SETELAH menstandar-dua kan motor Vespa kesayangannya, Adgar masuk kedalam rumah. Sepi. Orangtuanya sedang bekerja dan tentu pulangnya malam. Pembantu Adgar, Bi Nati kelihatannya sedang di kamar-tertidur.
Adgar melangkahkan kakinya menuju kamar yang berada di lantai dua. Ia membuka pintu dan pandangannya tertuju kearah meja belajar dengan sebuah kotak makan dan sepucuk surat.
Teruntuk anakku:
Adgar Reynold PrasetyoAdgar tersenyum tipis. Ia tahu persis, itu adalah tulisan ibunya. Seketika, ia rindu dengan kehadiran Hanni-ibu kandungnya. Ibu yang berada di rumahnya sekarang ini adalah Rosa, ibu tirinya. Daniel, atau Papa Adgar memutuskan untuk menceraikan Hanni karena pada saat Adgar masih kecil, mereka sering bertikai. Mengingat kue dan sepucuk surat didepannya, ia sedikit bingung. Apa Hanni mengantar kesini? Atau dikirim via paket?
Cupcake.
Adgar membuka kotak makan tersebut. Aroma kue bertempatkan cup itu sangat lezat, Hanni memang sangat pintar dalam membuat kue.
Disisi lain, Adgar merasa geram. Mengapa ia harus mempunyai ibu tiri? Secara, Adgar sangat tidak senang mempunyai ibu yang fake, katanya.
Cklek!
Pintu kamar Adgar terbuka. Terlihat wanita paruh baya disana. Bi Nati rupanya, membawakan sebuah piring dengan nasi dan cumi goreng tepung.
"Den? Oh, bener toh, Den Adgar sudah pulang. Nih, bibi masak cumi goreng tepung kesukaan kamu," katanya. Bi Nati yang menyadari Adgar sedang memakan cupcake itu pun menyahut lagi. "Bibi lupa, Den. Tadi ibu kamu kesini ...," ucap Bi Nati. "Niatnya ketemu kamu, tapi dia baru inget kalo kamu sekolah," lanjutnya.
Adgar tersenyum tipis, membayangkan ibunya, ia sangat rindu.
"Terus bibi suruh masuk aja, 'kan, lagipula ini dulu rumahnya juga," sahut Bi Nati. "Habis itu dia masuk ke kamarnya Den Adgar, naruh kotak makannya disini."
"Mama ngomong apa gitu gak, Bi?" tanya Adgar setelah lama berdiam.
Bi Nati mengarahkan matanya keatas. "Mmm ... Tadi sih katanya ibu kangen, mau ketemu, terus sempet takut-takut juga kesini. Takut ketemu si bapak."
Adgar membayangkan ibunya lagi. Ia rindu sekali dengan wanita itu, berharap ada suatu kejadian ajaib yang membuat mereka bisa bertatap wajah lagi setelah sekian lama.
"Bi," panggil Adgar.
"Ya, Den?"
"Bibi simpen dulu makanan saya, saya ada keperluan. Kalo bibi mau makan juga gapapa, pergi dulu, ya, Bi," ucap Adgar. Ia meninggalkan Bi Nati sendirian di kamarnya.
Bi Nati tahu persis kemana anak itu akan pergi. Ya, tujuan Adgar sekarang adalah tongkrongannya. Bagaimanapun juga, tempat untuk meredakan kesedihan, kekesalan, dan kekecewaannya hanya ada di Warbeh, yaitu teman-temannya.
Ia mengambil topi dan kunci motornya, lalu pergi meninggalkan rumah besar itu.
∆∆∆
"Ni dia si upil," sahut seorang laki-laki bermata sipit dan berkulit putih, ia adalah Calvin.
Adgar menaik-turun kan alisnya. "Kenapa, sih, nungguin gue amat kayaknya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Benci untuk Mencinta
Teen FictionBerantem terus layaknya tom and jerry? Apa bisa jatuh cinta satu sama lain?