Viridity (1)

60 9 12
                                    

Malam itu terang diterpa sinar rembulan atau mungkin karena lampu kota yang masih sibuk menerangi jalanan. Langit malam itu sangat bersih bahkan bintang pun memamerkan kecantikannya menambah indahnya langit saat itu.

Sangat berbeda dengan suasana hati seorang gadis berambut panjang yang kini tengah berjalan sendirian sembari memeluk diri karena kedinginan.

Gadis bernama Hwang Yeji itu beberapa kali menghela nafas, kakinya melangkah dengan tenang diantara lampu-lampu jalan yang memberinya cahaya agar dapat melihat. Sesekali ia menoleh untuk melihat kendaraan yang berlalu lalang berharap ada seseorang yang dengan baik hati mau menawarkan tumpangan.

Bahunya sudah terasa sakit karena terus membawa ransel yang cukup berat, musim hujan kali ini memang cukup membuatnya kewalahan. Berangkat sekolah dalam keadaan cuaca yang berkabut dan dingin, beruntung ada tetangga yang bersedia mengantarkannya setiap pagi.

Saat tengah berada dalam alam pikirannya, tiba-tiba sebuah motor sport dengan kecepatan tinggi hampir saja menabraknya, membuat gadis itu terkejut dan terjatuh dan membuat buku dari dalam tasnya berserakan.

"Ah sakit." Yeji mengusap bokongnya yang membentur jalanan dengan cukup kencang.
Gadis itu menyadari jika pengendara motor itu berhenti dan menoleh.

"Kalo jalan tuh pake mata goblok!! Hampir aja ketabrak." Seru pengendara motor itu, dari suaranya sepertinya ia laki-laki.

"Jalan tuh pake kaki bego!!"

Yeji membalas seruan pemuda itu yang menurutnya sangat bodoh. Dia yang hampir menabrak orang kenapa malah dia yang marah? Seharusnya Yeji yang marah dan dia meminta maaf.

Saat Yeji mencoba untuk berdiri, tiba-tiba ada sebuah motor lain yang berhenti didepannya. Pengendaranya turun dan melepas helm yang ia pakai dan membantunya menegakkan kaki.

"Maaf mbak, mbak gak apa-apa?"

"Ah iya mas, saya gak apa-apa." Yeji membersihkan rok seragam yang ia pakai.

"Maafin temen saya ya mbak dia emang suka kebut-kebutan." Lelaki itu membantunya membereskan buku yang berserakan keluar dari tas Yeji.

"Iya mas. Kasih tau tuh temennya kalo salah tuh minta maaf bukannya ikutan marah." Mendengar dengusan Yeji, pemuda itu terkekeh lalu menyerahkan beberapa buku yang ia ambil.

"Iya mbak. Btw, kenalin nama saya Wooyoung, Jung Wooyoung." Pemuda itu memperkenalkan diri dan mengulurkan tangannya.

"Hwang Yeji." Yeji menyambut uluran tangan Wooyoung.

"Pake lo-gue aja ya, gak biasa pake formal nih bibir" ucapnya yang membuat Yeji terkekeh.

Wooyoung mengernyitkan dahi saat menyadari jika gadis itu masih menggunakan seragam sekolahnya yang cukup pendek dengan blazer tipis dan tak sengaja melihat lambang sekolah yang sangat ia kenali tertera disana.

"Lo kenapa masih pake seragam jam segini?"

"Gue abis kerja sampingan, gak sempet ganti baju." Ucapnya singkat.

Tiba-tiba Wooyoung melepaskan Hoodie yang ia pakai dan memberikannya pada Yeji.

"Eh, buat apa?" Yeji menerima Hoodie itu dengan tatapan bingung.

"Lo yakin gak kedinginan pake blazer kaya gitu?"

Yeji nampak berpikir lalu mengembalikan jaket itu pada pemiliknya. "Kalo lo pinjemin ke gue, gue gimana ngembaliinnya?"

"Woo, Cepetan!!" nampak teman Wooyoung yang tadi hampir menabraknya berseru agar Wooyoung segera pergi.

"Lo anak Clὰir kan?" Tanya Wooyoung yang diangguki oleh Yeji.

"Gue juga anak Clὰir, kalo lo ada waktu lo bisa kembaliin Hoodie ini ke ruang basket, gue bakal ada disana." Ucap Wooyoung yang kini langsung menjalankan motornya, meninggalkan Yeji sendirian disana.

"Jung Wooyoung, Kelas 3 juga ya. Terus yang hampir nabrak gue siapa?" Gumamnya pelan.

Tak bisa mengenali wajah yang tertutupi helm itu, Yeji hanya mengendikan bahu lalu memakai jaket yang tadi Wooyoung berikan dan kembali berjalan menyusuri gelapnya malam.

______

"Woi Joon."

"Hah?"

Seorang pemuda yang baru saja turun dari motornya itu langsung menoleh ke arah Wooyoung yang kini berjalan mendekatinya.

"Lo hampir nabrak orang, jangan kebut kebutan lagi." Ucapnya.

"Lo lama lama jadi kaya bokap gue Woo. Ribet."

Heo Hyunjoon, pemuda itu pergi meninggalkan Wooyoung yang kini menggelengkan kepalanya, anak itu memang keras kepala, pikirnya. Kini keduanya melangkah memasuki sebuah mansion besar.

"Lo tuh ya, gue kasih tau malah kaya gitu. Kaya anak perawan lo." Wooyoung terus saja menggerutu sedangkan Hyunjoon kini sudah menutupi telinganya.

"Bodo gue gak denger."

Sesaat setelah ia membuka pintu besar yang membatasi halaman dan rumahnya, sebuah suara muncul menyebut namanya.

"Kak Joon." Seorang gadis kecil berambut hitam berlari mendekati Hyunjoon membuatnya mengukir senyum yang sangat lebar.

"Eunbyeol, adeknya kakak udah makan belum?" Hyunjoon mengangkat tubuh kecil itu.

"Udah dong kak. Tadi kak Wonyoung kesini loh kak."

Mendengar nama Wonyoung, Hyunjoon langsung mengernyitkan dahi. Mau apalagi gadis itu kemari??

"Wonyoung? Ngapain?"
Eunbyeol hanya menggelengkan kepalanya, "Gak tau."

"Eunbyeol!!" Teriakan melengking yang berasal dari pemuda Jung itu membuat gadis kecil itu tertawa dan pergi menghampirinya.

Mereka memang cukup dekat, semenjak Wooyoung tinggal bersamanya Eunbyeol jadi memiliki teman bermain sementara ia dan sang ayah tidak berada di rumah.

"Hyunjoon." 

" 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



To Be Continued...

Viridity || Heo Hyunjoon [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang