"I love you."
"Terus?"
"Yaudah, cuma ngasih tahu, kok."
Argi mendengus, memandang remeh ke arah Kia. Perempuan di hadapannya ini hanya setinggi dagunya. Dengan kemeja kebesaran berwarna soft blue dan jeans boyfriend lusuh juga sepatu converse warna putih yang sudah tidak putih lagi itu.
Perempuan itu mengdongak memandang datar ke arah Argi, tapi siapa pun tahu bahwa, di balik tatapan itu tersimpan rasa cinta yang besar di dalamnya.
"Nggak usah kebanyakan mimpi! Lo pikir gue mau sama cewek kayak lo?"
Kening Kia menyerngit. "Emang aku cewek kayak apa?"
Argi kembali mendengus dan tersenyum sinis, "seriously? Lo nanya kayak gitu ke gue?"
Kia mengangguk. Dia tidak mengerti maksud perempuan sepertinya itu bagaimana? Kia rasa dia seperti perempuan normal pada umumnya. Kia berumur sembilan belas tahun, bukankah wajar bagi perempuan seusianya untuk menyukai lawan jenis.
Mungkin sikapnya yang memilih mengungkapkan perasaan terlebih dulu terlihat kurang wajar. Alih-alih menjadi perempuan yang akan menunggu si laki-laki untuk mengungkapkan perasaannya, lalu perempuan itu baru akan mengungkapkan perasaannya. Kia tidak mau seperti itu.
Kia mencintai Argi. Lalu mengapa ia harus menunggu Argi yang mengungkapkan perasaannya terlebih dulu. Lagi pula belum tentu Argi mencintainya dan mau mengungkapkan lebih dulu.
Buang jauh-jauh mindset yang mengatakan perempuan hanya bisa menunggu. Hell no. Menurut Kia mengungkapkan perasaan itu hak setiap orang terlepas dari apa gender mereka.
Selagi perempuan itu mengungkapkan perasaannya pada laki-laki yang tidak memiliki pasangan, menurut Kia itu bukanlah hal yang terlarang.
Perempuan yang menyatakan suka kepada laki-laki terlebih dulu bukan berarti ia murahan. Perempuan seperti itu hanyalah orang yang tahu apa yang sebenarnya dirinya inginkan.
"Cewek murahan, ternyata lo nggak jauh beda sama nyokap lo, ya?" Argi lalu meniliti Kia dari atas hingga ke bawah. Laki-laki itu lalu tersenyum miring memandang Kia.
"Badan lo bahkan nggak ada yang bisa dinikmatin. Padahal badan nyokap lo lumayan buat ukuran pelacur kelas bawah."
***
Yuhuu akhirnya aku bisa namatin cerita ini.
jangan lupa komen kalo kalian penasaran sama ceritanya :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Kia and her Love [TAMAT]
Short StoryTerbiasa tersakiti bukan berarti selalu siap untuk disakiti, kan? A short story by batu ajaib