2 - Kena Antar Pulang

15 0 0
                                    

"KARENA kamu ketahuan mau bolos, sekarang juga lari keliling lapangan sepuluh kali," kata Bu Dyah. "Dira?" panggil Bu Dyah. "Kamu bisa kan jagain Adgar lari? Ibu percaya sama kamu, nanti kalau sudah kamu bawa ke ruang saya, ya?"

Apa? Jagain cowok ini? batin Dira kaget.

"Anak-anak, karena hari ini masih hari pertama sekolah, saya kasih kalian free class, tapi tolong jangan keluar-keluar, ya?!" Perkataan Bu Dyah sukses membuat semua murid bersorak.

Alih-alih, Dira bertanya kepada Bu Dyah, tidak percaya. "Bu, saya yang jagain?"

"Duh, ngapain sih, Bu? Emangnya saya anak kecil dijagain?" protes Adgar.

Bu Dyah mengangguki jawaban Dira sambil membawa laptopnya. "Iya. Adgar, sini jaket kamu."

Sebelum Dira memutuskan untuk keluar menjagai laki-laki bandel itu, ia melihat ke penjuru kelas dan mendapati bangku kosong disana. Perempuan yang merasa dilihati tersebut melambaikan tangannya.

Dira tersenyum. "Hai, disini gak ada yang nempatin, 'kan?"

Perempuan itu membalas senyuman Dira. "Nggak, Ra, sini duduk! Oh iya, gue Ratna." Ia memperkenalkan dirinya.

"Eh, iya, hai, Rat! Tapi sorry, gue kan harus- ..."

Ratna tertawa. "Jagain si most wanted itu, 'kan? Hahaha, semangat, Ra! Lo baru masuk aja udah beruntung banget."

Ucapan Ratna membuat Dira tersentak. Ia melepas tas dan menaruhnya di atas meja tersebut. "Beruntung? Aduh, gue gak ngerti, Rat," jawabnya singkat sambil tertawa kecil karena menyadari Bu Dyah dan Adgar sudah menunggunya.

Terik matahari sukses membuat keringat bercucuran di wajah Adgar. Kaum hawa yang sedang berlalu-lalang di sekitar sekolah tidak ada hentinya melihat laki-laki yang sedang di hukum itu. Bagi mereka, Adgar adalah surga dunia. Mereka saling berbisik satu sama lain membicarakan ketampanan Adgar dan ya, Dira si anak baru itu yang sedang menjaganya. Pasti mereka sedang bertanya-tanya akan kehadiran Dira. Sekarang putaran ke tujuh. Tiga putaran lagi Adgar bisa terbebas dari matahari yang lagi terik-teriknya. Tepat di bawah pohon, terdapat Bu Dyah ditemani Dira yang tengah mengawasi Adgar.

"Nadira, ibu ke ruang guru, ya? Ini jaket Adgar, nanti jangan lupa bawa ke ruang guru, ya?" Bu Dyah meletakkan sweater hitam Adgar tepat di samping Dira.

"Oke, Bu, siap."

Adgar yang sedang berlari kecil itu menyadari keberadaan Bu Dyah yang sudah meninggalkan lokasi. Ini saatnya bagi Adgar untuk mengambil ancang-ancang untuk kabur.

"Sweater gue."

Karena telah menyelesaikan putarannya, Adgar beranjak ke tempat Dira duduk dan mengambil sweaternya.

"Eh, mau kemana lo?" sahut Dira ketika melihat Adgar mengambil sweaternya dan hendak pergi- membolos-lagi.

"Gak ada urusannya sama lo," jawab Adgar cuek.

"Ada, ya! Lo harus ke ruangan Bu Dyah sekarang."

Adgar menatap Dira. "Eh anak baru, gak usah bacot, ya? Gini, sekarang gue mau cabut dan gak ada urusannya sama lo. Urusan sama Bu Dyah itu urusan gue." Ia pun langsung pergi meninggalkan Dira sendirian di bawah pohon itu.

Dira melotot. "Gak ada akhlak lo!"

∆∆∆

"Pacaran teros," ledek Dira. Ia mendapati kakaknya yang tengah berjalan dengan seorang perempuan.

Dhika menampakkan giginya. "Dir, ada kuota, 'kan?" tanyanya.

"Ada," jawab Dira singkat.

"Hehehe," kekeh Dhika.

Benci untuk MencintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang