Emas Yang Dijanjikan

32 15 13
                                    

  Satu hal yang aku tak mengerti akan hidup ini adalah kemana takdir akan membawaku. Terkadang susah, terkadang mudah seolah semuanya telah di atur oleh yang maha segalanya. Dimana dimensi ruang dan waktu tidak membatisinya. Ibarat menyampaikan ide kepada ketua. Sang ketua lah yang menetukan apakah gagasan dan ide kita bisa di wujudkan atau tidak karena tetap saja semua kembali ke kebutuhan kita masing - masing. Adil bukan berarti harus sama, namun adil adalah mendapat apa yang seharusnya didapat. 

 Berbicara keadilan tak mungkin bisa kita tafsirkan hanya dengan satu kalimat bahkan satu buku penuh. Keadilan itu bermasalah di praktek bukan hanya sekedar teori. Banyak teori tentang keadilan namun tidak ada praktek di lapanganya. Keadilan hanya sebatas logika yang tidak bisa menjadi realita. 

 Mata kita terlalu kecil pandangannya untuk melihat seberapa adil tuhan memberikan kita sesuatu yang kita butuhkan. Maka dari itu menyalahkan nasib yang diberikan tuhan bukanlah hal yang tepat dalam sebuah perenungan.

 Masih saja banyak orang yang mengeluh akan takdir. Terkadang akupun termasuk salah satu dari mereka namun jika kita mencerna takdir itu berulang kali barulah kalian akan menemukan ada kalsium, protein, karbohidrat bahkan vitamin yang bisa menjaga hidup kalian dalam jangka waktu yang lama. Itulah prinsip yang ku anut ketika terjebak dalam ranah keputus asaan. Gizi yang cukup bukan berarti kenikmatan yang cukup terkadang obat memang pahit namun pahitnya obat untuk menghancurkan kepahitan yang ada didalam tubuh kita.

 Pagi ini terasa semangat sekali. Sebab teman – temanku sudah berjanji akan memulai pergerakan meminta sumbangan dengan cara turun ke jalan. Rasa ingin mengabdi pada ibu pertiwiku semakin meningkat. Tatkala kuceritakan semua hal ini kepada Abah Togar semalam. Beliau sangatlah antusias merestui kami. 

 Bahkan Abah Togar memberiku dukungan dengan memberikan 200 ribu rupiah untuk membangun perpustakaan pertama di pasar. Sampai – sampai Abah Togar memelukku lantas menangis dan mengucapkan beberapa kalimat yang sangat menggugah semangat.

"kau adalah emas – emas itu nak, kau adalah emas – emas yang diucapkan oleh bung karno, bukanlah papua yang dimaksud olehnya, melainkan kalian yang memiliki jiwa – jiwa patriotisme dan nasionalisme tinggi meski fisik kalian belum setinggi orang yang seharusnya memilki jiwa – jiwa tersebut." Kata Abah Togar kemarin. Aku yang berada dalam rangkulan pelukannya hanya ikut menangis. Setelah tahu seberapa pentingnya nasionalisme dan patriotisme. Hidup ini jauh lebih bertujuan dari pada sebelumnya. dan kata - kata Abah Togar sudah ada dalam diriku.

Aku diberi izin oleh Abah Togar mulai dari pagi hingga sore hari bahkan malam hari. Jadi kunci dari lapak Togar kubawa kemana – mana. Sepertinya Abah Togar sudah benar – benar memercayaiku. Seolah tak ada beban memberikan semua sumber penghasilannya kepada anak yang seharusnya baru duduk dibangku kelas 3 SD. Seandainya aku bisa membalasnya dikemudian hari maka orang pertama yang akan ku balas perjuangannya adalah beliau Abah Togar.

 Pasar sudah sedikit ramai. Meski matahari belum benar – benar menampakkan surainya. Karena hari ini masih akhir bulan ,jadi ibu – ibu yang sudah lama medambakan uang belanja biasanya sudah mendapatkan itu semua dari suami – suami mereka.

Aku menunggu didepan lapak Abah Togar. Risa dan teman – teman lainnya berjanji akan kesini sebelum pasar benar – benar ramai. Dan Abah Togar siap memberikan kami pembukaan yang akan meningkatkan semangat kami berkali - kali lipat untuk memajukan bangsa di setiap kalbu kita. Meski umur sudah berkepala 8 tapi Abah Togar masih terlihat tegap secara beliau adalah mantan TNI.

"Sungai." Teriak Risa, Hafiz dan Kiki seksama dari arah pintu pasar.

"Sekarang kalian berbaris rapih." Suruhku. Mereka pun berbaris.

Abah Togar dengan seragam TNInya keluar dari lapaknya dengan langkah pasti. Berjalan tegap seolah inspektur upacara. Meski tanpa bendera merah putih. Tetap saja merah putih tetap berkibar di setiap hati kita. Namanya juga upacara kecil – kecilan. Hari ini juga dihadiri oleh bang Poko yang sedikit terlambat namun ia langsung bergabung dengan kami.

Anak SungaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang