🔥Ini Bucinku, Mana Bucinmu?🐉

101 25 27
                                    

dedicated to: andhyrama

Songongnya tak tertandingi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Songongnya tak tertandingi

Pun afsunnya,
Yang tak lelah menggerogot hati
Kian hari kian pacak filantropi
Num sarwa menimbulkan elegi
Candu jiwa nyata delusi

🐉~🐉

Pemuda itu tersenyum dengan manis, dari tangannya terulur sebuket bunga mawar berwarna putih. Indah sekali.

Sret...

"Sel, semenjak pertama kali aku ketemu kamu, nggak ada lagi alasan untukku bersedih. Kamu gadis terbaik yang pernah aku temui."

Dia meraih tanganku untuk menerima bunga itu. Dengan semu, aku menggapainya tanpa ragu.

Sret...

Dia menggaruk tengkuknya lalu berkata, "Jadi, kamu mau nggak...,"

Sret...

"Aelah, Dek, lu bisa diem kagak, sih?!" teriakku murka. Bagaimana tidak? Aku sedang enak-enaknya menulis scene dimana Selin akan ditembak oleh Naga, dan adikku malah menimbulkan suara yang sangat mengganggu. Membuat fokusku terpecah karenanya.

"Apa sih? Orang gue cuma buka buku, doang!" sungutnya.

"Asal lo tahu, ya suara sekecil apapun, tuh bisa menghilangkan inspirasi gue. Mau ditembak juga."

"Baru sekarang gue denger orang dengan senang hati pengin ditembak," ejeknya.

"Jones dilarang syirik!"

Dia mendelik sebelum menyahut, "Nggak pernah ngaca emang. Lagian, jomblo gue prinsip. Kalau gue mau, seribu cewek udah ngantri tanpa gue harus susah nyari."

Aku mencibir sebelum kembali menulis. Baru ingin menggoreskan pena, suara Yasa kembali menggema.

"Sel, lu nggak capek emang?"

Aku berusaha mengabaikannya, toh palingan dia cuma mau mengejekku lagi. Ya, walaupun sedikit nyeri terasa. Aku cukup paham maksud kata capek yang dia maksud.

Seiring bertambahnya kata yang tertulis, aku kembali merasakan euforia yang sempat tertunda. Senyumku mengembang. Rasanya sangat membahagiakan membaca bahwa orang yang kita suka akan meminta kita menjadi miliknya. Walaupun kisah Selin dan Naga hanya fiksi. Namun aku dan dia nyata. Setidaknya perasaanku nyata.

"Will you be...,"

"Selin, woy!" pekik Yasa tiba-tiba, membuatku tak sengaja menggoreskan pena hingga setengah naskah. Aku menatap nanar Yasa yang kini meringis.

"Pemuda Adiyaksa! Gue bunuh juga, lo lama-lama. Lo nggak tahu, kan seberapa pentingnya ini buat gue?"

"Nggak sepenting kebahagiaan lo gue rasa. Udah denger kabar kalau orang yang lo bucinin lagi deket sama Gadis Kirana, kan? Gue cuma nggak mau lo nyesel, Sel," terangnya mengendikkan bahu.

Selin, Jangan Bucin! #BucinnyaNagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang