#4 Morning Sickness

416 34 77
                                    

Jam beker di samping ranjang OmiGun berdering. Omi mengusap mata dan berbalik ke samping. Ia terkejut karena Gun tak ada di sana. Terdengar samar-samar suara Gun dari kamar mandi. Ia berlari kecil menghampiri teman hidupnya.

"Gun-chan, apa kau baik-baik saja?" Ia mengelus lembut punggung Gun yang masih terbatuk-batuk di depan wastafel.

Gun menghela nafas. Kepalanya mengangguk. Tentu saja ia tak ingin Omi terlalu khawatir karena ia sedang mengandung anak pertama mereka.

"Masih mual?" Spontan Omi meletakkan telapak tangannya di dahi Gun.

Dahinya terasa hangat. Ia menatap cemas ke arah pria di hadapannya. Gun menggeleng. Ia tersenyum kecil. Meraih tangan Omi dan menggenggamnya.

"Aku baik-baik saja. Jangan khawatir. Sepertinya ini memang alami terjadi saat hamil."

Ia mengangguk menanggapi jawaban pria pemilik senyum manis itu. Tangannya merangkul bahu Gun. "Kembalilah beristirahat. Aku akan menyiapkan sarapan."

"Ayo kita buat bersama." Mereka menoleh bersamaan.

Scene saling tatap itu berlangsung lebih kurang 5 detik dan berhasil membuat keduanya tertawa. Meski sudah resmi menjadi pasangan, hal-hal sederhana seperti tadi masih membuat jantung keduanya berdegup kencang.

Omi mencubit gemas hidung Gun. "Berhentilah menatapku seperti itu."

Gun terkekeh. Ia meletakkan tangannya ke dada Omi dan kembali menggodanya. "Omi, bukankah jantungmu berdebar sangat kencang sekarang?"

Omi yang merasa kalah karena digoda 2 kali berturut-turut akhirnya melakukan serangan balik. Ia menggendong tubuh Gun dan membawanya ke ranjang. Kini tubuh kekarnya yang masih tersembunyi di balik piyama sudah berada di atas tubuh Gun.

"Ingin melakukannya lagi?" Gun tak henti-henti menggodanya.

Yang digoda hanya menghela nafas sebelum menggelitik bagian tubuh sensitif milik Gun.

"Aaaaaaahhhhhh..." Gun memekik.

Ia tak bisa menahan geli saat jemari tangan Omi menari menyusuri pinggangnya.

"Ba.. Baiklah. Baiklah. Aku menyerah." Gun memohon dengan mimik wajah memelas.

Omi menghentikan serangannya. Ia menatap wajah pria yang dicintainya itu. Dasar. Bisakah Gun tak menunjukkan wajah seperti itu pada orang lain? Ia benar-benar tak sanggup menahan diri untuk tak menyentuhnya. Gun bangkit duduk di sebelahnya.

"Hm.. Ada apa?" Pertanyaan Gun seketika membuyarkan lamunannya.

Ia menggeleng lalu cup. Ia mencium kening Gun sebelum berlari ke dapur. Kini ada dua orang yang harus ia lindungi, Gun dan Tosaka Jr.

***

Omi tengah berada di ruang tunggu rumah sakit. Ia terlihat gusar. Sedari tadi ia berjalan mondar mandir sambil menunggu Gun yang sedang melakukan pemeriksaan.

"Tosaka Hiroomi-san." Sebuah panggilan ditujukan padanya.

Ia segera masuk ke ruangan dokter dan duduk di sebelah Gun. Manik gelapnya menatap sebentar ke arah Gun lalu menggenggam tangannya.

"Bagaimana Dok?" Ia sudah tak sabar mendengar hasil pemeriksaan Tosaka Jr.

"Selamat untuk kalian. Janinnya baru berusia 4 minggu. Kira-kira ukurannya masih sekecil biji wijen. Saya sarankan untuk rutin melakukan check up agar kita bisa melihat perkembangannya." Jelas Dokter kandungan yang direkomendasikan oleh senior mereka, Takahiro.

OmiGun DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang