03

112 14 0
                                    

Jangan lupa votemmentnya:)
Selamat membaca

.
.
.

Seokjin keluar dari ruangan sang dokter, raut wajahnya sulit sekali di artikan. Dia berjalan lesu ke arah bangku tunggu di ruang operasi. Dalam pembicaraannya tadi Seokjin di perbolehkan untuk melihat, awalnya ia ingin namun ia urungkan dan duduk saja menunggu Jeongguk.

Tak lama Jeongguk datang dengan wajah yang sedikit lebih segar dari yang tadi ia lihat.

"Bang, lo gak papa?" Tanya Jeongguk, dia mendudukan dirinya di samping Seokjin.

"Gak papa, cuma gak percaya aja." Ucapan Seokjin membuat Jeongguk bingung, dia menatap Seokjin meminta penjelasan. Seokjin mengerti, dia menceritakan semuanya yang di katakan di ruangan dokter tadi dan itu membuat Jeongguk melotot tak percaya.

"Bang lo serius?" Jeongguk tidak percaya, ternyata di dunia ini masih saja ada orang yang kejam dan tidak berbelas kasih.

"Iyah lah. Orang dokter yang ngomong, masa gue bercanda sih?" Seokjin menatap Jeongguk yang masih tidak bergeming dan hanya diam saja. Seokjin menepuk bahu Jeongguk dan menyadarkan pemuda itu.

"Hubungi keluarganya." Titah Seokjin.

"Tapi bang? Gimana caranya?" Jeongguk bertanya, "gue gak nemuin apapun di badan dia, terutama ponsel buat ngehubungin keluarga dia." Lanjut Jeongguk.

Seokjin diam, dia memikirkan kata-kata Jeongguk. Terus jika keluarganya tidak di hubungi siapa yang akan menjaga pemuda ini?

"Terus?__ nanti siapa yang bakal jagain dia?" Tanya Seokjin, Jeongguk juga tidak tahu dia bingung. Masalahnya mereka berdua sama-sama kerja.

"Yaudh gue bakalan izin buat besok." Final Jeongguk setelah lama hening.

Seokjin mengangguk, "baiklah, kalo gitu gue pulang dulu. Lo baik-baik di sini, ohiyah tadi dokter bilang lo bisa liat dia tapi cuma sebentar." Setelahnya Seokjin pamit pulang, dia ingat dia besok harus kerja pagi.


Jeongguk menghela nafasnya, ia bersandar pada belakang kursi tangannya memijit keningnya yang terasa pusing.

Menatap pintu ruang operasi di depannya, Jeongguk bangkit. Perlahan Jeongguk membuka pintu bercat putih di hadapannya, di sana terlihat seorang pemuda dengan seluruh tubuhnya yang di perban.

Jeongguk meringis setelah melihat wajah pemuda itu penuh lebam dan luka yang di jahit akibat sayatan. Duduk di kursi yang sudah di sediakan, dia menatap lekat wajah yang damai itu. Tanpa sadar dirinya tersenyum tipis.


















Okee segitu aja, maaf klo gak nyambung
Agak susah soalnya, ini awalnya
AU jadi agak susah buat naskahnya:'(
Semoga sukaa:")

Wonderwall (GukV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang