(Malang 1988)
Musim Hujan
Udara sore itu lebih dingin dari biasanya,hujan rintik rintik yang lembut dan langit yang bergaris pelangi menemani Rafli dan Ika(Adiknya) nyekar dimakam ibunya.
Setelah kurang lebih setengah jam mereka membaca doa mereka berdua pulang melewati jalanan berkelok kelok di bawah gunung Arjuna.
Ka! Kita berhenti sebentar! ''panggil Rafli''
Ada apa mas? ''jawab Ika pelan pelan''
Gimana kalau kita memetik bunga mawar di pingir jalan itu? warnanya indah banget ka!
Wah,ide bagus tu mas
Sesampainya di pinggir jalan mereka memetik bunga mawar beserta tangkainya.Mereka pun segera pulang karena hari mulai gelap
Malam itu rintik rintik hujan dan kabut yang tebal menemani Rafli diteras rumahnya yang sedang bersantai.Dan Rafli pun membayangkan bahwa orang yang dicintainya (Ega) sedang menari nari,melambaikan tangan,dan datang kepada Rafli untuk emberikan anggur cinta yang manis dan memabukkan.
Ika mengejutkan Rafli dan buyarlah semua lamunan nya.
Hei mas! ''Teriak Ika''
Waduh! kamu loh Ika senengan e gawe kaget
Halah,mas lagi mikirno mbk Ega ya? ''jawab Ika''
nggk kok,kamu ini Cah cilek melok ae ''jawab Rafli sambil tertawa''
Walah mas wong aaku sudah SMA katanya Cah cilek,coba lihat mataku dandanku dan cara bicaraku,semuanya sudah berubah aku sekarang lebih cantik dan........
''Rafli langsung menyela'' Dan watunya pacarn?
Dah tau gitu kok bilang aku Cah cilek ''jawab Ika sambil sewot''
Dan Rafli pun pergi kekamarnya membuat sebuah surat yang akan dikirim ke pada Ega orang yang dicintainya.Dia membuka jendela kamarnya dan merokok asap rokok yang menyatu dengan kabut asap yang kian dingin dan menyengat,Ia pun langsungmembuang putung rokok dan menutup jendelanya.
Setelah menulis surat tersebut Rafli pun memasukkan kedalam amplop berwarna merah jambu dan empat batang rokok dan secangkir kopi telah habis .Dan Rafli pun tidur dan hanyut dengan mimpi mimpi indah dan berpacu dengan nafas perjuangan
YOU ARE READING
Tetes Air Mata Kerinduan
RomansaNovel ini kutulis untuk seseorang yang telah mengukir ruh cinta dan nafas rindu