Masih ingat dengan hal kemarin? Kuharap masih. Sebuah acara kecil kecilan dengan teman yang selalu menemani Angga dan berjuang bersamanya.
Sudah dua minggu berlalu, dan hari ini adalah hari awal untuk menempuh jenjang baru. Gugup, itulah yang dirasa mayoritas mahasiswa baru ini. Apalagi tidak adanya teman yang kenal disekelilingnya. Memang, ada teman Angga yang satu kampus, namun mereka semua berbeda fakultas. Ya, fakultas yang menjadi pembeda. Kenapa harus ada fakuktas? Apakah prodi dan jurusan itu tidak cukup?.
"Hey kalian!! Cepat berbaris yang rapi tanpa adanya suara!!" Suara panitia OSPEK yang tidak tampak dari posisi Angga.
"Itu ngapain disana!? Gak dengar instruksi dari eksekutor!?".
Tanpa bicara, para mahasiswa baru itu langsung berbaris sesuai komando. Melihat kejadian itu, angga merasa kagum dengan wibawa mereka namun ada ketidak senangan yang tercipta. Ya, mereka terlalu kasar.
"Apakah semua mahasiswa baru diperlakukan seperri ini?" dalam hati Angga.
Sebuah fakultas yang Angga saja tidak tau maksudnya namun dia diterima disana, dua minggu di Jogja, dua minggu juga Angga merenungkan maksud dari fakultasnya. Sebuah kata berjuta misteri. Sebuah kata yang tidak ada dibangku sekolah, sebuah kata yang hanya dikenal dari kampus. Hm, ada apa dengan kata itu. Ya, fakultas yang langka di negara ini.
"Baik. Sambil menunggu nama kalian dipanggil, Saya akan memberikan kalian sebuah permainan. Yang kalah, harus ke depan dan menyanyi".
"Angga Pratama, Prodi Filasafat!!".
"Hei!!, Kalian ada yang namanya Angga!?".
"Saya kak," dengan rasa gugup Angga mengangkat tangan.
Tanpa basa-basi dan hanya sebatas kode tunjuk, Angga mengikuti apa yang diperintahkan oleh seniornya.
Setelah berjalan beberapa menit, Angga sampai di sebuah kelas yang tampak sudah ramai dengan mahasasiswa baru.
Sembari masuk, dilihatnya satu persatu wajah teman barunya. Ya, tidak ada yang dikenal, semua terlihat asing baginya yang baru menjelajah di kota orang.Meski mereka akan menjadi temannya, Angga masih saja malu untuk menegur sapa. Hingga ada dua orang wanita yang menyapanya tetap dia hiraukan.
Begitulah Angga yang terlalu dingin dengan suasana baru.Baginya, moment OSPEK hanya untuk formalitas yang harus dijalani sebelum perkuliahan tanpa perlu adanya kesan. Dibiarkan berlalu mengikuti aliran yang ada. Meskipun ada yang membuat dia tertarik, tetap saja bersikap dingin. Bagaikan es batu yang bertahun tahun berada di lemari pendingin.
Pada akhir kegiatan OSPEK, 1 hal yang membuat Angga bimbang. Ucapan seorang wanita yang tanpa dia sadari terucap kepadanya.
"Hidup jangan selalu dingin, seperti halnya Socrates yang berkata hidup untuk mencari kebenaran, tapi jangan maknai keberanan tanpa melihat sekitar".
Socrates yang Angga kenal hanya seorang filsuf barat dan dia juga belum memahami secara detail dengan jalan pikirnya. Jangankan jalan pikir, biografinya saja masih baru mulai baca.
"Untung kamu cantik, jadi ku diam kan saja," kata Angga dalam batin.
Mungkin untuk sekarang menjadi PR baru untuk Angga, mendalami segala hal berbau filsafat karena setelah ini, dia akan lebih sering membaur dengan hal yang berbau filsafat.
Sore harinya, sambil menuju ke cafe tempat janjian mereka berlima, Rizal dan Doni bercakap-cakap tentang OSPEK kemarin.
"Don, gimana OSPEK kemarin?" tanya Rizal.
"Gimana ya, seru sih tapi aku agak bosan".
"Lah, kok bisa bosan?".
"Ya begitu lah, terlalu monoton".Belum sampai di cafe, Siska dan Ulum terlihat datang bersamaan dari arah seberang. Memang kos mereka berdua berdekatan namun berjauhan dengan kos ketiga temannya.
"Rizal!! Ulum!!" dengan suara cempreng Siska menyapa.
"Mana Angga? Bukannya kos kalian sejalan dengannya?".
"Tadi kulihat dia masih keluar, mungkin nyusul bentar lagi," jawab Rizal.
"Yah," dengan nada kecewa Siska menjawab.Mereka lanjut berjalan sambil berbincang-bincang. Ketika sampai di cafe, mereka berempat heran dengan apa yang mereka lihat. Ya, Angga yang mereka tunggu ternyata sampai terlebih dahulu. Namun, dia tidak sendiri. Timbul tanda tanya dikepala mereka, siapa dia? Kelihatannya akrab sekali dengan Angga? Bukannya angga sulit akrab dengan orang baru? Apalagi cewek?. Wanita! Itu lah yang menjadi segudang tanda tanya.
"Hai, kenalin ini Citra".
Sambil terheran dan bertatapan, mereka bertiga bertanya - tanya dalam pikirannya. Ada apa dengan Angga?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlema
Teen FictionCinta adalah lembaran cahaya, bertulis tinta cahaya, berisi sajak cahaya. Proses peremajaan pemikiran terkadang sering berbenturan dengan hal yang berbau cinta. Kenapa dengan cinta?