BAB 8. Kolase Mimpi Buruk

13.6K 1.1K 374
                                    

Hola Yorobundil 2180 kata menyapaaa

Jangan lupa untuk support author dengan cara vote dan komen

Kalian bisa membaca versi Alternative Universe-nya (AU) di instagram imradiobodol

selamat membaca

BAB 8. Kolase Mimpi Buruk

"Aku berusaha menjadi cahaya karena lelah berjalan sendirian di dalam gelap gulita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku berusaha menjadi cahaya karena lelah berjalan sendirian di dalam gelap gulita. Berusaha membuat orang lain tidak menderita sampai lupa jika aku pun tidak boleh terluka untuk membuat orang lain berbahagia."

*

*

*

Seorang gadis kecil bersurai hitam legam bersembunyi di balik dinding dengan tubuh gemetaran. Teriakan, suara benda tumpul menghantam badan, cipratan darah menggenang, semua berkelebatan dalam kepala. Tangis ditahan agar tak menjadi gilirannya yang dilenyapkan. Seseorang berlumuran darah tiba-tiba datang dan mendorong tubuhnya keluar sembari berbisik pelan, "Berjanjilah untuk berlari sejauh mungkin! Berlari dan jangan pernah melihat ke belakang."

"Aku tidak bisa berlari sendirian."

"Kau pasti bisa, kami akan menyusul."

"Janji?"

"Janji."

Suara itu terus bergaung dalam pelariannya menyusuri lorong tanpa mengenakan alas kaki, berpayung langit gelap yang memuntahkan hujan deras diiringi gemuruh petir yang keras membuatnya sulit bernapas. Kemudian seberkas cahaya menerjang retinanya hingga tubuhnya terpelanting dan masuk ke dalam lorong sempit, pengap, sesak, isak tangis, suara napas yang memburu semua itu membuatnya ketakutan. Dia memejamkan mata, ini pasti hanya mimpi lantas dia berusaha sekuat tenaga untuk keluar dari peristiwa buruk yang begitu nyata ini. Hingga dalam banyak ketakutan itu dia mendengar suara lain yang berhasil menariknya pergi dari sana.

"Selain alergi kacang, dia punya maag yang cukup kronis."

"Alergi kacang?"

"Iya, sebelum diperiksa, temannya memberi keterangan kalau dia habis mengkonsumsi kacang."

"Sekarang bagaimana?"

"Sudah membaik setelah diberi obat."

Sayup-sayup matanya terbuka kemudian gemerlap lampu bak kunang-kunang menyambut retinanya. Dia edarkan pandangan untuk menyapu isi ruangan, ada Samahita dan perempuan yang mengenakan snelli putih. Syukurlah, dia bisa keluar dari mimpi buruk yang kerap bertandang dan membuatnya ketakutan. Secepat mungkin dia menenangkan diri dengan mengatur pola napasnya yang berantakan dan mengusap peluh di wajah yang berserakan.

Samahita yang menyadari Zivana telah sadar lantas berjalan mendekati brankar di mana perempuan itu terbaring lemah. Menangkap keanehan Zivana membuat Samahita tergerak untuk bertanya, "Kamu baik-baik saja?"

YuanfenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang