7

17 0 0
                                    



Waktu berjalan dengan cepat, sekarang aku adalah siswa tingkat akhir. Banyak hal yang tidak bisa ku ceritakan semua, tidak ada yang spesial semua berjalan biasa saja. Kabar baiknya aku bisa berteman dengan teman satu groupnya Mark, ada Haechan, Jaemin, Jeno dan Haneul. Mereka semua adalah junior satu angkatan dibawah ku. Aku mengenal mereka semua karna Mark meminta bantuanku untuk melihat masa depan Haneul agar bisa menyelesaikan masalah Jaemin. aku sedikit tidak paham masalahnya, tapi yang pasti sekarang Jaemin sudah kembali aktif di groupnya.

Sejauh ini pula hubunganku dengan Mark baik-baik saja, tidak ada yang tahu hubunganku kecuali Haneul dan teman satu group Mark tentunya. Haneul sudah lebih dulu mengetahui hubungan kami, Mark yang memberitahunya. Haneul adalah anak dari manajer mereka, juga kekasihnya Jaemin. jadi sudah pasti ia paham mana yang boleh dan tidak boleh ia lakukan untuk menjaga privasi masing-masing. Nana---tidak aku beritahu, bukannya tidak percaya pada Nana, tapi hubungan ini juga privasi Mark. Aku sangat ingin memberitahu semua orang di dunia ini bahwa aku adalah kekasih seorang Mark Lee, namun aku tidak boleh egois, karier Mark jauh lebih penting.

Mungkin bagi kebanyakan orang, hubungan kami bisa dikatakan sangat membosankan. Kami lebih sering bertemu di apartemen dibanding memutuskan untuk keluar seperti kencan di taman, cafe dan tempat lainnya. Mark sangat populer di kalangan penggemar maupun yang bukan penggemar. Jika kami kencan di luar apartemen, itu sangat beresiko. Untuk ku itu sama sekali bukan masalah besar, aku memaklumi dan menghargai pekerjaannya. Dimana pun itu jika bersama Mark, aku akan merasa bahagia.

Dasar budak cinta---

"hmm---Im on my way,"

Aku memutuskan panggilan dari si magic eye, ia sudah menungguku di apartmen. Mark tidak bisa masuk sekolah karna ada jadwal sejak pagi, dan sore ini meluangkan waktu untuk bisa bertemu juga. Itulah yang ku suka dari Mark selalu ada kejutan kecil yang tidak pernah sama sekali ku harapkan, seperti tiba-tiba menelepon mengatakan bahwa ia sudah menungguku. For me---That's a lil surprise.

BRUK!

"oh---Maaf Sunbaenim, aku tidak sengaja. Sedang buru-buru,"

Aku meringis kecil sambil membersihan lututku karna terjatuh, lalu mendongkak melihat salah satu junior itu mengulurkan tangannya padaku. Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum berusaha menolak uluran tangannya secara halus agar tidak bersentuhan. Saat berusaha bangkit, ia langsung memegang tanganku membantu.

Aku langsung berada dalam masa depannya, ia dan temannya menunggu lampu lalu lintas berubah menjadi merah, namun saat semua kendaraan sedang berhenti, ia justru malah terdiam sibuk bermain dengan ponselnya, sedangkan temannya sudah berjalan terlebih dahulu. Saat ia sudah mulai berjalan, justru lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau, salah satu kendaraan menancap gas dan menabrak gadis itu.

"Sunbae, Gwaenchanayo ?" serunya sambil menggoyangkan tanganku, membuatku sadar dan memperhatikannya cemas.

"sebaiknya jangan membuka ponsel saat menyebrang jalan," ujarku membuat mereka kebingungan. Gadis yang menabrakku mengiyakan lalu berpaling.

"dia itu kenapa ?"

"entah, kenapa dia menasihatiku, seperti ibuku saja,"

Mereka berdua sibuk saling berbisik sambil beberapa kali menoleh kebelakang memperhatikanku aneh, aku menghela nafas berat, lagi-lagi aku dibebankan untuk melihat masa depan yang mengerikan. Aku kembali teringat saat dimana aku bisa menyelamatkan Mark dari kecelakaan. Mataku langsung terbuka lebar sambil menganggukan kepala kecil. Mungkin kali ini juga aku bisa merubah takdirnya.

"ok! I can change this!"

