Prolog: untuk aku, kamu yang tertanda

69 10 1
                                    

Suatu hari aku kembali memikirkan hal-hal lalu yang tak dapat kutemukan jawabannya. Sering kali kita menemukan jawaban. Sebagian sulit, sebagian mudah. Perlu usaha, benar adanya. Tetapi, sering kali kita terjebak pada jawaban-jawaban lain yang terlihat memungkinkan. Seperti memecahkan satu soal ulangan yang amat sulit.

Hidup punya cara misterius untuk mempertemukan dua orang yang terpisah.

Apa salahnya berpisah?, bukankah sudah terbiasa?

Senyuman seseorang yang kau cintai akan tersimpan sangat jelas. Layaknya kaset yang diputar kembali, kau akan memutar memori itu. Jika ingin.

Aku pikir, kita benar-benar berpisah. Siapa coba yang ingin berpisah saat kita sudah nyaman pada zona itu? Kehadirannya masih ditempat yang sama. Aku menempatkannya khusus untuknya. Karena aku tahu, kita tak perlu mengucapkan "selamat tinggal" terburu-buru, akan lebih baik "selamat berjumpa kembali", aku percaya itu.

Kita tidak bisa bermain-main dengan takdir. Nikmati saja menyaksikan seseorang meninggalkan kamu. Tahap demi tahap, kamu akan mengerti tentang cara hidup bekerja.

Untukmu penyimpan luka;
Matahari tak pernah redup. Apa salahnya aku hadir menemanimu layaknya sebuah bintang menemani bulan? Aku tidak menganggapmu bulan. Kamu jauh lebih sempurna daripada bulan. Coba kamu pelajari lebih jauh, rupa bulan seperti apa. Tapi pernahkah bulan mengeluh?

Kita pernah berada disituasi yang sama. Tapi, cara pandang kita yang berbeda hingga terlihat tak seirama. Kita hanya perlu me-remake ulang jalan pikiran masing-masing.

Begini, kau pernah jatuh cinta sendirian?

Tak apa jika pernah mengalami. Pada dasarnya kita tidak bisa memaksakan bentuk batu menjadi cair, sama halnya dengan perasaan seseorang. Perasaan bermain peran. Disanalah perasaan akan bekerja semestinya. Kita akan tahu, apakah kita dimainkan oleh sebuah perasaan atau justru kita yang memainkan?

Mungkin malam itu, menjadi malam yang panjang untuk seseorang yang baru saja mengalami kejadian pahit, misalnya; seseorang yang baru saja diputuskan oleh kekasihnya, seseorang yang tak sengaja menangkap pandangan orang yang dicintainya tengah beradu kasih dengan orang lain, seseorang yang beberapa detik lalu merelakan dia pergi, dan seseorang mencoba berusaha mengikhlaskan. Kebanyakan, mereka akan mendengarkan musik sedih untuk memancing emosi mereka. Tak apa. Kamu pasti pernah kan? Setidaknya melakukannya hanya sekali.

Kalau kamu paham betul tentang dunia ini, pasti tahu betapa rumitnya dunia ini.

Mari, kita selesaikan baik-baik dan perlahan. Bukankah jika dilakukan dengan tenang, akan mudah untuk mengikhlaskan?

Aku hanya ingin dunia mengerti setiap masalah di dalam cerita mereka
Jangan membuatnya makin tersiksa
Jangan membuatnya terlalu dalam

Aku pikir semuanya baik-baik saja
Meskipun, seringkali tak baik-baik saja
Tampaknya kita tak asing dengan sesuatu yang namanya "pura-pura".

***

When the Wind Blows Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang