Di sebrang sana, tepatnya di meja kantin yang menjadi tempat khususnya, terdapat seorang gadis yang baru saja duduk tanpa rasa malu.
Semua orang tahu meja itu untuk siapa, dan hanya boleh ditempati oleh siapa. Tapi gadis itu tanpa rasa takut duduk disana sendiri. Dengan wajah datarnya yang ingin sekali Gavin acak-acak.
Sialan! Gadis itu akan masuk ke urutan pertama dalam daftar wanita yang akan menjadi musuhnya.
Gavin menggeram kesal. Tangannya terkepal erat menatap gadis sialan yang beberapa hari yang lalu memancing emosinya.
Dengan langkah lebar Gavin berjalan ke arah meja gadis itu duduk. Tangannya masih terkepal dengan rahang mengeras.
Brakk
Gavin menggebrak meja tepat dihadapan gadis yang tidak tau malu itu. Semua pandangan langsung tertuju pada Gavin. Namun tidak lama karena Gavin membalas tatapan mereka dengan tatapan menghunus tajam.
"Lo tau ini tempat siapa?"
Gadis itu mendongak sebentar, menatap wajah marah Gavin dengan wajah datarnya. Ia terlihat tidak takut sama sekali. Bahkan pembawaannya masih tenang. Dan oh ya, jangan lupakan wajah tanpa dosanya yang minta diacak-acak.
"Shit!." Emosi Gavin makin memuncak melihat respon gadis dihadapannya yang sangat tenang. Seolah tidak ada apa-apa yang terjadi, dan menganggap Gavin tidak ada.
Dengan santai gadis itu tetap melanjutkan makannya. Sesekali ia mengecek ponselnya sebelum kembali makan. Gavin benar-benar tidak dianggap ada. Bahkan kemarahannya yang hampir meledakpun tidak dihiraukan oleh gadis yang kini meminum air mineralnya dengan sangat tenang.
Brakk
Gavin kembali menggebrak meja. Dua kali. Dua kali gadis sialan yang ada dihadapannya ini memancing emosinya.
Kali ini gadis itu mendongak, benar-benar menatap Gavin. "Kenapa?" tanyanya masih santai.
Gavin melotot. "Bitch! Kau mencari masalah denganku?!."
Bukannya menciut atau takut, gadis itu malah mengumpat seraya menatap Gavin malas.
"Stupid. Masalahmu apa?" tanya gadis itu masih dengan nada tenang.
"Kau," Gavin menunjuk wajah gadis yang ada dihadapannya dengan mata yang menggelap marah. "Shit! Kau tau ini tempat siapa?!."
Gadis itu menggangguk. Wajahnya masih tenang dan datar seperti biasa, membuat Gavin menggertakkan giginya dengan rahang yang mengeras. Gadis yang ada dihadapannya benar-benar menantang.
"Tempatmu." Jawab gadis itu seraya bangkit dari kursi. Dari raut wajahnya gadis itu tidak menampakkan rasa takut. Bahkan dengan beraninya dia menatap Gavin dengan tatapan datar.
Gavin menaikkan salah satu halisnya dengan seringaian devilnya. "Menarik." Gumam Gavin seraya menatap punggung gadis itu yang perlahan menghilang ditelan keramaian.
*******
Gavin Frey Alexi
Ghea Freya
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghea
Romance(SEQUEL Jelek, Bodoamat.) Kepribadian Ghea yang tenang dan cuek membuat Gavin teramat sangat membencinya. Namun tanpa sadar kebencian Gavin malah menjebak dirinya sendiri. Ghea Freya, gadis cantik dengan beribu rahasia yang tidak diketahui Gavin. B...