Bingung

248 28 10
                                    

Sekarang aku paham, semua impianku yang berangan angan memimpikan mu di masa depan sirna bersamaan perginya rasa ingin memiliki.ʹ˗

🤴🏻

Setelah selesainya mandi Pangeran Alven. Anneth dan Pangeran Sean di perintah untuk duduk di bangku kamar mereka.

Pintu balkon di tutup, tirai pintu kaca balkon di tutup, pintu di kunci dan di ganti password nya, membuat Anneth mengerutkan keningnya.

Semoga gue gak kenapa napa amin, pikir Anneth melihat Pangeran Alven duduk di samping kanan nya, dan kiri Pangeran Sean.

Berasa di perebutin gue ya ampun, pikir Anneth tertawa renyah, walau pikiran negatif menggerayangi otaknya.

"Sebelumnya, Sean ini Anneth perempuan yang kakak pilih buat kamu," ucap Pangeran Alven enteng.

Anneth melotot kesekian kalinya. "HAH?!!!"

"Kak! Sean kan masih kecil, kakak aja yang nikah sama dia, Sean masih mau sekolah." ucap Pangeran Sean menolak.

Pengeran Alven menonyor kepala Pangeran Sean. "Yang bilang kamu mau nikah sekarang siapa? Kakak cuman bilang ini pilihan kakak buat kamu."

"Aduhhh... kan aku kira kayak gitu," ucap Pangeran Sean mengelus ngelus keningnya.

"Kamu juga bilang kakak aja yang nikah sama Anneth? Ya Allah Sean, kakak itu malah udah nganggep Anneth adik kakak sendiri." ucap Pangeran Alven.

Ada yang retak tapi bukan kaca, pikir Anneth tersenyum paksa.

"Tapi dia sukanya sama kakak," elak Pangeran Sean melirik perubahan mimik wajah Anneth.

"Kakak tau, tapi umur kakak sama Anneth itu juah Sean —lima belas tahun coba kamu bayangin! Kalau nanti kakak udah tua, dia masih muda kan kasian dia, nikah sama om om tua bangka," ucap Pangeran Alven membuat Anneth tertawa kecil.

"Tuh dia aja ketawa," ucap Pangeran Alven menunjuk Anneth yang tertawa malu malu. Jika di lihat langsung menggelikan tertawa seperti ini, jika saja Falen ada di sini dia pasti yang akan tertawa paling keras.

"Biar kalian makin deket gini aja. Kamu di sekolah mewakili Indonesia buat olimpiade sains ya?" tanya Pangeran Alven menatap Anneth membuat gadis itu tak nyaman namun tetap berusaha tenang.

Anneth tersenyum kikuk. "I..iya Yang Mulia Pangeran Alven, kok tau?"

"Tadi makan malam kamu jadi bahan topik pembicaraan karena kepintaran kamu yang bisa membawa nama Indonesia menjadi juara satu di olimpiade sains." penjelasan Pangeran Alven, membuat Anneth melongo.

"Itu juga kalau gak karena guru guru yang ngajar, Anneth gak bakal bisa sampai kayak gini Pangeran," ucap Anneth tersenyum.

"Hmm... gimana kalau kamu jadi guru sains nya Sean, jadi kamu ikut kita ke Neoland, mau kan?" tanya Pangeran Alven.

"KAK!" bantah Pangeran Sean yang membuat Pangeran Alven menatap garang adiknya tersebut.

Anneth tersenyum kikuk. "Sebelumnya terimakasih atas tawarannya Pangeran, tapi Anneth di lahirkan di negara ini dan Anneth gak bisa ninggalin keluarga Anneth yang paling berharga."

Pangeran Alven tersenyum lalu menjawab, "kamu lihat sendiri kan Sean? Pilihan kakak gak main main kan? Dia tidak seperti perempuan perempuan yang lain."

"Tapi kak—" ucap Pangeran Sean memelas.

"Gak ada penolakan Sean, sekarang kamu antarkan dia ke hotel dekat dekat sini, biar besok kamu yang nganter Anneth pulang ke rumahnya," ucap Pangeran Alven menghembuskan nafasnya pelan.

To Prince Sean [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang