“Mmmm Adnan, btw dia atlet yang pelatihnya itu temennya pelatih Panji kan?”
“Katanya sih iya”
“hmmm” rasa penasaran Shasa kini sudah terpecahkan. Siapa dia, dan mengapa dia mampu menjadi daya tarik seorang Shasa yang semua orang tau bagaimana Shasa terhadap lingkungan sosial. Entahlah, ini akan seperti apa keedepannya, apakah Adnan itu akan menjadi sosok yang akan terlibat juga dalam kehidupan Shasa ataukah akan ada suatu cerita baru dari rasa ingin tahu Shasa ini.
Setelah banyak hal-hal yang ia dapatkan dari Mila, Shasa pun menghubungi Panji, Rama dan Reki untuk datang ke kafe tersebut, setelah beberapa saat kemudian mereka akhirnya datang.
“wehhh hai Sha, Hai Mil” sapa Reki.
“Yoi” balas Mila.
“mas, Mocca Float, Blubbery Float, masing-masing 2”Panji memesan beberapa minuman, memang dialah yang paling tahu apa yang disukai teman-temannya, setelah itu ia melanjutkan percakapannya “Lagi bahas apaan sih” tuturnya.
“lagi bahas liburan” jawab Shasa
“Oh iya gengs, gua kemaren dapet info paket liburan cuy” sahut Mila.
“kemana kemana?” jawab Rama penuh semangat, Mila memperlihatkan paket liburan ke Raja Ampat.
“Gila!!! Mantap nih, call gak nih?” sahut Reki.
“call” jawab Panji
“Call” jawab Mila
“Call” pangkas Rama
“Okey, tanggal 20 kita berangkat, gua bakalan ngehubungi panitianya dulu, jangan lupa bayar HTM nya ya guys, paling lambat hari Rabu, oke”tutur Mila.
“Okey” jawabnya serentak.
“Oh iya ko gua gapernah liat lu latihan lagi?” potong Mila.
“gua butuh istirahat, nanti kan tanggal 25 gua olimpiade yang Porda itu” jawabnya.
“eh lu harus waspada kan lu punya saingan sekarang” sambung Mila.
“oh, anak SMA Bhumi itu ya?” jawab Panji meyakinkan “santai sih, dua tahun terakhir gua belum dipertemukan agi d satu event tuh sama anak SMA Bhumi” tuturnya.
“ya makanya lu harus waspada” pangkas Mila.
Kingg...kring... handphone milik Shasa berbunyi menghentikan semua percakapan yang berlangsung. Shasa pun langsung beranjak dari tempat duduknya menuju ruangan yang sedikit jauh dari keramaian.
“Halo”
“Siapa?”
“Oh”
“Kafe”
“sekarang?”
“HAH?”
“okedeh”
Shasa menutup telponnya dan kembali ke meja.
“Siapa Sha?” tanya Rama memekik.
“oh, itu ponakan, minta dianter ke toko buku” cetus Shasa sambil merapikan barang-barang dan mengeluarkan uang sebagai tanda ptpt makanan tadi.
“gua cabut duluan ya” Shasa beranjak dan mengambil tasnya.
“anter jangan?” sahut Paniji
“gausah gua naek taksi online aja” pangkas Mila “bye, byeee” pangkasnya.
Shasa beranjak dari meja menuju keluar kafe, dan tujuannya sekarang adalah toko buku dimana sepupunya tengah menunggunya disana. Shasa memesan taksi online dan menunggu beberapa saat untuk kemudian diantar menuju toko buku tujuan.
“De?, udah lama?” jawab Shasa pada sepupunya.
“eh ka Shasa, iya tadi pas aku nelpon aku udah dijalan yaa nunggu sekitar 20 menitan lah” tuturnya.
“abis tadi macet de, oh iya, mau beli apa?” tanya Shasa
“ini, aku mau beli buku bentar lagi aku ujian, kira-kira buku yang bagus gitu yang efektif dan ada kunci jawaban dan soalnya wkwk” tutur sepupunya.
“hemm yaudah ayo, berangkaat”
Mereka berkeliling untuk mencari buku yang dicari, sesekali Shasa melirik toko peralatan barangkali ada barang yang bisa ia beli untuk berlibur ke Sulawesi nanti. Shasa juga memilih beberapa botol minum dan pernak pernik yang lucu, sementara sepupunya sibuk mencari-cari buku, sesekali Shasa pun merekomendasikan buku yang cocok untuknya. Shasa menyelasari setiap rak buku yang ada disana, akhirnya Shasa menemukan buku yang rekomen untuk sepupunya, Shasa meraih buku tersebut namun tiba-tiba buku yang akan diambil olehnya itu diambil terlebih dahulu oleh seorang laki-laki dari balik badannya, Shasa berbalik badan dan menemukan sosok lelaki yang tak asing buatnya, Adnan.