Aku mengikuti mereka dengan sedikit menjaga jarak. Aku berhenti dan bersembunyi balik dinding sambil mengintip. Saat ini gadis itu sedang berkutik dengan ponselnya, aku mulai keluar dari persembunyianku dan mendekati mereka. Lampu lalu lintas sudah berubah menjadi merah, dan kendaraan mulai berhenti, salah satunya mulai berjalan tanpa menyadari bahwa temannya tidak mengikuti. Saat gadis itu mulai melangkah dan ku lihat lampu sudah berubah menjadi hijau, mobil-mobil melaju dan salah satunya akan menabrak gadis itu. dengan cepat aku berlari dan berusaha menarik tas ranselnya,

BRAK!

Aku menutup mulutku sambil terduduk lemas di aspal, kini gadis itu terbaring tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir dari kepalanya. Nafasku berat menyaksikan semua itu, air mataku menetes dengan tas ranselnya yang berada di genggamanku. Aku kembali gagal mengubah takdir.

...

"did something happened ?"

Mark mulai menyadari ada yang tidak beres dariku saat ku pulang dengan wajah yang lemas, mata yang sehabis menangis, dan tidak ada senyum yang muncul ketika melihatnya. Kami duduk berhadapan sambil memakan makanan yang sudah imo masak untuk kami.

"I can't safe her," seruku pelan sambil terus menatap kosong kearah meja dan mengaduk-aduk makananku.

"who's her ?" Mark mulai menyondongkan wajahnya mencoba menatap mataku.

"she's died, I can't safe her," aku mulai meluruskan pandangan dan menatap Mark dengan air mata yang sudah mulai kembali menetes. Aku melihat kejadian itu dengan mata kepalaku sendiri dan gambaran-gambaran terus muncul menggangu pikiranku. saat-saat dimana ia tertabrak dan darah yang mengalir dari kepalanya, saat dimana aku mearik tasnya. Kenapa tidak bisa ? kenapa aku selalu tidak bisa mengubah masa depan ?

"I told her to be careful, and don't playing her phone while crossing, but she doesn't listen!" aku mulai marah pada diriku sendiri, air mataku terus mengalir. Aku merasa bersalah karna tidak bisa menyelematkannya, melihatnya mati dengan cara menyedihkan memuat ku merasa terbebani karna sudah mengetahuinya terlebih dahulu. Andai ia percaya dan mendengarkanku, pasti dia akan baik-baik saja bukan ?

Mark memegangi kedua tanganku erat sambil terus memperhatikanku sambil mendengarkan semuanya. "I tried to grab her bag but---

Tangisanku kembali pecah membuat Mark bangkit dari duduknya dan memelukku, menenggelamkan wajahku di dadanya. Membiarkan air mataku membasahi bajunya. Ia terus mengusap kepala dan bahuku pelan sampai aku bisa menenangkan diri. Ia melepas pelukannya dan mulai berlutut di hadapanku menatapku lalu menghapus sisa air mata di ujung mataku.

"now---she know you trying to safe her,"

"Dami-ya, kau orang yang baik, kau selalu mencemaskan orang dan mencoba mengubah takdir walau kau sendiri tahu itu tidak akan berhasil. Tapi jika ku boleh meminta---jangan membebani diri, tolonglah sesekali cemaskan dirimu sendiri. kau tidak bisa melawan takdir jika itu kehendak tuhan. Kematian, kecelakaan, atau apapun hal mengerikan yang pernah kau lihat---itu sama sekali bukan tanggung jawabmu Im Dami."

Aku termenung mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Mark. Memang benar, kapan terakhir kali aku mencemaskan diriku sendiri ? kenapa hidup orang lain begitu membebaniku ? lalu apa tujuan tuhan sebenarnya memberiku penglihatan ini ? kenapa harus orang bermental lemah sepertiku yang harus menerima semua ini, dan satu lagi, jika aku tidak bisa melawan takdir---lalu kenapa aku bisa menyelamatkan Mark tapi tidak dengan yang lain ?

Sekali lagi Mark tersenyum, tangannya terangkat merapikan rambutku yang berantakan lalu turun kearah pipi. "come on babe, stop crying and---

Mark bangkit dari duduknya dan berlari kecil kearah kulkas, ia mengeluarkan sesuatu dari kulkas lalu tersenyum kearahku.

"Let's get eat Subak!"

...

HELLO I'M BACK HIHI 

Sorry ya aku hiatus lama, banyak hal yg harus diurus di RL jadi WP terbengkalai 

yuk mulai lagiii 

Vision°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang