1. kehidupan baru,seperti apa?

5 1 0
                                    

"Ar,udah sampe" suara kecil itu membangunkan Tara dari tidurnya. Tara mengerjapkan matanya perlahan lalu melihat sekelilingnya. Bara,sang pemilik suara tersebut membuka pintu mobil dan bergegas keluar. Tara masih di tempat duduknya berusaha mengumpulkan kesadaran. Tak lama ia mengikuti adiknya keluar.

Angin dingin bertiup perlahan. siang ini awan menutupi langit seakan akan matahari enggan menyambut kedatangan Antara di bagian barat pulau jawa tersebut. Bara yang sedang sibuk menurunkan koper dan barang barang dari mobil segera meneriaki Tara untuk membantunya. Mereka pun bergegas masuk ke dalam kost-an Tara sebelum hujan turun.

Butuh beberapa jam untuk menata ruangan milik Tara.Walau belum terisi sepenuhnya,ruangan itu sudah cukup nyaman untuk ditempati. Ia hanya perlu membeli beberapa barang lagi untuk menyempurnakan kamarnya.

"Makasih adik!" ucap Tara sambil membuat simbol 'love' dengan ibu jari dan telunjuknya. Bara hanya membalasnya dengan bergidik seolah olah merasa jijik dengan perilaku kakak perempuannya itu.

Jam sudah menunjukan pukul 9 malam ketika Bara sedang bersiap-siap untuk pulang. Sebelum pergi ia memeluk Tara sambil mengacak-acak rambut Tara. Tara yang sebal hanya bisa memukul punggung adiknya perlahan.

"Jaga diri baik baik Ar,kalo ada apa-apa gua siap 24/7 buat lu"
"Iya bawel"
"Kalo cape terus mau kabur lo ke jakarta aja. balik ke gua. jangan jadi gelandangan disini" Tara tertawa kecil.
"Kalo ada cowo yang deketin-"
"Lapor dulu ke kamu" potong Tara cepat. "udah inget banget aku Bar" lanjut Tara. Bara yang mendengar jawaban kakaknya tersebut hanya bisa tersenyum. Bara melepaskan pelukannya dan segera masuk ke mobil. Tara melambaikan tangan kearah adiknya. Mobil itu pun perlahan menghilang dari pandangan Tara.

Malam itu, untuk pertama kalinya Tara sendiri. Sekelilingnya nampak sunyi dan itu membuat dirinya takut. ia bergegas masuk ke dalam kamarnya kembali. Tak sabar menanti cerita baru seperti apa yang akan ia alami di esok hari.

"HAHHH??" teriakan melengking itu memenuhi seisi ruangan. Antara yang baru saja bangun dari tidurnya langsung melempar handphonenya asal ke atas kasur. Ia panik,waktu sudah menunjukan pukul 07:10 sementara pihak kampus memberitahukan semua mahasiswa/i baru untuk berkumpul di kampus pukul 07:30. Tara pun bergegas ke kamar mandi. Ia tidak ingin semakin terlambat di hari pertama masuk kuliahnya.

Tara berhasil sampai di kampus saat para mahasiswa lainnya sudah berkumpul di lapangan. Dengan bersusah payah akhirnya ia berhasil menemukan barisan fakultasnya. Ilmu sosial politik.Dia melihat sekelilingnya dan menyadari  bahwa ia meninggalkan nametag
dan slayer merahnya di kamar. 'bodoh! ' maki Tara pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia melupakan barang yang sangat wajib dibawa itu?padahal sejak kemarin ponsel Tara berbunyi terus menerus menandakan banyaknya notifikasi pesan dari group chat fakultasnya yang mengingatkan barang apa saja yang perlu dibawa. Tara meringis membayangkan dirinya akan terkena omelan dari para senior yang bertampang jahat itu. 

Sementara para senior sedang bersiap siap untuk memberikan pengarahan,Tara masih memikirkan ide ide ajaib apa yang bisa menolongnya untuk selamat dari situasi menegangkan ini.  'ya Tuhan aku janji ga ambil makanan Bara diem-diem lagi,tolong bantuin aku' doa Tara dalam hati. "BARIS YANG RAPIH SESUAI FAKULTAS MASING-MASING" teriak salah satu senior. Tara yang semakin panik hanya berbaris sambil menundukan kepalanya dan berusaha untuk tidak terlihat. 

