The Day

266 56 4
                                    

"Ayah, Jinu mau pake tas Robocar Poli!"

Sepagi itu, seorang bocah mungil turun dari ranjangnya dan menghampiri sang ayah yang sedang membuat sarapan spesial untuknya. Sang ayah, Lee Jinhyuk hanya tersenyum saat buah hatinya yang tampak murni dan masih belum mengerti betapa besar rasa sayang untuknya itu memeluk betis Jinhyuk. Lee Jinwoo, anak lelaki itu tampak sangat ceria pagi ini. Kontras dengan keadaannya semalam, saat Jinhyuk menjemputnya di apartemen Sihyeon. Jinu mengantuk dan terkulai dibahunya. Jinhyuk senang, Jinwoo tidak membuat ulah dan mau tidur bersama ibunya. 

Melihat Jinwoo, ia hanya ingat percakapannya dengan Sihyeon semalam di lobby apartemen. Jinwoo menanyakan pertanyaan yang ditakutkan Jinhyuk dan Sihyeon selama ini. 

"Kenapa Ayah sama Bunda nggak tinggal bareng kayak Papa Mama temen-temen Jinu?"

Tidak mungkin Jinhyuk maupun Sihyeon mengatakan bahwa mereka sudah bercerai atau Jinwoo akan bertanya 'apa itu bercerai?' Jinhyuk tidak bisa mengantisipasi pertanyaan ini. Dia hanya akan berkata "Bunda harus kerja sayang, kerjanya jauh. Jadi gak bisa tinggal bareng Ayah sama Jinu,"

Sesederhana itu, Jinwoo bisa memahaminya dan menjawab "Nanti kalau udah besar, Jinwoo mau cari uang banyak, biar Bunda di rumah terus," Ah, kepala Jinhyuk rasanya mau pecah mendengarnya. Baiklah, Jinwoo masih anak-anak yang belum mengerti bagaimana rasanya cinta yang dipaksakan. Jinwoo juga belum tahu bagaimana ia sejarah kelahirannya hingga Jinhyuk memutuskan untuk mengambil hak asuhnya dari Sihyeon dengan menjadikan ibunya sebagai penjamin. 

"Jinwoo, boleh pake tas robocar, tapi Ayah minta Jinwoo abis ini mandi sendiri terus sarapan ya?"

Jinwoo mengangguk senang. Ia langsung ke halaman belakang, memanggil sang nenek, meminta handuk dan alat mandinya. Heboh, begitu kesan yang diberikan Jinhyuk pada anaknya sendiri. Ia geleng-geleng kepala sambil meletakkan omelet di atas piring Jinwoo yang sudah dihiasnya sedemikian rupa agar nafsu makannya meningkat. Setidaknya, itu yang didapatnya dari buku tips memasak untuk anak.

"Ya ampun, bapak anak satu ini masih pake baju rumah!" 

Sebuah suara mengejutkan Jinhyuk. Seorang pria tinggi yang dikenalnya sebagai seorang paling santai sedunia masuk tanpa permisi. Pria itu mengusak sedikit kepala Jinhyuk lalu menyeduh kopi seenaknya seolah-olah ini rumahnya. 

"Ngagetin kamu Youn!" 

Jinhyuk tidak lagi kaget dengan perilaku Seungyoun yang sedikit bar-bar itu. Sudah sejak kuliah, Seungyoun dianggap seperti anak sendiri oleh Ibu Jinhyuk. Terlebih setelah tahu masa kecil Seungyoun dan bagaimana Ibunya meninggal dulu. Hal ini terbukti dengan Seungyoun yang tiba-tiba mencium tangan Ibu Jinhyuk dan membuntutinya sampai kamar mandi untuk menyiapkan perlengkapan Jinwoo. 

Risih? Tentu tidak. Ibu Jinhyuk memaklumi kebiasaan ajaibnya. "Haduh, kamu ini udah kayak pacarnya Jinhyuk. Kapan mau cari pacar sendiri? Tante kebelet kondangan nih Youn,"

Lelucon yang sama. Seungyoun hanya mampu menggaruk tengkuknya. "Kayaknya Jinhyuk dulu aja deh Te, hehe" Seungyoun melirik Jinhyuk. "Eh, mandi sana weh! Ditungguin juga!" 

"Iya iya, cerewet sumpah! Ibu, Tolong kalo orang ini cerewet lagi di lem aja bibirnya!" ujar Jinhyuk sambit menyabet pinggang Seungyoun dengan handuk. 

Seungyoun duduk di ruang keluarga, bersebelahan dengan Ibu Jinhyuk. 

"Gimana Te Jinwoo semalem? Masih suka rewel sama bundanya?"

Ibu Jinhyuk menghela napas. "Enggak, cuma mulai tanya aneh-aneh kata Jinhyuk. Nanyain kenapa orang tuanya nggak tinggal bareng. Padahal, demi anak pun mereka udah nggak bisa serumah lagi, kan?" kata Ibu Jinhyuk. Seungyoun bisa melihat sorot khawatir di mata Ibu Jinhyuk. Seungyoun memahami sahabatnya yang super kompleks itu. Ia juga memahami kegelisahan ibu Jinhyuk. "Tante khawatir, Jinwoo udah makin besar, udah mulai paham sama peran ayah sama ibunya. Tante cuma nggak mau, Jinwoo besar tanpa campur tangan ibu. Kamu tau sendiri, kan gimana Sihyeon?"

LATITUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang