya doang ke, atau trippod kek” Shasa merasakan kekesalannya semakin memuncak karena hampir 1 jam kamera yang dicari Panji tak kunjung ada.
“nah itu bukan?” Shasa menunjukan sebuah kamera digital yang ia lihat di ponsel Panji yang Panji cari.

“mas, mau lihat yang itu boleh?” sambil menunjukan kameranya.

Mas-nya menjelaskan spesifikasi kamera dan lain-lain, sementara Shasa berputar, melihat-lihat kamera-kamera yang dipajang di gerai tersebut, selagi melihat-lihat, Shasa menemukan sosok laki-laki aneh yang beberapa waktu lalu ia temui di gelanggang dari balik kaca yang terpantul, kemudian Shasa berbalik mencari-cari sosok laki-laki itu, dan menghampirinya secara perlahan.

Swimmer On WinterWhere stories live. Discover now