Senyuman untuk Sahabatku

20 3 0
                                    

Buat Gendis di Timika

Banyak hal yang harus di maknai dalam hidup ini. Salah satunya yaitu jarak. Taklukan rasa takutmu dari hal yang sederhana seperti berjauhan dengan apa yang kamu cintai.

Dalam banyak hal, manusia tumbuh dengan perasaan ingin mewujudkan harapan. Tapi tak semua harapan harus dimiliki sekarang-sekarang! Esok, lusa kita berjumpa
Kita ngobrol selayaknya teman, saudara ataupun keluarga.

Yang penting senyum. :)

Dari
Faisal syahreza.

Ada hal yang membuat aku selalu mencintai setiap detik yang Tuhan berikan. Mensyukuri setiap nikmat yang selalu menghampiri dalam kehidupanku. Menjadikan aku gadis yang kuat akan segala situasi dan kondisi yang menimpaku.
Kuat menghadapi kenyataan bahwa aku harus rela hidup jauh dari keluarga ku.

Sederhana, namun sangat sulit bagiku mencapainya. Ada airmata yang jatuh ketika senja mulai berganti gelapnya malam. Harus menanam rindu yang entah kapan akan ku panen hasilnya. Perasaan ingin mewujudkan segala harapan adalah semangat terbesar dalam hidupku. Meskipun tidak dalam waktu cepat, aku akan bersabar menunggu segalanya matang hingga sampai pada waktunya memanen hasil yang sudah aku tanam sekian lama.

Aku selalu hafal catatan kecil yang tertulis di dalam novel Bandung patah(an) karya Faisal syahreza yang aku pesan waktu itu. Aku mendapatkan nya karena saat itu aku menginguti spesial Pre Order. Jadi itu mungkin salah satu hadiah untuk ku. Mendapatkan tanda tangan beberapa penulis langsung. Aku selalu menyukai setiap karya beliau. Isi dari setiap karyanya pun selalu sukses membuatku terkesima. Selalu semangat dan mampu membuat rasa motivasi ku terlahir kembali.

Bagiku, setiap catatan dan pesan di setiap novel nya adalah sumber semangatku ketika aku sedang merasa sedih. Sedang merasa bahwa hidup terlalu kejam kepadaku dan keluarga kecilku. Setelah ayahku meninggal aku sempat mengutuk setiap detik hidup ini. Menjadi gadis yang dahulunya periang menjadi gadis yang pemikir. Gadis yang dahulu nya selalu tertawa tanpa beban, malah justru menutupi beban dengan tertawa lepas. Terlihat kuat padahal rapuh.

Tapi semua itu perlahan mulai hilang. Gadis yang dulu pemikir, kembali riang. Serta tawa lepas yang sempat menghilang kini perlahan kembali dan akan bertahan lama.

"Gendis, jadi pulang kan nduk? "

"Iya buk, gendis pulang kok. Awal bulan depan. "

"Ya syukur deh. Bantu bapak ya. Kasihan sendiri."

"Iya buk. Lagian udah pingin pulang juga. Mau kubawakan apa buk? Sebagai oleh-oleh spesial.?"

"Kamu selamat sampai rumah saja ibu sudah bahagia. Adekmu minta Abon gulung Manokwari katanya. Yang banyak hihi. "

"Siap buk. ".

Begitulah percakapan aku dengan ibuku di telepon. Beliau lembut. Dan menyerahkan segala kehidupan ada dalam kendaliku. Tapi tak sepenuhnya. Ibu masih suka mengomeli ku sampai ke hal terkecil. Seperti untuk tak lupa minum air putih sebanyak mungkin.

Aku memutuskan untuk pulang kampung. Rasa rindu ku tak bisa kutahan. Aku merindukan senja di kampung ku. Senja yang sering aku lihat bersama adikku di belakang rumah kami. Aku merindukan setiap candaan bersama keluarga besarku. Aku merindukan saat aku dan kawan SMA ku berpergian ke berbagai wisata di sudut kota kelahiranku. Dan aku merindukan sahabatku. Airin. Apa kabar ya dia? Aku berharap dia selalu baik. Meskipun, kata baik tak akan sesuai dengan isi hatinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DiaryGendisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang