Hari-hari selama MPLS ku berjalan dengan lancar. Biasa-biasa saja. Tidak ada yang menarik. Ya mungkin beberapa orang suka pada bagian pengenalan ekstra. Selain dapat hadiah, kakak ekstranya juga ganteng-ganteng. Dan besok adalah penutupan MPLS. Ya aku tidak heran sih sekolah ini menjadi favorit si daerah kami. Kualitas pendidikan disini terbilang cukup bagus daripada yang lain. Juga kegiatan berorganisasi disini pun bisa dibilang baik. Kami berkumpul di aula. Untuk pembagian regu pramuka (perkemahan jumat sabtu). Aku suka pramuka. Tapi aku mulai tidak suka kalo kakaknya galak dan kegiatannya melelahkan. Kulihat yang memberi instruksi untuk persiapan kemah kami cukup menarik perhatian.
"Kak Nathan ganteng banget sih" Senggol orang di depanku kepada temannya.
"Iya ganteng banget" Orang disampingku juga tidak mau ketinggalan dalam memberi komentar.
Memang ganteng primadona sekolah. Aku sibuk memperhatikannya dan mencatat hal yang penting. Mata kami saling bertemu. Kulihat sorot tajam memesona itu, tanpa berkedip sedikit pun.
"Aya" Panggil orang yang berada dibelakangku.
"Ya"
"Minjem stipo dong"
.
.
.
Matahari mulai meninggi, panasnya pun menyengat kulit kami. Dengan keringat bercucur aku berdiri. Upacara pembukaan untuk kemah berlangsung di tengah panas terik. Kegiatan-kegiatan yang ada berjalan secara lancar. Semua orang asyik pada kegiatan masing-masing. Sampai matahari tenggelam barulah kami beristirahat sejenak.Setelah beristirahat, acara selanjutnya adalah sharing. Kakak kelas dan adik kelas di bagi menjadi beberapa kelompok bagian. Jujur saja aku tidak mengenal kelompokku satu-satunya yang kukenal mungkin adalah Mika. Anak perempuan yang satu kelas denganku, juga satu bangku. Tapi rasa canggung masih menyelimuti kami ketika kami mengobrol. Menurutku kepribadiannya cukup dingin dan dia juga cukup pendiam. "Maaf terlambat" Ucap kak Nathan sambil duduk. Tentu saja anak perempuan di kelompokku senang sekali.
"Nah karena sudah lengkap ayo kita mulai sharingnya" Ucap kak Reina dengan ramah.
"Dimulai dari sini dulu deh" Sambil menunjuk anak di depanku. Semua orang bercerita tentang hal menyenangkan, sesekali diselingi canda tawa ria. Tiba giliranku.
"Nah kalo kamu? Apa yang pertama kali kamu rasakan ketika masuk sini?" Tanya kak Reina sambil memasang senyum yang ramah.
"Gelap kak" Jawabku dengan polos.
Kulihat semua orang heran dengan jawabanku. Terutama kak Nathan daripada heran mungkin ia sedikit terkejut mendengarnya, tapi dia berusaha menutupi sikapnya.
"Eh gelap kenapa? " Tanya kak Reina lagi dengan muka heran.
"Entahlah kak tapi saat pertama kali saya masuk kesini auranya gelap. Tapi kalo pendidikan dan lain-lain itu bagus kok"
"Ah ada-ada aja kamu dek, haha" Ucap kak Reina sambil menertawaiku.
.
.
.
Eh itu seperti Mika mau kemana dia. Tanpa sadar aku diam-diam mengikuti Mika. Aneh. Aku berpikir apa tidak takut dia berjalan sendirian seperti ini, dan lagi menuju tempat yang jauh dari kelas yang dipakai. Tiba-tiba dia menghilang. Tentu saja aku kehilangan jejaknya. Apa dia didalam kelas ya?. Batinku sembari jalan menuju kelas itu.
"Jangan kesana" Sambil memegang tanganku kak Nathan mencoba menghentikanku.
"Eh maaf kak" Jawabku dengan setengah kaget.
"Mau kemana kamu malam-malam gini, udah ada instruksi segera tidur kan? " Dengan nada sedikit kesal.
"Saya mau ke toilet kak. Tapi saya liat temen saya berjalan ke sini ya udah saya ikuti saja"
"Kalo begitu ayo kuantar"
Apa dia gila, mau mengantarku toilet? Aku diantar laki-laki ke toilet? Jangan bercanda.
"Gausah deh kak gapapa aku sendiri aja" Sambil cepat-cepat berjalan, aku menolak tawarannya.
"Alexandra Aya" Ucapnya dengan nada dingin. Dan membuat langkahku terhenti.
"Panitia disini punya kewajiban untuk menjaga adik-adiknya. Jadi sebaiknya kamu tidak menolak tawaranku" Sambil melototkan matanya yang tajam kearahku.
"Baik kak" Jawabku dengan nada pasrah dan setengah ketakutan.
"Baiklah kalo gitu ayo, kamu jalan duluan saja" Kami pun segera bergegas untuk pergi ke toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peka
Teen FictionAku bisa merasakannya, tapi aku tidak bisa melihatnya. Ini lebih menakutkan daripada jatuh cinta.