#4

13 1 0
                                    


Dan sampai pada akhirnya gua lulus dan bergegas masuk ke SMA.

***

Hari itu, setelah melewati serangkaian prosedur kelulusan di tingkat putih biru gua cukup harus berpuas diri, dengan NEM sekolah yang ngebuat gua hanya bisa gigit jari. Gua harus banyak-banyak mendengarkan ocehan yang membuat kuping kanan dan kiri gue kepanasan. Karena pastinya itu membuat keluarga gua jadi naik pitam karena anak bontot yang selagi kecil di agung-agungkan, tumbuh menjadi anak laki-laki yang sangat menjengkelkan.

Dan bokap gua menjadi sosok yang paling rewel seantero Rumah, ya semenjak dia pensiun berlayar gua menjadi anak yang paling sering denger ocehannya. Karena abang-abang gua udah pada lulus sekolah dan bisa cari uang sendiri, jadinya dia gak terlalu sering ngoceh-ngoceh ke mereka. Ya bokap gua dulunya adalah seorang yang mengais uang lewat laut lepas, ia rela terombang-ambing di Lautan demi dapur yang ngebul.

Eits, tapi bokap gua bukan nelayan kayak apa yang kalian pikirin. Dia itu laki-laki yang hidup dan bekerja sebagai pelayaran. Waktu kecil gua liat dia kayak perwira Tentara, tapi gak taunya dia seorang pelayaran. Buat gua dia sosok yang gagah saat itu, tapi sekarang dia cukup menyebalkan. Tapi sebagai anak bontot yang belum bisa berkontribusi buat keluarga gua bisa apa ? gua cuma manggut-manggut aja co.

Nyokap dulu sosok yang rewel, tapi sekarang dia seperti bertukar posisi dengan bokap gua. Semenjak mencari peruntungan lewat usaha kuliner di Kantin Kolam berenang rekreasi dekat rumah gua, dia jadi sosok yang lebih legowo, sabar, lemah lembut, dan tak banyak ngomel-ngomel seperti dulu, mungkin dia udah terlalu capek cari uang kali ya. Karena semenjak bokap gua pensiun, keluarga mengalami kemunduran signifikan di Bagian ekonomi.

Mobil yang dulunya sering ganti-ganti kini tak lagi ada di Garasi gua, Pegadaian kini menjadi jasa usaha yang paling sering dipakai oleh keluarga gua. Roda kehidupan berputar secepat itu, beruntung gua hidup dikeluarga yang bisa bertahan dari segala badai kehidupan, ahaha lebay banget anying. Setelah bokap gua pensiun, abang gue yang pertama meneruskan titahnya sebagai perwira di Laut lepas.

Ya, itu seperti telah direncanakan. Karena bokap gua menyekolahkan dia di SMK Pelayaran. Sama halnya dengan abang kedua gua, tidak sama dengan gue yang masuk SMA Jurusan IPS yang isinya anak-anak barbar semua anying. Gua nyasar dan melenceng cukup jauh dari abang serta bapak gua yang jenis pekerjaannya gagah dan menghasilkan uang tak berseri. Gua jadi ngerasa kalo gua hidup cuma dibasian kejayaan keluarga gua. Lucu-lucu miris sedih anying.

Abang gua yang pertama namanya mas Jaka sempat berlayar selama 6 bulan kalo gua gak salah, cukup membantu keluarga selama beberapa bulan namun tetap saja pada akhirnya Bokap gua harus menggadaikan motor yang biasa gua pakai saat pergi ke Sekolah. Demi melanjutkan pembayaran Sekolah gua yang mahalnya Nauzubillah, sebenernya standar harganya, tapi setiap orang tua Murid yang baru melakukan transaksi hari ini kemudian satu minggu-dua minggu kedepan udah dimintain lagi pembayaran Sekolahnya.

Yang begini membuat Bokap-Nyokap gua harus memutar otaknya lebih sering dari pada biasanya, Bokap gue seorang pensiunan yang sudah tak lagi bisa mengandalkan pesangonnya yang tak pernah kelihatan. Sedangkan Nyokap adalah seorang ibu kantin Di kolam berenang yang kadang ramai pengunjung, kadang juga sepi pengunjung. Namun sebagian besar hidup kami gantungkan di Sana, sungguh keluarga yang kompleks permasalahannya.

Ditambah lagi abang gua yang kedua si mas Diki juga sedang kuliah Pelayaran tingkat akhir semester yang sebentar lagi akan segera melakukan Prola atau bisa disebut magang tapi dibayar dengan upah yang sesuai, tapi tetap saja dia harus menyelesaikan urusan administrasi terlebih dahulu. Demi membantu sedikit-sedikit dia mulai kerja paruh waktu di sebuah tempat Catering kenalan kerabat dekatnya, Meski tak seberapa setidaknya ada pemasukan yang bisa membantu-bantu ekonomi keluarga.

Tapi meski sering dilanda krisis, keluarga gua tidak pernah sampai kelaparan yang tidak bisa makan. Selalu ada lauk pauk yang menghiasi meja makan keluarga gua. Gua juga tidak pernah terkendala sama yang namanya uang jajan, untuk jajan gua selalu ada. Jajan gua dalam sehari bisa mencapai 25-30Rb belum termasuk bensin dan kadang juga belum termasuk pulsa harian gua. Tapi meski begitu gua bukan anak yang pandai dan gemar menabung, Gua lebih suka jajan dan menghabiskan uang gua pada hari itu juga.

Sebelum gua berbaur sama teman laki-laki sekelas, gua cuma jajan 15rb perhari, namun semenjak bergabung dan mulai ikut-ikut main sama mereka uang jajan gua semakin bertambah sedikit demi sedikit. Tapi bukan berarti mereka punya pengaruh yang buruk. Kalaupun mesti ada yang disalahkan ya itu diri gua sendiri. Bukan siapa-siapa. Dulunya sebelum akrab dengan mereka gua adalah siswa yang langsung pulang ke Rumah dan cenderung nolep.

Gua ini remaja laki-laki yang tidak biasa dengan..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jopro (On GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang