BAB 2 Reuni kecil

19 3 0
                                    

Dear diary,
"Setelah  4 jam duduk dikereta, badan terasa seperti ada yg menduduki. Baik punggung, kaki, tangan dan lainnya. Dan tak lupa pula aku berucap syukur karena sudah diberi keselamatan sampai tujuan".

Setelah keluar dari kereta, Angga beristirahat terlebih dahulu dan melanjutkan rutinitasnya mencatat kisah dibuku hariannya.
Bagi Angga, menulis di buku harian bisa membuat dirinya tenang, juga menjadi tempat semua curhatannya.

Jam 13.30.
Angga yang dari stasiun naik ojek hingga ke tempat kosnya. Dan betapa terkejutnya angga ketika melihat teman dari desa asalnya sudah menunggu. Mulai dari Doni, Ulum, Rizal dan Siska.

"Wah, kalian ada acara apa ini kok ngumpul ngumpul gini?".

"Ya nyambut kamu lah ga," ucap Doni sambil menghampiri Angga.

"Makasih loh kalian sudah nyambut aku, aku jadi terharu".

"Kita kan teman ga, jadi dibuat santaian saja," sahut Rizal.

"Udah lah, ayo masuk dulu. Aku bawa oleh-oleh dari desa".

"Siap pak, langsung makan dulu, habis itu kita jalan-jalan," sahut Rizal sambil menggiring Angga menuju tempat kos nya

Sebuah reuni kecil-kecilan yang diagendakan mereka memang tidak mewah, namun bagi mereka bisa berkumpul itu sudah cukup.

"Kira-kira nanti kita bisa kumpul lagi kayak gini kah?" ujar Siska sambil menundukkan kepala.

"Pasti bisa lah," sahut Angga dengan tegas.

"Hmmm," dengan nada ragu-ragu yang bercampur sebuah rasa aneh dari lubuk hatinya.

"Eh, ngomong-ngomong kalian mau ikut organisasi apa?" tanya Angga dengan rasa penasaran.

"Belum kepikir Ga, semenjak kita lengser dari kepengurusan, minat ku berorganisasi seperti memudar," sahut Ulum yang dari tadi fokus ke hp nya.

Rizal, Siska dan Doni hanya menganggukkan kepala yang menjadi pertanda setuju dengan tanggapan ulum.

Mendengar jawaban temannya yang seperti itu, Angga merasa kecewa, namun Angga menutup perasaan tersebut. Memang, kuliah mereka masih kurang 2 minggu. Namun mereka sudah sibuk untuk persiapan ospek yang bagi mereka sangat penting untuk memperluas relasi dan kenalan. Dengan dalil, siapa tau dapat jodoh.

Namun, ada sedikit kejanggalan yang dirasa oleh Rizal dan Doni. Kenapa dengan siska?. Wanita agamis yang semua bidang ilmu dia kuasai. Mulai dari tingkah laku, cara berbicara dan sifat ke kanak kanakannya yang menjadi ciri khas Siska.
Setiap menit yang dilalui Siska seperti kosong dan anehnya, itu terjadi ketika Angga menyapanya

Jam 14.37.
Teman-teman Angga sudah kembali setelah reuni kecil-kecilan yang mereka buat. Sayangnya, Angga tidak bisa ikut mereka menulusuri Jogja karena masih perlu bersih-bersih dan menata kamarnya.

Dear diary.
"Hariku diawal terasa lengkap apalagi dengan sambutan hangat dari teman seperjuangan. Maaf ya kawan, aku belum bisa ikut kalian jalan-jalan. Kuharap situasi ini bisa tetap ada meski nanti kita sibuk dengan urusan sendiri. Dan kuharap tidak akan ada perpisan di kita".

Jam 19.00.
Malam sudah tiba, bintang-bintang telah bermunculan. Suasana indah yang membuat angga tenang dari fikiran tentang siswa dan mahasiswa.
Sebuah ke ambiguan yang terjadi dibenak Angga dengan status mahasiswanya.
Apa bedanya siswa dan mahasiswa? Pertanyaan yang berulang-ulang berada di benak Angga.

"Ah, biarlah nanti juga tau sendiri," rasa kantuk yang cukup kuat, membuat Angga terlelap di pulau kapuk. Namun, sebelum terlelap, Angga masih saja menyempatkan menulis puisi tentang ke ambiguannya.

Siswa dengan maha

Proses masih berjalan 1 meter
Sedangkan hati belum berjalan
Sebuah title baru telah ku sandang
Yah, mahasiswa namanya
Apa bedanya dengan siswa?
Ahh, sulit

Antara maha dan siswa
Kenapa harus mahasiswa?
Kenapa tidak menggunakan siswa?
Aneh, sulit penjabaran
Siswa dan mahanya
Hampir sama, tapi beda jauh

Terlalu ambigu
Mengambang tak jelas
Menari-nari di atas
Bak hantu yang tidak seram
Tapi selalu datang
Sudahlah, baru 2 hari terpikir

Angga P.
20.12 wib
Jogjakarta

TerlemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang