Destiny

4

Cahaya rembulan masih berpendar indah diatas atap rumah, cuaca malam ini cukup bagus, tidak sedingin malam-malam sebelumnya. Namun apa bedanya untuk Taeyong? Taeyong hanya mampu merasakan semilir angin malam tanpa mampu melihat sang rembulan.

Taeyong berdiri dibalkon kamarnya, menikmati hembusan angin yang menenangkan. Taeyong merasa beberapa ada beban hilang darinya, Taeyong merasa tenang. Taeyong tau tak seharusnya ia berdiri menghadang angin seperti ini, terlebih lagi ini angin malam. Ia bisa jatuh sakit kapanpun, tapi Taeyong enggan untuk peduli. Taeyong hanya ingin ketenangan, sebab Taeyong merasakan konflik yang cukup memuakkan dihatinya. Taeyong sebenarnya lelah, lelah berperang dengan egonya.

Taeyong ingin sembuh dan dapat melihat lagi, namun hatinya memberontak hebat. Sebenarnya bukan hal yang sulit bagi keluarganya untuk mencarikan donor mata untuknya. Tapi Taeyong tidak ingin membuat keluarganya berada dalam kesulitan, kesulitan untuk mencarikan donor mata yang cocok untuknya.

Terlebih lagi, mencari pendonor bukanlah hal yang mudah. Taeyong menghela napas lelah, hari ini sudah cukup berat untuknya. Banyak hal yang terjadi dalam kurun waktu satu hari, cukup menguras tenaga hingga Taeyong kelelahan. Taeyong memang lelah, lelah untuk segala hal. Batinnya, fisiknya, mentalnya segalanya ia merasa lelah.

Ia ingin menangis, namun ia sadar bahwa ia sudah berjanji untuk kuat. Apalagi ia seorang pria, bagaimanapun juga seorang pria tidak cocok untuk menangis karena hal yang sepele begini.

Raut Taeyong berubah sendu, ia benar-benar lelah menghadapi kegelapan seperti ini. Ia sudah merasakannya sejak kecil. Hanya gelap, gelap, dan gelap. Selalu seperti itu hingga Taeyong bosan sendiri. Sesekali ia ingin dapat melihat secercah cahaya walau hanya sesaat. Ia sudah bosan berteman dengan kegelapan.

Taeyong memukul kepalanya pelan, rupanya ia sadar dengan apa yang ia pikirkan. Taeyong merasa bodoh sekarang.

"Apakah aku baru saja mengeluh?"