“Weh, itu buku gua!” Shasa merebut buku tersebut dari tangan Adnan. Sementara Adnan hanya menatap tajam.
“lain kali bilang permisi kek, atau pake bahasa isyarat kalo gabisa ngomong” tutur Shasa
“pikirmu? Siapa cepat dia dapat” Adnan kembali merebut buku tersebut dan membukanya.
“Wah, dari pertama ketemu emang lu tuh ya ngeselin maksimal” Shasa kian memanas dan kembali merebut buku itu dari genggaman Adnan.
“Hemm” Adnan menyeringai lalu perlahan mendekati Shasa yang tengah berdiri dekat rak sehingga tubuhnya membentur rak.
“Shasa SMA Angkasa?” bisik laki-laki kekar tersebut. Shasa kian gugup melihat perlakuan Adnan, Shasa memeluk erat buku tersebut dan menjawab bisikan Adnan.
“lu kira gua gatau nama lu?” tukasnya.
“Kak Shasa?” teriak sepupu Shasa yang kaget melihatnya, tak sempat melanjutkan kalimatnya Shasa kaget melihat sepupunya yang memandanginya, sementara Adnan melangkah mundur dan melihat ke arah sepupu Shasa.
“ayo pulang, kaka udah dapet bukunya” Shasa bergegas meninggalkan Adnan, namun ketika Shasa hendak pergi Adnan berlari dan menghentikan langkah Shasa dan berdiri di depannya.
“Shasa, gua bakal ngasih lu medali emas di kejurnas nanti” tukasnya sembari mengedipkan kedua matanya.
Mendengar kata-kata itu Shasa sontak merasa kaget dan menatap Adnan lekat.
“kak, buruan aku mau les” sahut sepupu Shasa.
“Ia de, ayo” Shasa berlalu tanpa melepaskan pandangannya terhadap Andan, hingga Adnan memutar badannya dan menyaksikan Shasa berlalu, entahlah Adnan memang cukup menciptakan suasana menjadi penuh misteri semenjak kehadirannya.
Adnan pun menyeringai ketika Shasa memalingkan wajahnya dan menyipitkan matanya, ia merasa puas memperlakukan Shasa seperti itu. Sementara Shasa seperti biasa berlalu dengan langkah penuh misteri terhadap Adnan.
Dalam perjalanan, Shasa tidak sedetikpun berhenti untuk memikirkan Adnan, apa yang ia ucapkan tadi cukup membingungkan dan membuat Shasa kaget sekaligus aneh. Apa yang dimaksud Adnan ia akan memberiku medali emas? Di kejurnas? Apa hubungannya denganku? Dan mengapa ia mengetahui namaku? Kurang lebih seperti itu yang Shasa pikirkan.
Apa ini akan ada kaitannya dengan Panji? Ah iya! Panji, mereka berdua adalah atlet renang, Shasa mengingat pembicaraan tempo hari antara Reki Rama dan Panji tentang Adnan, si murid SMA Bhumi yang menjadi primadona di SMA nya. Tapi yang membuatnya lebih tak dapat dipahami adalah mengapa ia mengetahui Shasa. Mengapa?
Tak lama kemudian handphone milik Shasa berdering, nampak disana Panji memanggil, Shasa mengangkatnya dan mengatakan bahwa ia sedang dalam perjalanan. Ya, Panji hanya memastikan bahwa Shasa baik-baik saja dan aman-aman saja.
Malampun tiba, Shasa membaringkan tubuhnya diatas ranjang kecil dengan hanya ditemani lampu tumblr yang menghiasi dinding kamarnya.
“Adnan; ganteng, kekar, tinggi, stylish, misterius” gumamnya.
“Panji; imut, sixpack, talented, setia, stylish juga hmmm’ tambahnya, bukannya membaca doa tidur Shasa malah membayangkan sosok Adnan dan Panji kemudian saling membandingkan antara keduanya. Shasa menggaruk-garuk kepalanya dan kembali mengingat kejadian di hari tadi yang absurd. Setelah memikirkannya beberapa kali akhirnya Shasa tenggelam dengan memori hari ini menuju mimpi malam ini.Siapa yang menyukai siapa, pada akhirnya apakah akan menjadi misteri yang selalu tak bisa di pecahkan?
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Castle On The Hills..
