dua

31 4 2
                                    

"Nu, kita mampir sebentar ya? aku lupa harus ambil barang ditemen."

Tuhkan, kalau jalan sama Keanu pasti gak mulus, selalu aja belok-belok. Buktinya kalian bisa lihat sendiri.

"Ya udah, cepet dikit nanti aku terlambat."

Keanu mengangguk lalu melangkah pergi meninggalkanku sendiri. Sudah tidak asing memang, setiap Keanu "mampir" aku selalu memilih untuk tinggal di motornya sampai dia selesai.

"Wah Ke, bawa princess lagi nih?"

Aku menoleh, ku yakin dia yang waktu itu membuat Keanu terluka. Iya, saat pertarungan sengit antara sekolah kami dengan sekolah lain. Keanu pernah ikut tawuran dan terluka dibagian punggungnya.

"Gak usah banyak bacot sia!"

Aku turun, mendekati Keanu. Dia itu seratus persen turunan mama Icha, sifatnya yang emosian.

"Keanu udah, aku nanti terlambat."

Ku tarik lengannya perlahan. Lalu dia mengangguk melihatku.

"Ayo."

Ucapnya dan langsung menggiringku untuk kembali menaiki motor. Keanu itu orangnya baik, perhatian, lembut,
dan juga penyayang. Sayang, semua sifatnya itu tertutup dengan kejahilannya.

Dengan tanpa memberi aba-aba Keanu langsung menjalankan motornya sedikit kencang, membuatku terlonjak dan menabrak punggungnya.

"Aduh!"

Pas sekali, dahiku mendarat di tengah-tengah punggungnya. Karena refleks lalu ku lingkarkan tangan kepinggangnya, ini bentuk kewaspadaan kalau-kalau aku terjatuh tidak akan sendirian.

"Ke! pelanin motornya kamu mau bawa aku mati?!"

Aku sedikit berteriak tepat pada kupingnya. Walaupun helm yang ia gunakan fullface, namun ada satu celah dimana kupingnya bisa meng-ekspose suara dari luar.

Dia kaget, lantas memberhentikan motornya dengan tiba-tiba lagi saat sampai diparkiran gedung tempatku memanah.

Dan lagi-lagi, dahiku menabrak belakang helm yang ia gunakan.

"Ke!kamu itu mau anter aku, atau nyiksa aku sih?!!"

Aku kembali merenggut, sakit sekali dua kali terkena hantaman ditempat yang sama. Mungkin dahiku sudah memerah saat ini.

"Yaampun Nu, belum beres ngomel satu kali udah ngomel lagi."

Dia turun terlebih dahulu,membuka benda yang melindungi kepalanya tetapi benda yang membuat dahiku memerah.

Setelah itu dia melihatku,lalu—

"Astaga Ranu!!!"

"APA?!!"

"Dahimu memerah."

Tangannya terulur untuk mengusap dahiku. Alisnya berkerut tanda tidak suka. Juga ibu jari yang senantiasa mengusap lembut.

"Ulahmu!!"

Lalu detik berikutnya. Dia memeluk kepalaku. Sambil terus menggumamkan kata "maaf."

Aku terdiam, termenung, bingung dan apa yang harus menjadi reaksiku berikutnya.

"Sumpah, Nu kenapa tadi gak pukul punggungku saja?"

Tangan dan ibu jarinya masih setia mengelus lembut dahiku. Sekarang ditambah adegan dia meniup-niup.

"Tadi sudah ku teriakan didepan kupingmu, gak kedenger juga, dasar budeg!"

Ku lepaskan diri dari jeratannya. Lalu turun dari motor dilanjutkan melangkah menuju gedung itu, bukan gedung sempurna hanya depannya. Setelah masuk kamu akan melihat hamparan hijau yang luas.

MahameruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang