Bab 1

17.3K 856 22
                                    

London 22.00 waktu setempat, Hari itu adalah hari dimana Delario atau yang sering di sapa Rio tengah asik duduk di taman bersama keluarga tercinta. Rio masih berusia lima tahun saat itu, ia tengah asik bermain di taman  rumahnya yang sangat luas, bersama kedua orang tuanya dan seluruh pembantunya. Mereka adalah keluarga kaya dan terpandang di kota itu. Sampai sesuatu terjadi tepat di hadapan mara Rio.

Duuuaaar
Duaaar

Tima panas menembus dada ayah Rio. Kemudian ayah Rio berteriak. "Maria, bawa anak kita bersembunyi cepat."

"Ayaaaaah....." teriak Rio.

"Pergilah, pergi bersama ibumu..." teriak tuan Danial.

Duaaaaar

Tima panas menembus dada nyonya Maria, Rio terhempas lalu ia pergi mencari persembunyian sendiri. Ia bersembunyi dan para penembak itu tidak akan menemukannya, Rio menyaksikan pembunuhan itu semua, bagaimana cara para penembak itu menghabisi kedua orang tuanya, pembantunya, dan ia juga merekam segalanya di ponselnya. Saat semua pembunuh itu sudah selesai mereka mengecek satu-satu dan saat mereka tidak menemukannya lagi, mereka pun pergi. Rio menangis, ia tidak tau harus berbuat apa. Rio mencari sesuatu untuk mengubur kedua orang tuanya, tetapi blum sempat ia melakukan apa-apa, seseorang datang kembali. Orang itu melihat sekitar, kemudian melihat Rio tengah menangisi jasad ibu dan ayahnya. Kemudian Rio kaget dan ketakutan, tetapi di luar dugaan, orang itu menolong Rio.

"P-paman s_siapa?" tanya Rio polos.

"Paman akan membantumu, ikutlah dengan paman. Paman akan menjagamu," ujar paman itu yang cukup tampan dan menawan.

"Tapi paman, bisakah aku mengubur ayah dan ibuku?" ujar Rio.

"Paman dan orang-orang paman akan mengurus semuanya, dan sekarang ayo kita pergi dari sini. Sebelum orang-orang itu curiga dan kembali." ujar paman itu.

Rio mengangguk, wajah polosnya membuat paman yang bernama Noe Castanyo itu iba dan mengajaknya pergi dari sanan. Dialah orang yang mungkin menyelamatkan Rio hingga Rio dewasa, tetapi apakah dia orang yang baik? Rio hanyalah anak kecil polos yang tidak tahu apa-apa. Ketika ada yang berbuat baik dengannya, ia pun pasti akan menurut dan ikut dengan orang itu. Tetapi Noe adalah orang baik, dan dia adalah seorang boss besar.

Tuan Noe sampai dirumah yang sangat besar dan mewah, ia pun membawa Rio kerumahnya. Lalu ia memandikan Rio, lalu menggantikan pakaian. "Besok kau akan ke asrama, nanti kau akan bersekolah disana. Paman sudah mengurus semuanya,"

Rio mengangguk, karena hari sudah malam Noe menyuruh Rio untuk tidur. Rio pun tertidur, saat Rio tertidur Noe meninggalkannya di kamar sendirian, lalu Noe pun menyiapkan berkas untuk keperluan Rio. Saat pagi menjelang, Noe mengantarkan Rio ke asrama untuk tinggal dan bersekolah disana. Bukan tanpa alasan Noe membawa Rio ke asrama, karena akan sangat berbahaya jika Rio mengetahui pekerjaan Noe. Atau akan sangat berbahaya jika Rio bersamanya.

Mereka pun sampai di sebuah Asrama elite yang sangat mewah dan megah, lalu Rio pun sudah boleh bersekolah dan tinggal di asrama itu. Rio menjadi anak pendiam di antara semua siswa siswi yang ada disana. Asrama itu juga ada asrama untuk anak permpuan. Rio mendapat seorang teman, namanya Exel, anak itu satu kamar dengannya. Exel anak yang baik, ia bahkan lebih tua dua tahun dari Rio.

"Hai, siapa namamu?" sapa Exel Delacontesa.

"Hai, aku Delario, panggil saja Rio." ujar Rio.

"Adik Rio, satu kamar sama kakak. Kalau ada apa-apa bilang sama kak Exel ya," ujar Exel sambil tersenyum manis khas anak kecil.

Rio hanya mengangguk, lalu Rio membereskan semua barang bawaannya. Hari-hari Rio lalui dengan suka cita di asrama itu, Rio anak cerdas dan cepat berbaur dengan yang lain. Tetapi ia tetap menjadi anak yang tak banyak bicara. Noe selalu memperhatikan Rio dari kejauhan, ia selalu memberi kebutuhan buat Rio. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Tak terasa Rio tumbuh menjadi remaja yang sangat tampan dan menggemaskan. Tetapi tatapan matanya dingin, kosong, dan jika di perhatikan ada dendam di matanya.
Hari ini adalah hari libur dan kepulangannya kembali ke rumah Noe, setiap weekend ia harus kembali dan berlatih kepada Noe. Entah pelatihan apa itu.

"Jika kau seperti itu, jika kau lemah maka kau akan mati. Jika kau tidak kuat maka kau tidak akan bisa bertahan." bentak Noe kepada Rio.