Shasa memutar playlist di handphone nya, dan kembali untuk memacu kakinya. Mengelilingi komplek rumah sembari mengatur nafasnya. Hari yang cukup hangat di pagi hari, membuat ia semakin on fire dibuatnya. Sesekali ia melirik dan menyapa ibu-ibu dan bapak-bapak yang tengah menyirami tanaman atau hanya sekadar untuk melakukan peregangan di depan gerbang.
Akhirnya Shasa sampai di taman dekat komplek nya, berteduh dibalik pohon, mematikan playlist musik di handphone nya digantikan dengan paduan suara dari burung yang bertengger di pohon atau di ranting-ranting yang ada di taman, sesekali ia meneguk minumnya dan menyaksikan suasana sekitarnya.
“Nih” tiba-tiba sebuah tangan menyodorkan selembar sapu tangan kehadapannya, kemudian Shasa membuka topinya dan menengadahkan kepalanya. Tampak laki-laki yang menurutnya sexy dan talented yakni Panji, kemudian Shasa mengambilnya dan menggunakannya untuk mengusap keringatnya.
“nanti ke gelanggang yu, abis ini langsung aja gimana?” ajak Panji.
“oke” kembali lagi Shasa memikirkan sosok Adnan, akankan ia bertemu di gelanggang? Kita nantikan saja.
“kapan sih olimpiade?” Shasa nampak membuka percakapan, sementara Panji merubah posisinya dan duduk disamping Shasa.
“tanggal 25 Sha”
“ini tanggal berapa”
“ni tanggal 18”
“kita ke lIburan tanggal berapa?”
“tanggal 20-23, tiga hari Sha, gua cuman punya 1 hari buat bener-bener prepare olimpiade itu” Panji menghela nafas
“kalau gitu, kita gausah liburan aja, gua takut kondisi lu kenapa-napa nantinya, kan oimpiade butuh persiapan yang matang” paparnya.
“ngga, jangan khawatir, it’s ok! Gua bisa ko” senyum Panji mengembang disana.
“hmmm yakin lu?” Shasa berusaha meyakinkan.
“bener, asal lu jangan berhenti buat support gua” pangkasnya.
“always when you need it or you don’t” balas Shasa. Mereka berdua memang tampak serasi dan selalu mensupport satu sama lain. Setelah perbincangan hangat pagi itu, Shasa dan Panji bergegas untuk pergi ke gelanggang.
Deburan air menyambut kedatangan Shasa dan Panji di gelanggang renang. Para atlet sepertinya tengah mempersiapkan diri masing-masing untuk menyambut musim perlombaan termasuk Panji yang juga merasakan hal yang sama. Nah masalahnya adalah, apakah Adnan juga akan muncul disini? I don’t know about that.
“Sha gua ganti dulu” Panji berlalu menuju ruang ganti.
Sepeti biasa, Shasa duduk di tempat para coach berada. Untuk menyaksikan secara lebih dekat Panji berlatih. Sementara di sana juga terdapat beberapa coach yang tengah mengawasi muridnya. Mata Shasa tak berhenti mengawasi sekitar menoba mencari-cari sosok Adnan namun hasilnya nihil, sama sekali tidak ada. Selama 45 menit ia menyaksikan Panji berlatih tidak ada sehelai rambut Adnan yang dapat ia temukan. Shasa awalnya berpikir untuk pergi ke kantin untuk hanya sekadar mencari Adnan saja, namun ia mengurungkan niatnya dan memutuskan untuk diam saja karena terlalu malas untuk melihat suasana kantin.
Shasa hanya bisa memandangi para atlet dan handphone nya saja, sesekali Panji menghampiri Shasa kemudian berlatih kembali, hari ini Panji berlatih cukup ekstra karena mungkin lebih dipersiapkan matang untuk olimpiade terlebih untuk melawan Adnan.
Shasa hendak berjalan jalan saja di pinggir kolam, sembari memainkan botol minumnya. Namun ketika ia tengah berjalan menyusuri bibir kolam rasanya Shasa juga ingin masuk ke kolam dan berenang. Terdorong oleh keinginannya akhirnya Shasa mendekati bibir kolam dan duduk di atasnya, memainkan air dan sesekali tertawa. Manis sekali. Namun di tengah Shasa asyik bermain di pinggir kolam, tiba-tiba terlihat kepala menyundul ke permukaan air dan menarik tangan Shasa ke air sehingga Shasa jatuh tercebur kedalam kolam.
.
.
.
.
.
.
YOU ARE READING
Swimmer On Winter
Roman pour AdolescentsKisah segitiga yang cukup rumit dengan diwarnai kehidupan masa SMA yang indah dan lengkap. Cinta hadir memang bukan karena kita yang mencari. Tapi karena cinta mencari tuannya untuk mampu merasakan dan menikmati cinta. Terlepas dari waktu kapan cin...