"gabawa nametag?" tanya seseorang dari samping Tara. Ia menengok ke arah suara tersebut. Seorang pria berwajah manis menatapnya. Tara hanya mengangguk kecil."namanya siapa?" tanyanya.  "Antara" jawab Tara pelan. Pria itu melepas nametag juga slayer yang mengalungi lehernya lalu menyodorkannya pada Tara. Tara menatapnya bingung. "nama panggilan kita sama,lu pake nametag gua aja" 

Para senior memang memerintahkan hanya nama panggilan saja yang ditulis di nametag agar mereka mencari nama lengkap temannya masing masing. Namun Tara masih ragu untuk menerima bantuan dari pria ini. Teriakan dari senior kembali terdengar dan pria itu langsung menarik tangan Tara dan menaruh paksa barang barang tersebut ke tangan Tara. Tara kaget namun dia hanya bisa diam karena para senior mulai berjalan mengelilingi barisannya mencari siapa saja yang tidak menggunakan atribut lengkap. Tak butuh waktu lama untuk pria di sebelahnya itu tertangkap oleh senior. 

"siapa nama lu? mana atributnya? emang mau kemah polos gitu ga make atribut apa-apa?"cecar seorang senior wanita. Suaranya terdengar menakutkan walaupun Tara tau itu tidak ditujukan untuknya. Tara melirik takut ke sebelah kirinya. Pria itu tampak tenang walaupun teman teman disekelilingnya tampat tegang. "Aksara ka, ketinggalan di rumah ka" jawab Aksara. Lalu senior perempuan itu meminta bantuan teman prianya untuk menarik Aksara ke depan. Sontak seluruh mata memandang ke arah Aksara. Anehnya pria tersebut tetap tenang tanpa ada wajah takut sedikitpun. 

Akhirnya para senior memutuskan untuk menghukumnya dengan lari mengelilingi lapangan itu sebanyak 50 kali. Entah dimana otak mereka fikir Antara. Manusia sekuat apapun pasti tidak bisa mengelilingi lapangan luas itu sebanyak 50 kali  terlebih hukuman itu terlalu berlebihan untuk kasus tertinggalnya atribut. Namun,Aksara tidak memprotes dan ia segera melakukan hukumannya tersebut.Antara hanya melihat dari jauh dan ia tau ia harus bertanggung jawab apabila Aksara pingsan atau bahkan terkena serangan jantung. 

Waktu sudah hampir menunjukan pukul setengah 9 pagi namun Aksara masih terus berlari. Orang bodoh macam apa yang berniat menuntaskan hukuman tersebut? jika Antara yang menjalani hukuman tersebut ia akan pura pura pingsan di tempat saat putaran ke 3,Jika ia mampu mencapai 3 putaran. Sudah hampir 1 jam ia berlari, ya Tuhan!  rasanya Tara ingin berlari kesana dan menghentikan orang gila itu. Namun untungnya sebelum Tara melakukan hal tersebut Aksara sudah ambruk. Ia pingsan.

"Ini" sodor Tara pada Aksara. Aksara yang sedang duduk di bangku kantin menoleh. Tara menyodorkan sebuah es batu yang cukup besar ke arah Aksara. "buat apaan?" tanyanya. "kompres kaki kamu,sakit kan" jawab Tara. "emang ngaruh?" balas Aksara lagi. "gatau,di drama drama kaya gitu kan" jawab Tara. Aksara tertawa dan dia langsung menerima es batu tersebut dan meletakannya di kakinya. Aksara akui kakinya sangat sakit setelah berlari selama itu dan es dingin ini sedikit mengurangi sakitnya. "kenapa ga beliin minum aja gitu kalo mau terimakasih" ledek Aksara. 

"Aku gatau kamu punya pantangan minum sesuatu apa engga,kalo ternyata aku salah beli gimana" jawab Tara sebal. "lagian kenapa kamu bohong?jelas jelas nama kamu Aksara bukan Tara" lanjut Tara.  "Bumantara" jawab Aksara sambil menatap Tara. "Aksara Bumantara,biasanya orang orang manggil gua Tara" 

Lalu keheningan yang canggung melanda mereka berdua. Sebenarnya Tara ingin menanyakan kondisi Aksara namun ia tidak ingin pria disebelahnya ini merasa terlalu percaya diri karena diperdulikan oleh Tara. Merasa tidak nyaman dengan keheningan yang semakin mengganggu, Tara bangkit dari duduknya dan memutuskan untuk pergi. Sebelum pergi ia berterima kasih pada Aksara dan dibalas senyuman lebar dari pria tersebut. 

Tara pergi meninggalkan Aksara yang menatapnya dalam. 'hari ini datang juga ' batin Aksara sambil menghela nafas. Tanpa Tara tahu,hidupnya akan segera berubah. Benang merah yang lama telah dianggap putus,kini terajut kembali. 


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Antara AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang