Hai aku disini, hai aku disini, hai aku disini. Buka matamu lihat diriku aku disini. Apa aku tidak terlihat?. Aku ingin dirimu, baik hati maupun raga. Malam ini terasa sunyi, apa dirimu merasakan hal yang sama denganku?. Disini gelap, bawakan aku cahayamu. Aku butuh kehangatan, sudah cukup lama aku merasakannya bawa aku pulang. Aku ingin kehidupanku yang dulu.
*****
*Hai perkenalkan namaku syava Ayunda, namaku bagus bukan?. Bunda juga mengatakan hal yang sama tapi tidak bagi beberapa orang. Mereka mendengar namaku saja sudah pingsan apalagi melihatku, hehehe. Aku sudah terbiasa dengan itu, sudah menjadi makanan sehari hariku. Malam ini, malam yang indah biasanya aku dan bunda akan duduk dibawah pohon dibelakang rumah sampai aku tertidur dipangkuannya, lalu ayah akan datang membawaku masuk kekamar dan menyelimutiku serta memberiku ciuman. Aku mengetahuinya saat aku berpura pura tidur pada suatu malam lalu berakhir dengan aku yang berlari ke kamar ayah dan ibu sambil menangis. Itu hanya sepenggal kenangan yang sudah lama aku rindukan, hahh kenangan yang manis bukan?. Ahh ya aku lupa memberi tahu tempat tinggalku, sekarang aku tinggal di rumah sakit jiwa kusuma indah kamar 12 dikawasan dekat dengan rumah asliku. Aku berada disini selama 7 tahun lebih, aku sudah menganggap tempat ini istanaku. Selama 7 tahun ini aku berdiam diri disini menerima banyak terapi dan obat obatan hanya untuk mengobati penyakit yang tidak pernah aku alami. Setiap malam tepat pukul 09.00 pintu merah muda ini dikunci dari luar sebab mereka takut aku membahayakn mereka disaat mereka tidur, kau tahu kenapa? Karena insiden saat aku berusia 13 tahun yang mengubah setiap cerita yang akan terjadi dimasa depan. Kejadian itu terus melekat dipikiran , mencari dimana letak kesalahanku. Kau tahu? saat kuingat kembali saat aku pertama kali menginjakkan kakiku di ruangan ini, aku ketakutan, menangis, berteriak seperti orang yang kesurupan. Aku diseret paksa masuk dan mereka menguncinya fari luar, tidak ada tatapan iba diwajah mereka. Hanya BENCI, BENCI, BENCI. Bahkan aku hanya ingin keluar untuk melihat orang yang kusayang, tapi tidak ada gunanya. Tidak ada seorang pun yang mau berbicara denganku baik perawat maupun dokter yang berjaga, mereka hanya memberiku obat, obat, dan obat hingga rasa pahit yang terus melekat dilidahku. Makan, aku hanya menerimanya sekali dalam sehari tidak seperti pasien-pasien lainnya yang dijaga dengan telaten, berbeda denganku padahal banyak pasien yang sama sepertiku, kenapa hanya aku yang diperlakukan berbeda?. Masa remajaku hanya aku habiskan didalam ruangan ini. Aku belum meraskan rasanya jatuh cinta, bertemu dengan lelaki yang membuat hatimu dag dig dug dan sebagainya. Aku ingin hidup seperti mereka diluar sana, biarpun jadi miskin aku tidak masalah, asalkan aku bertemu seseorang yang mengeri diriku. Tolong bawa aku pulang, bawa aku keluar dari kegelapan ini aku sudah cukup lama merasakannya, biarkan aku pergi, biarkan aku pergi. Siapapun tolong aku.*" Huhhh akhirnya selesai juga, hampir saja aku menangis mengingat memori ini lagi." Kata Syava sambil munutup buku dengan sampul kusam hitam diatas ranjangnya.
" Kapan mereka membuka pintu itu, ini sudah sore aku ingin melihat bunga-bunga indah sebelum aku tidur dan juga mendengar suara galak dari suster Riri karena ketahuan mencuri surat cintanya untuk dokter Adit" Kata Syava sambil membayangkan kejadian konyol yang pernah ia alami. Syava memandang kebawah diseberang tembok yang mengelilingi rumah sakit ini, melihat remaja-remaja labil yang bergandengan tangan dengan pasangannnya. " Hah? Bukannya itu suster Sarah? Pantas saja dia tidak membuka pintu ini ternyata dia sedang kencan. Lihat saja nanti aku akan mengganti bedakmu dengan tepung yang ada di dapur. Itu lebih cocok untuknya yang memakai bedak terlalu banyak. Jika dia memakai tepung dia tidak perlu memolesnya berkali kali." Kata Syava sambil tertawa riang. Tak dapat dipungkiri kecantikan yang Syava miliki memikat hati beberapa dokter di rumah sakit ini hanya saja ada satu alasan yang membuat semua orang menjauh darinya.
Maaf para pembaca cerita kurang nyambung, soalnya ini cerita pertamaku. Tolong dukungan dan komennya yaaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayatan Cinta
RandomCinta membuat orang lupa diri tentang dirinya yang sebenarnya. Itulah yang aku rasakan kini, saat kedua mataku telah terbuka sempurna. Syava Ayunda Bramantiyo "Gadis bermata biru safir, sepertinya aku pernah melihatnya?" Fernando Gabriel Wijaya