"Maafkan aku paman, aku akan berusaha dengan keras." sahut Rio dengan suara yang lantang dan keras.

"Aku tidak tahu bagaimana kau akan bertahan hidup jika tidak ada aku!" sahut Noe dengan penuh penekanan.

Rio merasakan kalau Noe akan pergi meninggalkannya, ia duduk termenung di antara pilar di rumah itu. Rumah yang luas dan megah. Rio menghampiri Noe, kemudian ia berbicara. "Apakah paman juga akan meninggalkan aku?"

"Kemarilah, duduk di dekatku." ujar Noe, kemudian ia berbicara lagi. "Aku sekarang sudah tua. Ketika kita sudah menjadi tua, hidup kita tidak lama lagi. Siapa yang tahu, mungkin besok aku mati, atau bahkan kau yang mati. Takdir selalu punya jalan sendiri, hidup memiliki banyak pilihan. Tetapi takdir? Siapa yang tahu."

"Paman...." Rio menatap wajah Neo sendu, kemudian Rio berbicara lagi. "Aku akan berusaha semampuku, tetutama untuk membalaskan dendam kematian kedua orang tuaku."

"Simpan saja dendammu, dendam itu tidak baik. Jika kau membalasnya dengan dendam yang sangat kuat, maka hidupmu tidak akan menjadi lebih baik." sahut Noe.

Rio hanya diam, benar yang di katakan oleh Noe. Dendam itu tidak baik, ia akan mencari cara bagaimana ia bisa menemukan pembunuh kedua orang tuanya. Kemudian Rio berbicara lagi. "Paman, aku akan kembali ke asrama, aku akan belajar dengan giat lagi. Paman jaga diri baik-baik."

Noe mengangguk, lalu Rio memilih naik bus di bandingkan di antar oleh supir yang biasa mengantar jemputnya. Rio berpikir sepanjang jalan, di dalam bus ia tak sengaja bertemu dengan Exel. "Hei, kau darimana?"

"Kak Exel, biasa dari rumah. Kakak sendiri dari mana?" ujar Rio.

"Sama dari rumah dan beli makanan buat di asrama. Kau dari rumah kenapa cemberut bukannya senang," ujar Exel.

"Hahahha, ga apa-apa kok kak. Tadi cuman ketemu beberapa orang yang sedikit menyebalkan." ujar Rio.

Exel mengangguk, lalu memberikan ciki ke pada Rio. Mereka memakan ciki itu sepanjang perjalanan. Tak terasa mereka sudah sampai di depan asrama, Exel tumbuh menjadi anak yang tampan dan atletis menjadikan anak itu semakin sexy dan di idamkan semua orang. Sementara Rio tumbuh menjadi anak pendiam dan jarang bicara, tatapan matanya dingin dan banyak rahasia, terkadang ceria, terkadang murung. Emosi anak itu masih terkontrol dengan baik, walau sebanarnya ia ingin memecahkan kepala orang yang mengganggunya.

Saat hendak masuk ke asrama, Rio dan Exel di hadang oleh anak-anak yang sedikit bandel atau nakal di asrama itu. Orang itu sering mengganggu Rio. Biasanya tidak ada Exel, kemudian anak-anak itu minggir. Mereka sampai di kamar, lalu Rio pergi ke kamar mandi. Tempat mandi di asrama itu seperti tempat mandi umum. Di sanalah Rio menyaksikan salah satu anak di siksa oleh enam orang anak remaja yang menghadang Rio dan Exel tadi.

"Hentikan, apa yang kalian lakukan?" ujar Rio.

Ketua dari geng itu menoleh lalu berbicara. "Ciiih, anak ini pandai bicara juga rupanya? Baiklah lepaskan dia, dan kita hajar anak ini." ujar ketua geng itu.

Rio mundur tetapi di belakangnya adalah tembok, ia tidak bisa minggir lagi. Ke enam anak remaja bengis itu terus memepet Rio, lalu mulai ingin menghajar Rio. Rio mengelak, lalu memukul kembali anak itu, lalu dengan marah anggota lainnya menyerang Rio. Sementara anak-anak lagin hanya bersorak sorai. Suara riuh membuat mereka semakin bengis, lalu anak yang tadi mereka siksa membantu Rio, tetapi ketua dari geng itu menyiksa anak culun itu. Ia mencelup-celupkan atau menenggelamkan kepala anak itu hingga anak itu mati. Rio marah dan kemudian langsung menyerang ketua geng itu. Tetapi karena kalah jumlah, Rio kalah. Ketua geng itu kembali melakukan hal yang sama, mencelupkan atau menenggelamkan kepala Rio di bak mandi penuh air. Lalu, Rio melihat kepala bocah Culun yang di tolongnya tadi ada sebuah benda menancap di kepalanya. Rio menariknya dan...

Jleeeep...

Rio berbalik dan menancapkan benda itu ke mata ketua geng itu. Lalu ia menendang dan ketua geng itu berteriak lalu, jleeeeeb

Tubuh ketua geng itu tertusuk sebuah pipa air yang terbuat dari besi. Semua orang-orang terdiam, bahkan anggota dari ketua geng itu mundur dan takut dengan Rio. Exel masuk kekamar mandi itu, lalu mendapati Rio pingsan.





Bersambung.....

=========================================

Ini crta baruku, jgn lupa vote dan komen
Ya 

BL- DELARIO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang