"Arsel..............."
Suara siapa itu? Sangat lembut dan manis.
"Arsel..... Bangun nak, udah siang"
Suaranya datang lagi, hah? Ibu? Bu...
"Bangun nak..." Bu....
"Woy anak dajal, bangun tolo. Tidur aja kerjaan mu, pantes miskin. Bangun, pelanggan udah mau datang"
Suara itu seketika membangunkan ku, tapi suara awal sangatlah lembut, apakah itu suara dari surga? Apakah ibu masih hidup? Apakah ayah juga?
"Malah bengong anak setan" .
Aku buru-buru lari sebelum air dalam ember yang dipegang sianjing itu mengguyur tubuhku.
Lapar ini sudah tak tertahankan, sudah 3 hari aku tak mendapatkan makanan. Jelas karena aku kalah jumlah dan kalah kuat dengan anak jalanan lainnya. Apalagi dengan banyaknya preman yang sekarang menjamur, hah..... Aku mencari makanan kemana? Ku dekati setiap tong sampah yang ku lewati, namun hasilnya nihil. Sudah siang hari, aku berjalan Sampai di perbatasan kota, aku duduk sebentar di atas jembatan yang kumuh. Sambil melihat air berwarna hijau kehitam-hitaman itu mengalir, aku merenungkan hal yang pagi ku alami. Apakah ibu dan ayah masih hidup? Atau itu suara dari surga? Ah omong kosong, kata Jak saja tidak ada surga di dunia ini, yang ada setelah kau mati, kau akan dihidupkan dengan nasib yang berbeda. Suara perutku memecahkan lamunan. Tunggu sebentar, jika yang dikatakan Jak benar, apakah aku akhiri saja? Aku duduk di jembatan kumuh yang sepi, dan airnya cukup dalam untuk aku tenggelam. Ku pikirkan kembali tindakanku itu. Tapi dengan rasa lapar ku ini, aku juga akan mati kelaparan. Jadi pilihanku disini ada 2, mati tenggelam atau kelaparan. Ah.... Persetan dengan rasa lapar, aku loncat saja.
TIIIIIIIDDDD!!!!!!!!!! "Oy Bocah.......!1!1!1"
Anjir, suara klakson malah membuatku kaget dan malah jatuh.... Hah... sudahlah, lagi pula habis mati, aku akan kembali hidup dan menjadi orang kaya. Eh, siapa yang memegang tangan ku? Oy tolo, lepaskan, jangan menarik ku ke atas, aku ingin kaya.
"Kamu gak papa dik?"
Aku yang masih lemas kehabisan nafas, yang masih terbatuk karena sudah banyak kemasukan air.
"Dik kamu gak papa?"
Siapa yang berani menghambat kekayaanku ini? Tapi tunggu? Rupanya cantik sekali, dia ibuku? Atau malaikat yang akan menghidupkan ku lagi?
"Dik? Kok bengong? Kakak bawa ke RS ya?"
"DIk? Oy"
Tunggu sebentar, ini masih ditempat yang sama.
"Sebenarnya lo siapa? Ngeganggu proses kedatangan harta gua, lu sirik ya?" aku nyolot seketika, ya... maklum, saat itu masih naif dan belum matang.
"Ini anak bukannya makasih diselametin malah marah-marah, sukur-sukur tenggelam di kolam renang, ini udahmah di kali, kotor pula airnya, eh ngomong apa kamu? Harta? Emang lu join grup pesugihan heh?" dia malah menertawaiku, entahlah apa yang dipikirkan wanita manis ini, hem..
"kata temen gua, orang yang mati bakal diidupin dengan nasib yang berbeda, gua bosen hidup di jalanan, emangnya elu, punya rumah punya mobil punya makanan hah" aku meninggikan nada suaraku
"APA? Mati bisa bikin kaya? HAHAHA......." Dia tertawa lebih keras dan lama, aku hanya memerhatikan sambal menahan dinginnya hembusan angin yang masuk lewat lubang di bajuku.
"Gini ya bocah, kalau yang dikatakan temanmu bener, mungkin sekarang gaada yang miskin lagi, semua udah bunuh diri buat jadi kaya, AHAHA..." Dia tertawa lagi, lebih keras, bahkan mengeluarkan air mata.
Tapi apa yang dia katakan ada benarnya juga, kupikirkan tindakanku sebelumnya, aku pun dengan muka memelas meminta maaf kepada dia. Dia memperkenalkan dirinya dan memberi ku makanan, oh akhirnya. Mungkin yang dimaksud Jak bukan mati yang merubah nasib, tapi saat sekarat akan sedikit membantu nasib.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah-ku
RandomDulu waktu saya kecil, saya memiliki banyak cita-cita. Jadi Astronot, jadi koki, jadi selebritis, dosen, guru, penyanyi, musisi, pelukis, penari, seniman, dokter, every thinks I want. Tapi sayang disayang. Kedua orang tua saya hilang entah kemana sa...