2 - Bertemu Lagi

26 1 1
                                    

"Balik sama gue aja, Ra."

Kaget, tiba-tiba ada suara orang. Ia mendongakkan wajahnya, sepertinya ia mengenali wajah orang itu.

"Gue Rama, temen sekelas lo."

"Oh iya-iya, gue inget. Eh tapi gapapa nih?" tanya Rara memastikan orang yang ditebenginya itu tak keberatan mengantarkannya pulang.

"Kalo apa-apa, ngapain gua nawarin, udah cepet naik." ucap Rama sambil memberikannya helm.

***

Selama perjalanan, mereka asik mengobrol. Rara memang tipikal cewek yang cepat akrab dengan siapa saja.

"Tuh rumah gue," kata Rara menunjuk sebuah rumah bercat ungu.

"Thanks ya, Ram."

"Santai, gue cabut dulu ye. Salam buat nyokap bokap lo."

Setelah memastikan Rama pulang, barulah Rara memasuki rumahnya. Sepi, hanya ada Bi Inah. Ia bergegas pergi ke kamarnya. Kamar Rara berada di lantai atas.

Satu hal, Rara tak mempunyai saudara kandung alias Rara anak tunggal. Kalo Rara merasa kesepian atau bosan di rumah pasti ia pergi ke kedai kopi favoritenya. Kedai itu letaknya tak jauh dari komplek rumahnya.

Rara membersihkan badannya dan berganti pakaian. Cuma dengan kaus oblong dan celana jeans saja Rara terlihat sangat cantik. Rambut hitamnya digerai dan poninya dijepit dengan sebuah jepitan lucu yang membuat kesan manis diwajahnya.

***

Di kedai kopi itu tak hanya ada minuman dan makanan, ada perpustakaan mini di pojok kedai tersebut. Suasana di kedai itu sangat nyaman. Itulah kenapa Rara betah nongkrong berjam-jam disitu.

Saking seringnya Rara nongkrong di kedai. Barista nya sudah hafal betul pesanan Rara. Buktinya,

"Kayak biasa kan, Ra?" ucap barista di depannya.

"Tau aja."

Setelah membayar pesanannya, Rara pergi ke sudut ruangan berniat mencari sebuah novel yang seru untuk dibacanya hari ini. Pilihannya jatuh pada novel yang berjudul Tentang Kamu karya penulis favoritenya, Tere Liye. Ia mengambil novel itu dari rak buku dan segera balik ke tempat duduknya. Memasang earpod dan menyetel lagu-lagu diplaylistnya.

"Lo juga suka novel-novelnya Tere Liye?" suara seseorang memecahkan kosentrasi membacanya.

Dia lagi,
Ini orang kerjaannya ngagetin mulu, pikirnya.

"Kenapa sih lo suka banget tiba-tiba gitu," cerocos Rara.

Yap, siapa lagi kalo bukannya Rama. Cowok teman kelasnya, yang tadi mengantarkannya pulang.

Rama ini anak futsal, banyak cewek-cewek yang ngejar-ngejar dia. Tapi dia bukan cowok badboy yang doyan berantem dan bukan juga cowok kece yang pinter soal pelajaran. Rama juga sudah mempunyai pacar. Rara gak tahu nama pacarnya siapa. Tadi sewaktu Rama mengantarkannya pulang, Rama bercerita cukup panjang tentang dirinya.

"santai dong, Ra."

Rara hanya bergumam menanggapi omongan Rama barusan. Ia kembali sibuk membaca novel.

"Gue tadi nanya loh, Ra." ujar Rama.

"Nanya apaan?"

"Lo juga suka Tere Liye?" tanya Rama kembali.

"Iyaaa. Kenapa? Lo juga suka? Eh tapi masa iya cowok macam lo suka baca novel, gamungkin kan ya?"

"Mungkin aja sih, Ra. Gue punya banyak novel Tere Liye di rumah. Gini-gini gue tuh orangnya suka membaca dan rajin menabung, mantap kan?" canda Rama.

"Udah ah sana, gue mau baca daritadi gak bisa-bisa nih gara-gara lo ngomong terus." usir Rara.

"Iye-iye, gue cabut."

Rama pergi meninggalkan Rara, ia kembali duduk ditempatnya semula. Tak lama kemudian ada seorang perempuan yang menghampiri Rama. Mungkin itu pacarnya, pikir Rara tak peduli dan melanjutkan kegiatannya yang tertunda.

***

Hampir dua jam ia duduk di kedai itu. Rama sudah tidak ada diposisinya. Mungkin, ia sudah pergi bersama pacarnya itu. Rara menyesapkan ice coffe dan memakan roti bakar yang ia pesan tadi. Lalu, ia segera pulang karena langit sudah mulai menggelap.

Kehidupannya normal seperti remaja pada umumnya. Ia pernah beberapa kali pacaran. Tapi hubungan Rara dengan pacar-pacarnya dulu tak pernah berjalan lebih dari 3 bulan. Entahlah, padahal Rara bukan tipe cewek yang senang gonta-ganti pacar.

Terkadang, Rara tidak suka jika ada orang yang membahas tentang masa lalunya. Bukan Rara tak bisa move on, ia hanya berpikir bahwa tak penting membahas masa lalu. Hanya ada satu mantan yang ia akui.

***




yeay, udah 2 chapter, maaf yaa kalo bahasanya masih amburadul gitu. gimana menurut kalian? sampai sini, udah ada yang tau gak jalan ceritanya bakal kayak apa?

kritik dan saran kalian sangat aku tunggu yaa. terimakasih telah membaca ceritaku sejauh ini.

salam hangat,

roxanne

BifurkasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang