Malam menyelimuti sebuah rumah megah, yang terletak di Jalan Puncak Permai nomor 26, Sukomanunggal, Darmo, Surabaya. Berbeda dengan rumah-rumah megah yang berada di kota besar lainnya, rumah ini terlihat sunyi senyap. Tak terdengar satupun suara makhluk hidup di dalamnya. Kesunyian yang seolah menunjukkan bahwa rumah ini telah diasingkan dari gemerlap dan indahnya kehidupan di kota besar.
Rumah berlantai dua ini memiliki model seperti rumah eropa, dengan empat pilar menyangga bagian depan, dua jendela besar terpampang di sisi kiri dan kanan, serta taman luas yang mengelilingi setiap temboknya.
Sayangnya, tempat semegah ini tidak lagi berpenghuni. Lebih tepatnya, sudah ditelantarkan oleh penghuni sebelumnya. Bukan karena perawatannya yang sulit, ataupun karena alasan finansial, tetapi lebih kelam daripada itu semua. Alasan yang membuat tidak seorangpun berani tinggal dirumah ini, apalagi pada malam hari.
Ya,...Tidak semua orang sih sebenarnya. Buktinya malam ini ada tiga orang anak SMA nakal, atau kalau boleh dibilang sok berani, terlihat memarkir motor di depan pagar rumah yang sudah berkarat dan diselimuti tanaman rambat.
Mereka adalah Doni, anak muda berperawakan gagah, sok tegap, rambut cepak, seolah-olah merasa dirinya memang sudah ditakdirkan menjadi seorang tentara. Lagaknya memperlihatkan kalau dia adalah pemimpin dari trio idiot ini.
Di urutan kedua, ada Agus. Tipikal anak kutu buku berambut bulat pendek yang bisa menyimpan informasi di otak mengalahkan kapasitas penyimpanan Harddisk enam Terrabyte. Kacamata bundar yang bertengger di hidungnya cukup tebal, menandakan kalau anak ini suka membaca dengan cara tiduran. Malam ini Agus terlihat menjadi bagian perlengkapan, karena dia membawa tas ransel orange berisi makanan ringan, minuman, lilin, korek api, bantal, guling, hingga bungkusan aneh yang ditutupi kain warna cokelat.
Yang terakhir adalah Galih, anak muda penakut, tapi sombongnya minta ampun. Terlihat dari pakaiannya yang sok gaul. Tshirt warna biru, dipadukan dengan celana jeans model pensil, yang justru memperlihatkan betapa kurus kedua kakinya. Diantara ketiga pemuda itu, hanya Galih yang tidak memakai jaket. Alasannya karena dia tidak takut dingin. Walau alasan sebenarnya karena dia memang anak bebal.
Trio idiot ini membuka pintu pagar rumah yang sudah karatan, namun tidak membuahkan hasil. Mereka ngotot membuka pagar itu bergantian. Hingga lima belas menit kemudian mereka mulai menggerutu.
”Ini pagar apa batu sih”!? Teriak Galih sembari menarik-narik pintu pagar yang terbuat dari besi, dengan susah payah.
”Berrraaatttttt!!!! Ini pagar udah lama ga dikasih oli apa ya”? Tambah Doni.
”Ledakin pakai bom aja gimana”? Usul Galih frustasi.
”Eh monyet, ngomong sembarangan! Mau di grebek orang sekampung ya”!? Omel Doni.
”Hey kalian muka-muka genderuwo. Sampai lebaran tahun depan pun kalian ga bakalan bisa buka itu pagar. Buang-buang tenaga aja”. Kata Agus.
”Kau mau cari masalah HAH”!? Doni hilang kesabaran. Tinjunya siap melayang ke muka Agus. ”Kasih solusi napa!? Lihat tu si Galih udah ngos-ngos an dari tadi narik ga bisa-bisa”!
KAMU SEDANG MEMBACA
Order of Heaven 01 - Soul Amulet
FantasiThis is the story about a boy named Flame, who works as a Demon Hunter. Everyday he and his sister fight with the demons, in order to protect his city, from those creatures. One day, everything turns upside down. Spirits haunting people in daylight...