pulang dulu

238 19 7
                                    

Happy Reading!

[Name] menghela nafas pelan. Tangannya melepas kacamata hitam yang dikenakannya, membiarkan manik [eyes color] miliknya menatap sekelilingnya dengan leluasa.

Astaga, tempat ini benar-benar berubah.

Batinnya bergumuruh. Berjuta kenangan yang pernah dilaluinya di sini membuat perasaannya makin tidak karuan. Ia menarik sudut-sudut bibirnya, sehingga senyum tipis terpatri apik di bibirnya, sangat cantik. Namun, tidak cukup cantik untuk menutupi binar kesedihan yang terpancar dari kedua matanya.

"Jepang, [Name] [Surname] sudah kembali." gumamnya, ia menarik nafas dalam-dalam. Hidungnya langsung berkedut. "Sial, saluran air bandara memang sangat busuk! Menjijikan, ini mirip kotoran babi." dengusnya kasar.

[Name] menjepit hidungnya dengan dua jari, kemudian melangkah mantap meninggalkan tempatnya berdiri.

Tok! Tok! Tok!

Akashi mengerutkan keningnya, heran. Suara ketukan itu kembali hadir memasuki gendang telinganya. Padahal ini jam istirahat, tapi sepertinya klien-klien dari Akashi corp tidak kenal dengan yang namanya istirahat. Pria bersurai crimson itu memakai kembali jasnya yang tadi diletakkannya di sandaran kursi kerja. Ia berdehem pelan, "Masuk." ujarnya dengan penuh kharisma.

Cklek!

Kenop pintu berputar, pintu terbuka. Kemudian, seorang gadis bersurai [hair color] memasuki ruangan.

Akashi terbelalak; terkejut dengan siapa yang mendatanginya. Netra dwiwarna miliknya bergetar; tak dapat mengalihkan pandangan dari sosok di hadapannya ini.

"[Name]..." lirihnya, tidak percaya. Akashi beranjak dari tempatnya, mendekati gadis itu, namun berhenti kurang lebih semeter di depan perempuan itu.

Gadis itu mengulas senyum tipis, senyum yang masih dapat ditangkap oleh Akashi. Ia menutup pintu, tetapi tak mendekati pria yang sedang menatapnya itu. "Hai, Akashi," [Name] menyelipkan helaian rambutnya di belakang telinga. "-lama tak bertemu."

Akashi langsung melangkah mendekati [Name] dengan tangan terangkat.

PLAK!

Tangan Akashi melayang, menampar gadis itu sekuat tenaga. "Jalang!" makinya.

Tubuh gadis itu terhuyung, ia melangkah mundur hingga punggungnya menabrak pintu. Tangan [Name] langsung mengelus pipinya yang dicium tangan Akashi. Dengan alis yang mengernyit, batinnya memaki; sial, ini sakit sekali.

Batinnya tak berhenti untuk merutuki kesialannya, namun ia tetap tidak menurunkan senyum dari bibirnya. "Kasar sekali sambutanmu. Apa ini yang selalu didapat tiap tamu yang datang?" keluhnya sambil mengelus pipinya.

"Kau tak pantas bicara di sini." Akashi menggertakkan giginya, astaga, emosinya tersulut secepat ini hanya karena perempuan ini-[Name], perempuan paling hina di mata Akashi. "Angkat kakimu dari sini sebelum aku mengeluarkanmu dengan paksa!" titahnya, tentu saja dengan absolut.

[Name] mengendikkan bahunya, agak tidak peduli. Ia melangkah mantap mendekati jendela; melewati tubuh Akashi dengan menyenggol sedikit bahu pria itu, meninggalkan kesan sombong di mata Akashi.

Tanpa izin, ia meletakkan bokongnya di atas sofa lembut di dekat jendela, nafasnya terdengar berat. "Kau tahu, aku lelah sekali." [Name] menatap kuku tangannya yang berkilau berkat nail art, kemudian mengalihkan pandangannya keluar jendela. "Aku tiba di sini setengah jam yang lalu dan kau lihat, jalanan sangat padat." keluhnya.

❝truth whisper [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang